by Danu Wijaya danuw | Aug 4, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tak ada yang tahu kapan umur manusia. Tak disangka seorang Dokter yang masih muda ini menjadi tadzkirah – pengingat akan maut dapat menjemput siapa saja, termasuk dokter yang ahli dibidang penyakit.
Hesta Meiriansyah bin Husni Thamrin atau Dokter Ryan Thamrin dan dikenal juga sebagai Dr Oz di sebuah acara televisi swasta nasional meninggal dunia Jumat (4/8/17).
Jasad almarhum saat ini sudah dikebumikan di Pemakaman Jalan Kesadaran, Pekanbaru, Provinsi Riau.
Pria kelahiran 1978 ini meninggal di rumah kakak kandungnya, Ferdi Thamrin sekitar pukul 03.30 WIB. Almarhum dr Ryan meninggal di usia 39 tahun dan belum berkeluarga.
Setelah dimandikan, jenazahnya dishalatkan di Masjid Nurul Muttaqim yang juga di Jalan Kesadaran. Setelah itu almarhum dimakamkan di pemakaman yang masih sama dalam lingkungan Jalan Kesadaran.
Dikatakan salah seorang sepupu almarhum, Doni Apriyaldi, dr Ryan menderita sakit maag setahun ini dan selalu berada di Pekanbaru. Almarhum tidak lagi berada di Jakarta setelah tidak menjadi host pada acara kesehatan di salah satu stasiun televisi nasional.
“Dia berobat di Malaka, Malaysia, rawat jalan,” kata pria yang menjabat Kepala Dinas Pemuda dan olahraga Riau ini di rumah duka, lansir Antara.
Selain menderita maag akut, dr Ryan Thamrin juga menderita benjolan pada kepalanya. Rencana operasi selalu gagal karena ketakutan pihak keluarga.
Akibat sakitnya inilah selain memutuskan tinggal di Pekanbaru, tepatnya di rumah kakak tertuanya, Ferdi Thamrin, dr Ryan juga memilih tidak melanjutkan kariernya sebagai host Dr Oz Indonesia
“Ryan Thamrin selama ini mengeluhkan sakit mag akut. Sempat berobat ke Malaka (Malaysia) dan di sana juga ditemukan ada benjolan di bagian belakang kepalanya,” kata Doni sepupu almarhum di rumah duka almarhum, Pekanbaru, Jumat (4/8/17).
“Namun pihak keluarga selama ini belum mengizinkan untuk dilakukan operasi tersebut,” kata Doni.
Selama setahun tinggal di Pekanbaru, katanya, Ryan Thamrin selalu ditemani saudaranya dan ibu kandungnya. Ryan selama setahun harus berobat jalan.
“Kami atas nama keluarga, menyampaikan permohonan maaf apa bila Ryan Thamrin bila ada kesalahan dan kekhilafan mohon dimaafkan, baik teman sepergaulan, ataupun permirsa di televisi. Karenakan selama ini dia selalu tampil dalam acara kesehatan di televisi,” kata Doni.
Almarhum adalah anak bungsu dari lima bersaudara yang lahir di Tanjungpinang, 28 Mei 1978 silam.
Usai waktu salat Jumat, almarhum dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Jl Kesadaran, Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru.
Sumber : Detik/Kumparan
by Danu Wijaya danuw | Aug 2, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
JAKARTA – Wakil gubernur terpilih DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pemerintah pusat harus segera memikirkan solusi jangka panjang guna mengatasi kelangkaan garam.
Dia menilai, sangat aneh ketika Indonesia harus mengimpor garam, sedangkan dalam kenyataannya memiliki laut yang cukup luas untuk dimanfaatkan.
“Ini garam sangat ironi, bagaimana bisa punya laut yang luas, garis pantai, bisa mengimpor garam. Salahnya di mana?” ujar Sandiaga saat menghadiri acara Pusat Koperasi Pedagang Pasar DKI, di Jakarta Timur, Rabu (2/8/2017).
Sandiaga menduga kelangkaan garam terjadi karena kurangnya pengusaha yang bergerak dalam sektor tersebut.
Untuk itu, selain pemerintah, Sandiaga berharap agar pengusaha-pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin) mau ikut serta masuk ke dalam sektor itu.
Sandiaga menilai, anggota Kadin saat ini belum banyak menyentuh sektor ekonomi rakyat bawah.
“Makanya DKI dan Kadin harus memperbanyak pengusahanya. Kadin ini banyak pengusaha papan atas yang fokus tidak menyentuh aspek ekonomi, garam salah satunya,” ujar Sandiaga.
Pemerintah akhirnya membuka keran impor garam. Langkah ini dilakukan untuk mengatasi kelangkaan garam yang terjadi saat ini.
Teknik Rumah Garam Prisma yang Tak Bergantung Musim
Lamongan – Ada beberapa keunggulan dan manfaat bagi petani yang melakukan inovasi dengan ‘Rumah Garam Prisma’. Selain lebih irit, hasil garam yang didapat melimpah. Samian Arifin, warga Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, ini memberikan pemaparannya.
Petani garam selalu bergantung pada musim. Saat musim hujan atau kemarau basah, bisa dipastikan hasil garam akan menurun. Sedangkan dengan inovasi rumah garam prisma, petani garam tak lagi harus bergantung pada musim. Petani garam bisa panen garam setiap hari tanpa harus menunggu musim berpihak pada petani.

Selain itu, jelas Samian Arifin, keunggulan lain rumah garam prisma ini adalah panas yang dihasilkan oleh plastik geotermal lebih fokus dan tahan angin. “Ini juga irit bahan baku,” tambahnya.
Garam prisma yang dibuat, menurut Samian Arifin, bisa tahan terhadap hujan ataupun embun, yang bisa membuat proses pembuatan garam berlangsung lebih lama. “Musuh petani garam itu hujan, sekali saja kena hujan, maka proses penggaraman akan hilang,” tegasnya.
Arifin memaparkan, untuk satu rumah garam prisma membutuhkan uang sebesar Rp 4,5 juta. Jika bisa berproduksi setiap hari akan bisa kembali modal.
Menurutnya, perbedaan mendasar dari rumah garam prisma dengan tambak garam konvensional, adalah hasil garamnya.
Jika di tambak garam konvensional hanya menghasilkan 60-80 ton garam per hektar pada musim normal.
“Tapi menggunakan metode rumah garam prisma ini bisa menghasilkan 120-125 ton per hektar atau bahkan 400 ton per hektar setahun di musim normal karena bisa terus produksi selama 1 tahun,” kata Samian Arifin panjang lebar
Sumber : Kompas/Detik
by Danu Wijaya danuw | Aug 2, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Tuban – Patung dewa raksasa di kelenteng Tuban bikin heboh di medsos karena dibumbui macam-macam. MUI dan Forpimda Tuban bertemu dan ini hasilnya.
Patung Dewa Kong Co Kwan Sing Tee Koen setinggi 30 meter di Kelenteng Kwan Sing Bio menjadi perbincangan netizen. Masalah aslinya soal perizinan, namun berkembang liar menjadi sentimen SARA.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tuban menggelar rapat tertutup di kantor MUI bersama Forpimda setempat. Para kiai meminta penjelasan Pemda Tuban untuk nantinya akan diterbitkan rekomendasi oleh MUI Tuban supaya tercipta suasana yang aman dan nyaman serta kondusif di Kota Bumi Wali.
Menurut Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussain, yang ikut dalam rapat tersebut, ada beberapa kesimpulan yang diambil. Pemda Tuban harus berupaya memberikan informasi kepada masyarakat, netizen, atau pengguna media sosial berkaitan dengan patung yang dibangun oleh kelenteng Tuban.
Pemkab Tuban dan MUI banyak menerima aduan dari masyarakat karena keriuhan di medsos. Padahal patung ini bukan dibangun di tempat umum, melainkan di dalam kompleks kelenteng. Selanjutnya pihak yang membangun patung harus ditegur dan disanksi karena belum menyelesaikan berkas IMB hingga saat ini.
“Harapan MUI, kita bisa memberikan informasi yang lengkap kepada netizen jika patung itu tidak di tempat umum, melainkan di dalam kompleks kelenteng. Dan pemda harus memberikan teguran dan sanksi kepada yang membangun,” ucap Noor Nahar Hussain kepada detikcom, Selasa (1/8/2017), melalui sambungan telepon.
Noor Nahar menambahkan banyak berkas perizinan yang kurang untuk segera dipenuhi. “Legalitas yayasan belum ada. Kalau pemda nantinya ngasih izin kan tidak akan seperti yang kita lihat saat ini,” ucapnya.
Noor Nahar mengatakan warga tidak terlalu emosional. Dia yakin warga Tuban sangat baik, agamais, serta santun. Hanya, perlu dibangun lagi komunikasi yang lebih baik seputar pembangunan patung itu.
Kendati patung berharga Rp 2,5 Miliar ini dinyatakan tidak ada ritual pemujaan, patung yang berada di Kelenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur ini memunculkan kontroversi.
Guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI) Nazaruddin Sjamsudin, mengingatkan kemungkinan adanya skenario “lanjutan” setelah pembangunan patung Dewa Perang Cina itu.
“Ini baru patung, sebentar lagi pangkalan AL Cina di Pontianak, Semarang, dan Palembang. Awas!” tulis Nazaruddin di akun Twitter @nazarsjamsuddin me-retwet akun @LUPUZTop1.
Cuitan itu mengemuka setelah kapal perang Cina yang amat besar merapat di pelabuhan Tanjung Priok yang diduga melakukan mata-mata selain kerjasama dengan pemerintah.
Kabarnya, pihak Kelenteng Kwan Sing Bio akan kembali membangun patung Dewi Kwan Im dengan besar dan tinggi yang sama.
Sumber : Detik/Posmetro
by Danu Wijaya danuw | Aug 1, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Anak anda sering melakukan aksi “Tepuk Anak Sholeh”? Bersiaplah untuk tidak menyaksikannya lagi. Pasalnya lirik tepuk tersebut dianggap intoleran.
Ketua Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Banyumas, Khasanatul Mufida mengatakan,
“Tepuk anak soleh yang diakhir berbunyi ‘islam yes, kafir no’ melatih anak menjadi intoleran dan merusak kebersamaan. Dikhawatirkan nantinya berlanjut hingga ke jenjang pendidikan berikutnya,” katanya
Dalam rapat koordinasi Pokja Program Pendidikan Keluarga (Dikkel) di Gedung Ki Hajar Dewantara, Jum’at (28/7/2017) seperti diberitakan Radar Banyumas.
Pihak terkait menyarankan agar “Tepuk Anak Sholeh” yang diajarkan di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diminta dihentikan atau diubah.
Mufidah menilai, tepuk Anak Sholeh yang diakhiri ‘Islam Yes, Kafir No’, akan mendidik anak-anak menjadi bersikap tidak toleran.
Informasi yang dihimpun di sejumlah daerah di Jawa Timur, tepuk anak sholeh juga banyak dilakukan oleh anak-anak PAUD Islam. Bedanya, pada beberapa sekolah umum tidak ada kalimat terakhir yang berbunyi “Islam yes, kafir no.”
Berikut ini bunyi lagu atau tepuk anak sholeh :
Tepuk Anak Sholeh
Aku, anak sholeh (prok, prok, prok)
Rajin sholat, rajin ngaji (prok, prok, prok)
Orangtua, dihormati (prok, prok, prok)
Cinta Islam, sampai mati (prok, prok, prok)
La ilaha illallah
Muhammadarrasulullah
Islam yes, Kafir no
Tanggapan Aisyiyah Muhammadiyah
Munculnya tuntutan untuk menghentikan Tepuk Anak Sholeh atau mengubah syairnya mendapat tanggapan serius dari Aisyiyah.
Pasalnya, lagu yang dinyanyikan anak-anak muslim itu telah ada sejak puluhan tahun lalu, mengapa sekarang dipersoalkan dengan tuduhan intoleran?
Ketua Pengurus Daerah Aisyiyah Banyumas, Zakiyah mempertanyakan alasannya.
“Sejak saya masih TK, juga sudah ada lagu itu. Selama ini, juga tidak ada masalah. Kenapa kok baru dipersoalkan sekarang?” kata Zakiyah, Senin (31/7/2017)
Zakiyah menambahkan, jika diteliti secara cermat, syair lagu Anak Sholeh tidak bertentangan dengan akidah Islam. Termasuk syair ‘Islam Yes, Kafir No’.
Dengan lagu tersebut, kalangan pendidik justru berupaya menanamkan aqidah Islam pada anak-anak usia dini agar tidak kafir saat dewasa.
“Dengan pemahaman seperti ini, saya justru jadi bertanya sebenarnya salahnya di mana?” tandasnya.
Dia menegaskan, dengan menyanyikan lagu itu bukan berarti anak-anak kemudian diajarkan untuk bersikap tidak toleran.
“Tidak tolerannya yang bagaimana? Saya, yang saat masih anak-anak sering menyanyikan lagu itu, saya kira tidak kurang tolerannya. Jadi kenapa dipersoalkan?” kata dia.
Zakiyah justru khawatir saat ini ada upaya membenturkan sesama umat Islam.
Tepuk Anak Sholeh yang dipersoalkan oleh Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Banyumas ini semoga tidak menjadi aturan wajib pemerintah yang berpotensi mengacaukan aqidah.
Komentar Nitizen

Sumber : Republika/Tarbiyah.net
by Danu Wijaya danuw | Aug 1, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Pemuda asal Pekalongan Mochammad Khamim Setiawan (28) yang ingin menunaikan ibadah haji ditempuh dengan berjalan kaki dari Pekalongan ke Tanah Suci tidak sia-sia.
Khamim pemuda Sarjana Ekonomi dari Universitas Negeri Semarang itu menunaikan Ibadah Haji ditempuh dengan jalan kaki berangkat dari kampung halamannya di Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan pada 28 Agustus 2016 lalu. Tentu saja ia melewati beberapa negara dengan terus berjalan kaki, tak peduli panas maupun hujan.
Kadang ia harus istirahat di masjid, menumpang di rumah orang yang ditemui, atau bahkan bermalam di hutan di berbagai negara.
Pada 19 Mei 2017, ia telah tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dengan niat Bismillah dia memulai perjalanan itu untuk menempuh jarak kira-kira 9.000 kilometer. Sesuai dalam kalender Indonesia, Hari Raya Idul Adha bertepatan tanggal 1 September 2017.
Khamim menargetkan akan tiba di Kota Mekah tanggal 30 Agustus 2017 atau sebelum Wukuf. Yang berarti Khamim jalan kaki selama 1 tahun untuk naik haji menempuh perjalanan 9 ribu kilometer dan melintasi banyak negara.
Ternyata kenyataannya, dia lebih cepat sampai di Kota Mekkah dari yang diperhitungkan.
Dalam postingan di facebook, Kamis 27 Juli 2017 dia berfoto dengan background Kakbah di Masjidil Haram. Dia mengenakan pakain ihram.
Tertulis begini : Muhammad Khamim (28), pemuda asal Wonopringgo, Kab.Pekalongan yang berjalan kaki dari Pekalongan menuju Mekkah selama berbulan-bulan ini, alhamdulillah dia sudah sampai di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji.
Syaufani Solichin (73), ayah Khamim saat ditemui tribunjateng.com beberapa waktu lalu mengatakan, selama perjalanan, Khamim sering puasa Dawud yaitu sehari puasa sehari tidak puasa.
Saat awal berangkat Khamim ditemani dua orang rekannya. Namun sesampai di Kabupaten Tegal, kedua temannya menyerah dan tidak melanjutkan perjalanan. Hanya tinggal Khamim yang kemudian benar-benar bisa sampai di Mekkah, sebagaimana niat awalnya.
Kondisinya yang berpuasa, membuatnya hanya berjalan di malam hari. Dalam kondisi fisik yang baik, ia dapat menempuh perjalanan sepanjang 50 kilometer, dan hanya sekitar 15 kilometer jika kakinya merasa capek.
Selama perjalanan dari Pekalongan Jateng ke Tanah Suci mengalami sakit sebanyak dua kali. Yaitu ketika di Malaysia dan India.
Ia tidak meminum suplemen khusus, melainkan campuran air dan madu untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya dari perubahan cuaca di negara-negara yang dilalui.
Perbekalan yang Khamim bawa yaitu kaos dan celana, dua pasang sepatu, kaus kaki, pakaian dalam, kantung tidur dan tenda, lampu, telepon pintar dan GPS
Seluruh perlengkapan dimasukkan dalam sebuah tas punggung yang di luarnya terpasang sebuah bendera mini Indonesia, Merah Putih.
“I’m on my way to Mecca by foot” tulisan itu ada di kausnya.
Maksud Khamim untuk memberi pesan kepada orang-orang yang ditemui di perjalanan tentang misinya menuju Mekah di Arab Saudi.
Mochammad Khamim Setiawan meski masih pemuda, dia bukan orang miskin. Dia punya usaha kontraktor yang lagi berkembang. Semua itu dia tinggalkan demi menjalankan misi ini. Dia bawa sejumlah uang secukupnya selama di perjalanan.
“Saya tak pernah meminta-minta. Namun saya selalu bertemu orang yang memberi makanan dan bekal lain,” kata Mochammad Khamim Setiawan dikutip Khaleej Times sebuah media besar di Uni Emirat Arab.
Khamim pun sering bermalam di rumah ibadah agama lain. Itu tak jadi masalah. Dan dia akui mendapat sambutan yang baik serta toleransi yang sangat bagus.
Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi merasa bangga atas semangat dan kesungguhan Mochammad Khamim yang berjalan kaki dari Pekalonan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.
Menurut Bupati, perjalanan haji Khamim adalah resmi atau legal. Karena semua perizinan dia tunaikan dan lengkapi dengan baik. Paspor dan visa semua lengkap.
Sumber: tribunnews.com
by Danu Wijaya danuw | Jul 31, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Jakarta— Berbuat baik tak harus berumur muda, bertubuh kuat dan harta berlimpah. Hal ini dibuktikan oleh seorang nenek asal Sukabumi yang rela menyumbangkan seluruh tabungan umrahnya untuk Palestina.
Tak diketahui siapa nama nenek tersebut. Yang jelas, hatinya sangat mulia.
Usia tak lagi muda, penghasilan juga pas-pasan sebagai guru mengaji anak-anak.
Setiap kali mendapat gaji, ia menyisihkannya untuk ditabung. Tabungan tersebut adalah untuk menunaikan umrah.
Namun, karena merasa iba dengan penderitaan rakyat di Palestina, ia pun mengikhlaskan seluruh tabungannya untuk mereka.
Hal tersebut dibenarkan oleh Bendahara Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) Sukabumi Raya, Ridwan Nurpalah.
Saat ditanyakan berapa jumlah tabungannya, ia sama sekali tak mengetahuinya karena memang tidak pernah sama sekali mencetak saldo di buku tabungannya.
Bagi nenek mulia itu, uang yang ditabungnya jauh lebih penting untuk rakyat Palestina dibandingkan dirinya yang ingin melaksanakan ibadah umrah.
Seorang ulama Palestina bernama Syekh Bajes Daud Sholih yang bersilaturahmi ke Sukabumi mengatakan bahwa Palestina merupakan milik umat Islam seluruhnya sehingga harus diperjuangkan dari penjajahan Israel.
Sumber : Jurnal Muslim