Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel terus menuai kecaman. Pernyataan Trump dinilai blunder.
“Pernyataan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Israel adalah blunder politik Amerika,” Kata anggota Komisi I DPR Martin Hutabarat Kamis (7/12/2017).
Martin menilai, niat Trump itu akan berdampak luas. Terutama akan meningkatkan suhu politik di kawasan Timur Tengah maupun di negara-negara lain yang selama ini simpati terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Martin mengatakan, dirinya tidak melihat adanya urgensi AS memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem saat ini. Apalagi, tidak ada satu negara pun yang memiliki kantor kedutaan di Yerusalem. Semua berkantor di Tel Aviv dan tidak ada yang terganggu dengan kenyataan itu selama ini.
“Saya curiga bahwa pemindahan kedutaan ini bukanlah kebjakan Kementerian Luar Negeri Amerika, tapi keinginan pribadi Donald Trump untuk mengurangi serangan gencar yang sedang ditujukan kepadanya, sebagai hasil investigasi kejaksaan yang melihat keterlibatan Rusia semakin terang benderang dalam Pilpres Amerika yang lalu yang membuat Donald Trump menang melawan Hillary Clinton,” ujarnya panjang lebar.
Pengumuman Trump soal status Yerusalem itu bakal memprovokasi kemarahan di dunia Arab. Apalagi, menantu Trump, Jared Kushner, sedang berupaya mengaktifkan kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina, yang sempat terhenti.
“Rencana pengumuman ini membuat saya merasa sangat khawatir mengenai kemungkinan adanya respon berupa tindak kekerasan, yang bisa berdampak pada kedubes,” kata salah satu pejabat Kemenlu kepada Politico (Senin, 4/12/2017) “Saya harap saya keliru.”
Sejumlah kedubes AS di berbagai negara berpenduduk Muslim menjadi target demonstrasi berujung kekerasan sebelumnya. Pada 2012 lalu, sejumlah kedubes AS di Yaman, Mesir, dan Pakistan menjadi sasaran protes terkait sebuah video anti-Muslim yang memprovokasi. Sekelompok Muslim juga menyerang pejabat kedubes AS di Benghazi, Libya, dan menewaskan empat pejabat AS di sana.
Status Kota Yerusalem menjadi perselisihan selama beberapa dekade antara Palestina dan Israel dengan masing-masing mengklaim kota ini sebagai ibukota mereka.
Mayoritas negara termasuk AS sebelumnya menyepakati status Yerusalem akan ditentukan lewat proses pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.
Trump berjanji selama masa kampanye pemilihan Presiden AS untuk memindahkan kedubes negara ini dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pada Selasa, 5 Desember 2017, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, mengatakan,”Presiden, saya bisa katakan, cukup solid mengenai pemikirannya soal ini (pengumuman Yerusalem sebagai ibu kota Israel) pada saat ini.”
 
Sumber : Detik/Kabar24