Kehadiran Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan disambut ratusan pendukungnya saat dia masuk ke Blair House. Kerumunan massa meneriakkan nama Erdogan dan “merah dan putih” – warna bendera Turki.
“Hari ini, kita berada di luar garis partai,” kata Gunay Ovunc, generasi kedua Turki-Amerika yang menjadi ketua Komite Pengarah Nasional Turki-Amerika dikutip laman TRT.
Ozlem Timucin, seorang wakil presiden provinsi dari Partai AKP yang berkuasa, mengaku merasa perlu hadir untuk kedatangan Erdogan yang mengatakan bahwa “sebuah kehormatan” untuk menyaksikannya.
Setelah kedatangan Erdogan, utusan Turki di Washington mengucapkan terima kasih atas dukungannya, beberapa di antaranya mengatakan bahwa dia melakukan perjalanan ke Washington, D.C. dari tempat sejauh California di pantai barat.
Kedatangan Erdogan dibertemu Donald Trump di Gedung Putih untuk menghadiri pertemuan bilateral Oval Office yang dilanjutkan dengan sebuah konferensi pers.
Ia juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin bisnis dan agama Turki-Amerika di kediaman duta besar Turki di barat laut Washington, D.C.
Bahas Perang Suriah
Pertemuan Erdogan di Gedung Putih membicarakan tentang perang Suriah. Selain itu, Amerika melihat kekuatan Kurdi, YPG, sebagai bagian penting dalam perang melawan ISIS dan upaya untuk mengusir kelompok itu dari Raqqa.
Tapi Turki menganggap YPG sebagai teroris karena kaitannya dengan PPK yang telah melakukan pemberontakan di Turki selama tiga dekade.
Erdogan menyebut kunjungannya ke Washington sebagai “awal baru dalam hubungan Turki-Amerika.”
Baik Turki maupun Amerika telah mendukung kelompok oposisi di Suriah dalam perang enam tahun melawan pasukan dan para sekutu Presiden Bashar al-Assad.
Erdogan dan Trump Sepakat Perdamaian Timur Tengah
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sepakat untuk memperkuat kerja sama antara kedua negara. Terutama dalam hal pemberantasan organisasi-organisasi teroris.
Dalam konferensi pers bersama pada Selasa (16/05/2017) di Washington, Presiden Trump mengatakan, AS dan Turki sama-sama menghadapi serangan terorisme.
AS mendukung upaya Ankara dalam memerangi organisasi teroris seperti ISIS dan Partai Pekerja Kurdi (PKK), tambahnya.
Presiden Trump juga menegaskan, AS siap untuk bekerja sama dengan Turki dalam menghadirkan perdamaian di Timur Tengah, terutama Suriah.
Sementara itu, Presiden Erdogan mengatakan, situasi yang terjadi di Timur Tengah, mewajibkan kedua negara untuk bekerja sama. Baik itu dalam aspek pemberantasan teroris, maupun dalam aspek sumber daya dan investasi, tambah Erdogan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Turki itu juga menegaskan penolakannya terhadap keputusan AS yang mempersenjatai milisi Kurdi Suriah. Keputusan itu, menurut Erdogan, inkonsistensi dengan perjanjian antara Turki dan AS. Selain itu, Erdogan juga menyeru untuk memberantas semua organisasi teroris tanpa pilih-pilih.
Nitip Pesan Bahwa Gulen Terkait Kudeta Turki
Tak lupa, Presiden Erdogan juga menyampaikan kepada Presiden Trump bahwa Fethullah Gulen adalah orang yang bertanggung jawab atas upaya kudeta yang gagal pada Juni tahun lalu.
Hubungan Turki – AS sempat mengalami ketegangan pada beberapa bulan terakhir. Pemicunya adalah keputusan AS untuk mempersenjatai milisi Kurdi Suriah, dan keengganan AS untuk memulangkan Fethullah Gulen.
Sumber : Panji Islam/dakwatuna/hidayatullah
Editor: Cholis Akbar/Aljazeera