Oleh: Syaikh Salman Al-Audah
Betapa meruginya diriku, manakala aku mengira bahwa jalan yang sedang aku lalui akan mengantarkanku pada-Mu, namun ternyata aku sedang melalui jalan yang memisahkanku dengan-Mu.
Sungguh sangat disayangkan manakala aku meninggalkan dunia ini tanpa pernah merasakan hal yang ternikmat di dalamnya yaitu, bermunajat dan bertaqarrub kepada-Mu serta menghayati nama-nama dan sifat-Mu yang Maha Tinggi.
“Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.” (QS. al-Muthaffifin : 15).
Orang yang terhalang pada hari kiamat ialah orang yang juga terhalang dari-Nya di dunia. Mereka adalah orang-orang yang curang yang tidak dapat menakar “timbangan” dengan baik.
Ketika aku meminta jalan hidayah pada-Mu, maka hidayah yang paling agung adalah pintu ma’rifah (mengenal) dan beriman pada-Mu serta mendapatkan secercah cahaya dari-Mu yang dapat menerangi hatiku.
Bagaimana caranya supaya aku dapat memelihara saat-saat dimana hatiku mendapat penerang dan tersingkap semua hijab dari qalbuku?
Bagaimana caranya agar aku dapat melepaskan diri dari jerat kemaksiatan yang menyebabkan kekeringan dan kekosongan di dalam hatiku sehingga ia dapat menghancurkan bangunan yang aku dirikan?
Di saat aku mengingat-Mu, hatiku menjadi lembut dan lunak. Akan tetapi, aku tidak memiliki kekuatan untuk terus menerus berada dalam kondisi seperti itu kecuali dengan anugerah yang Kau berikan kepadaku.
Manakala aku membaca Al-Qur`an, pikiranku ikut berjalan menyusuri kisah-kisah orang-orang yang dekat dengan-Mu. Ia menangkap berbagai kabar gembira dan peringatan dari-Mu. Saat itulah, dunia terasa kecil di mataku, seakan-akan ia hanyalah kehidupan yang sepintas dan cepat.
Kondisi semacam itu terasa sangat nikmat nan indah, namun aku khawatir ia akan menjadi penuntut bagiku bukan menjadi sarana untuk mendekatkanku pada-Mu.
Barangsiapa yang merasakan manisnya taqarrub dan tunduk kepada-Mu, bagaimana mungkin ia akan lupa dan lalai?
Aku adalah orang yang sering berputus asa di saat melakukan kemaksiatan, dan aku adalah orang yang suka membangkang di saat aku mendapatkan nikmat. Aku orang yang suka meminta saat berada dalam kondisi sulit, akan tetapi aku menjadi orang yang tertipu di saat lapang dan senang.
Aku tidak mampu jika aku harus terus menerus berada dalam kesulitan, dan kehidupan ini tidak akan terus menerus berada dalam kenikmatan.
Apakah ada cara agar jiwaku, diriku, akalku dan qalbuku terus terwarnai dengan kehidupan yang rabbani tanpa ada kotoran riya` dan sum’ah bahkan di saat aku sedang malas?
Bagaimana caranya meneladani mereka yang telah Kau pilih dan Kau jadikan sebagai orang-orang yang shalih, yang telah Kau antarkan mereka menjadi orang-orang yang dekat dengan-Mu? Bgaimana caranya agar bisa mengikuti mereka yang telah Kau jadikan sebagai orang-orang yang Kau kabulkan do’anya, Kau berikan perlindungan dan pertolongan pada-Nya serta Kau jauhkan mereka dari segala macam keburukan dan kesulitan?
Posisiku sebagai hamba menghendaki diriku untuk melepaskan diri dari sikap egois dan sombong. Setiap kali aku menyadari hinanya diriku, di saat itulah aku merasakan kedekatan denganmu.
Aku terus menghadirkan makna sujud (ketundukan) dan terus membersihkan diri ini dari sifat sombong dan ghurur. Hal itu melapangkan diriku menuju jalan Allah. Akan tetapi, pantaskah aku mendapatkannya padahal aku adalah orang yang sudah tenggelam dalam ketamakan terhadap dunia dan sibuk dengan penampilan diriku di hadapan orang lain? Pantaskah aku mendapatkannya padahal aku telah lalai karena kesibukanku berteman dengan fulan dan fulan?
Di kala aku sadar, aku berkata: “Aku wajib memilih jalan menuju Allah dengan penuh keridhaan dan rasa cinta sebelum kematian menjemputku.”
Aku ingin seperti orang tercinta yang telah lama hilang kemudian ia datang kembali pada keluarganya, bukan seperti budak yang diseret secara paksa ke hadapan tuannya.
Sebaik-baik cara yang dapat membuatku ingat kepada Allah adalah tilawah Al-Qur`an dan berdzikir dengan shalawat dan dzikir-dzikir yang lainnya.
* Diterjemahkan oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
** Sumber: iumsonline.org