Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Ada seorang anak yang agak emosional. Menanggapi hal itu, sang ayah memberinya sekantung paku seraya berkata kepadanya, “Palu paku ini ke tembok taman setiap kali engkau emosi dan amat marah”.
Pada hari pertama si anak memalu 37 paku. Pada pekan berikutnya si anak belajar bagaimana cara mengontrol diri. Jumlah paku yang dipalu setiap hari berkurang. Dari sana si anak dapat belajar dengan mudah bagaimana cara mengontrol diri; lebih mudah daripada memalu paku ke tembok taman.
Akhirnya tibalah hari yang di dalamnya si anak tidak memalu satupun paku di tembok taman. Pada saat itu ia langsung memberitahu ayahnya bahwa ia tidak lagi perlu memalu paku.
Namun si ayah berujar, “Sekarang, copot satu paku pada setiap hari yang kau lewati tanpa marah.”
Beberapa hari berlalu. Akhirnya si anak memberitahu ayahnya bahwa ia telah berhasil mencopot semua paku yang terdapat di tembok.
Kemudian si ayah membawa anaknya ke tembok tadi. Ia berkata kepadanya, “Wahai anakku, engkau telah melakukan dengan baik. Akan tetapi, lihat lubang-lubang yang kau tinggalkan di tembok. Tembok itu tidak akan kembali seperti semula. Ketika terjadi konflik atau perselisihan antara dirimu dan orang lain lalu engkau mengeluarkan kata-kata buruk di saat marah, sebenarnya engkau telah meninggalkan luka di hati mereka sama seperti lubang yang kau lihat ini.”