by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Aug 18, 2017 | Artikel, Dakwah
Oleh : Ustad Fauzi Bahreisy
Bilangan bulan pada sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara 12 bulan tersebut, terdapat 4 bulan haram (QS at-Taubah 36)
Keempat bulan yang dimaksud adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Di dalamnya Allah melipatgandakan pahala amal salih.
Dan di antara ke-4 bulan suci dan mulia tersebut, terdapat hari-hari yang sangat utama yaitu sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijjah.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada amalan yang lebih utama dari amalan di sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini.
Mereka bertanya, ‘Tidak juga jihad?’
Beliau menjawab, ‘Tidak juga jihad, kecuali seorang yang keluar menerjang bahaya dengan dirinya dan hartanya sehingga tidak kembali membawa sesuatu pun.” [HR al-Bukhori]
Amal saleh tersebut berlaku umum mencakup apa saja. Namun terdapat amal-amal yg secara khusus diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Misalnya:
1. Puasa
Dalam riwayat Hafshah ra, Nabi saw berpuasa biasa berpuasa 9 hari pertama Dzulhijjah. Jadi minimal puasa Arafah.
Nabi saw bersabda: “Puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).
2. Takbir, tahlil, dan tahmid
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.”
Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada 10 hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir.
3. Shalat Iedul adha
Rasul saw tidak pernah meninggalkannya, bahkan mengajak seluruh kaum muslimin dan muslimat utk datang ke shalat ied, meski dalam kondisi berhalangan shalat (seperti haid dan nifas)
4. Berkurban
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir dilapangan kami (untuk shalat Ied).” [HR Ahmad, Daruqutni, Baihaqi dan al Hakim]
Catatan:
Bagi yg ingin berkurban hendaknya mulai tanggal 1 Dzulhijjah sampai penyembelihan kurban, tidak lagi memotong kuku dan rambut.
Tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada Rabu, 23 Agustus 2017.
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Aug 17, 2017 | Artikel, Konsultasi, Konsultasi Umum
Oleh : Ustad Fauzi Bahreisy
Pertama, prinsip dalam muamalah dan kehidupan bermasyarakat adalah boleh selama tidak ada larangan
(الاصل في المعاملة الاباحة)
Dalam hal ini tidak ada dalil shorih yang melarang memperingati hari kemerdekaan atau memperingati peristiwa penting dalam kehidupan.
Kedua, bahwa dalam Islam hanya terdapat dua hari raya (iedul fithri dan iedul adha) itu benar. Tidak ada lagi hari raya yang lain bagi umat Islam.
Namun itu dalam urusan agama dan ibadah. Bukan dalam urusan kemasyarakatan dan kehidupan sosial yang tidak ada kaitannya dengan ibadah (mahdhah).
Karena itu tidak masalah memperingati hari ibu, hari pahlawan, hari buruh, termasuk hari kemerdekaan dan seterusnya sebagai sebuah cara memperingati peristiwa penting yang pernah terjadi.
Ketiga, kalau dikatakan bahwa perayaan tersebut menyerupai non-muslim (tasyabbuh dengan mereka), maka tasyabbuh yang dilarang adalah yang terkait dengan agama atau simbol-simbol agama.
Jika tidak, banyak sekali tasyabbuh dengan non-muslim dalam kehidupan ini. Rasul saw dalam perang (jihad) juga pernah menyerupai atau meniru Persia yang membuat parit atau khandaq.
Keempat, bila dikatakan bahwa isi dari perayaan tersebut berupa sesuatu yg bathil, maka tidak sepenuhnya demikian.
Yang bathil kita singkirkan. Namun kegiatan yang lain seperti mengibarkan bendera tidak bisa disebut bathil.
Pasalnya ia hanya simbol rasa syukur atas terwujudnya kemerdekaan dan perlawanan terhadap penjajah yang memang tidak dibenarkan dalam Islam.
Sama seperti para sahabat yang dalam jihad berusaha menaikkan dan mengibarkan panji Islam apapun kondisi mereka.
Kesimpulannya, merayakan hari kemerdekaan tidaklah terlarang, selama dilakukan dengan benar dan ditujukan untuk menumbuhkan rasa syukur dan spirit kemerdekaan.
Wallahu a’lam.
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Aug 5, 2017 | Konsultasi
Assalamualaikum wr.wb. Saya ingin bertanya, apa penyebab doa tidak diijabah oleh Allah? Padahal saya sudah melakukan semuanya, mulai dari dhuha, tahajud, hajat dan sedekah. Wassalam.
Jawaban :
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du:
Di antara sebab tertolaknya doa adalah:
1. Qolbu yang lalai, yang maksiat, dan ragu kepada Allah Swt.
Rasul saw bersabda, “Berdoalah kepada Allah dalam kondisi engkau yakin doa tersebut diijabah. Ketahuilah bahwa Allah tidak menerima doa yang berasal dari kalbu yang lalai dan alpa.” (HR at-Tirmidzi)
2. Memakan atau mengonsumsi sesuatu yang haram.
Nabi saw bersabda, “Ada seseorang yang melakukan perjalanan, rambutnya kusut, pakaiannya lusuh, ia mengangkat tangannya ke langit, ‘Wahai Tuhan..’ sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan nutrisinya dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya diterima?!” (HR Muslim).
3. Putus asa dalam berdoa karena tergesa-gesa.
Rasul saw bersabda, “Doa kalian diijabah selama tidak tergesa-gesa. yaitu dengan berkata, ‘Aku sudah berdoa tapi belum dikabulkan juga.” (HR muttafaq alaih).
Itu sejumlah hal yang bisa membuat doa tidak diterima. Namun demikian, apa yang Anda lakukan sudah baik. Anda melakukan sejumlah ibadah di mana ibadah dan amal salih merupakan sarana yang memperlancar terkabulnya doa. Karenanya, kalau Anda sudah banyak ibadah dan beramal, lalu meninggalkan dosa dan barang haram, yakinlah bahwa doa Anda terkabul.
Hanya saja cara Allah mengabulkan doa sesuai dengan kehendak-Nya; bukan dengan kehendak Anda. serta pada waktu yang Dia tentukan; bukan waktu yang Anda tentukan. Kadang Allah langsung mengabulkan doa tersebut. kadang Allah simpan untuk diberikan di akhirat. Atau bisa juga Allah ganti dengan melenyapkan keburukan yang setara dengan doa yang dipanjatkan.
Jadi yang terpenting adalah berdoa dan berdoa. Sebab dengan berdoa minimal kita mendapatkan pahala dan terhindar dari golongan orang sombong yang tidak mau berdoa kepada Allah. Setelah itu, yakinlah bahwa doa tersebut pasti dikabulkan dengan cara Allah selama kita menjauhi dosa dan hal yang haram.
Wallahu a’lam. Wassalam alaikum wr.wb.
Dijawab oleh : Ustad Fauzi Bahreisy
Pengasuh Rubrik Al Iman dan Sharia Consulting Center
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Aug 4, 2017 | Artikel, Dakwah
Taufiq dan hidayah dari Allah merupakan karunia yang paling berharga bagi manusia. Ia tak dapat ditukar atau dibeli dengan apapun juga.
Seandainya seisi langit dan bumi diserahkan untuk membeli taufiq dari Allah, niscaya hal itu tidak akan dapat menyamai harga taufiq-Nya.
Berusahalah untuk mendapatkan taufiq-Nya dan jauhilah sikap-sikap yang dapat menghalangi kita darinnya.
Syaqiq bin Ibrahim rahimahullah berkata, “ Ada 6 hal yang menyebabkan seseorang terhalang untuk mendapatkan taufik dari Allah, yaitu:
1. Mereka sibuk dengan kenikmatan, tetapi lalai untuk mensyukurinya.
2. Mereka cinta kepada ilmu, tetapi tidak mengamalkannya.
3. Mereka bersegera berbuat dosa, tetapi menunda-nunda taubat.
4. Tertipu, berteman dengan orang-orang shalih, tetapi tidak mau meneladani perbuatan mereka.
5. Mereka tahu bahwa dunia berpaling menjauhi mereka, tetapi mereka berusaha mengejarnya.
6. Mereka tahu akhirat mendatangi mereka, tetapi mereka justru berpaling menjauhinya.
Dan tidak lupa, teruslah berdoa kepada Allah agar Ia selalu mencurahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, karena Dialah Dzat yang menggenggam hati kita.
Akhukum Fillah
Fahmi Bahreisy, Lc
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Infaq kegiatan dakwah dapat disalurkan melalui rekening an. Yayasan Telaga Insan Beriman
BSM 703.7427.734
BNI 1911.203.63
Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.
Kegiatan dakwah dapat dilihat di web www.alimancenter.com dan fanpage facebook: alimancenter
Silahkan disebarkan tanpa merubah isinya, semoga bermanfaat dan menjadi amal sholeh. Jazakumullah khairan
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Aug 2, 2017 | Artikel, Dakwah
Shalat tidak hanya gerakan badan, bukan pula sekedar ucapan lisan. Namun shalat harus disertai kesadaran, dan hati yang ikut dihadirkan.
Shalat disebut shalat karena sejatinya ada shilah (hubungan, kontak, dan koneksitas) dengan Allah.
Karena itu pula istilah yang dipergunakan adalah iqamatus shalah (mendirikan shalat); bukan ada’us shalah (mengerjakan shalat).
Bila hati ikut ruku dan sujud bersama anggota badan, pada saat itulah shalat menjadi as-shalatu nur (cahaya). Pada saat itulah shalat menjadi qurratu ayn (buah hati)
Pada saat itulah shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Semoga shalat yang khusyuk Allah berikan kepada kita Agar menjadi mukmin yang beruntung dan bahagia (QS al-Mukminun: 1-2)
Serta agar masuk ke dalam sorga firdaus-Nya.. Amin
al-faqir ilallah
Fauzi Bahreisy
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Infaq kegiatan dakwah dapat disalurkan melalui rekening an. Yayasan Telaga Insan Beriman
BSM 703.7427.734
BNI 1911.203.63
Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.
Kegiatan dakwah dapat dilihat di web www.alimancenter.com dan fanpage facebook: alimancenter
Silahkan disebarkan tanpa merubah isinya, semoga bermanfaat dan menjadi amal sholeh. Jazakumullah khairan