“Perkataan dan pemikiran kita akan selalu terkenang dan hidup seiring dengan perputaran kehidupan walaupun kami mati di jalannya.” (Sayyid Quthb –rahimahullah-)
Pada hari sabtu malam tanggal 12 Februari 1949, Hasan Al-Banna –rahimahullah wa ja’alahullah minas syuhada`- pergi meninggalkan Jam’iyyah Syubbandi, Jalan Ramses, Kairo. Tiba-tiba datang beberapa orang untuk membunuhnya. Ya, mereka telah melakukan pembunuhan terhadap Hasan Al-Banna. Akan tetapi, mereka tidak dapat “membunuh” pemikiran dan dakwahnya yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia dengan membawa misi hidayah dan menjadi penerang kepada seluruh manusia. Mereka mengira bahwa tindakan pembunuhan tersebut dapat melenyapkan pemikiran dan dakwahnya. Namun sebaliknya, ia tetap hidup dan memancar karena dakwah yang bawa berpijak diatas sistem Islam yang suci dan abadi selamanya.
Al Imam as-Syahiid Hasan Al-Banna telah meninggalkan kehidupan dunia ini. Akan tetap sirah perjuangannya tetap tertanam dalam jiwa kaum muslimin seraya berkata, “Kami berdiri di jalan Allah untuk meninggikan bendera tauhid dan demi kejayaan Islam akan kembali. Kami rela mengorbankan darah kami di jalannya.”
Imam Hasan Al-Banna termasuk sosok pemimpin dan pemikir Islam yang unik. Ia seorang tokoh reformis dan seorang panglima yang dapat mengikat dan menyatukan berbagai kelompok dan golongan dalam sebuah ikatan pemikiran yang satu. Hanya dalam beberapa tahun, ia dapat mendirikan sebuah pergerakan organisasi Islam abad 20 yang diikuti oleh jutaan orang. Ia bisa dikatakan sebagai tokoh yang memadukan antara pemikiran salafi dan spritual sufi. Ia adalah seorang yang memiliki kepribadian sufi, seorang yang alim, pemimpin pergerakan yang memiliki kemampuan untuk merubah cara berpikir masyarakat.
Ia juga menjadikan Palestina menjadi fokus dalam dakwah dan pergerakannya. Bahkan ia menganggap bahwa permasalahan Palestina adalah permasalahan bagi dunia Islam secara keseluruhan. Ia senantiasa menegaskan bahwa Inggris dan Yahudi hanya memahami satu bahasa (cara) saja, yaitu bahasa revolusi, kekuatan senjata, dan darah. Ia mengetahui betul bagaimana koalisi Barat dan Yahudi yang ingin menghancurkan kaum muslimin. Ia menolak pembagian Palestina yang telah diputuskan oleh PBB pada tahun 1947. Ia pun menyerukan seluruh kau muslimin di seluruh penjuru dunia –khususnya kepada ikhwan- untuk bersiap-siap melakukan jihad melawan Yahudi di bumi Palestina demi tercapainya rasa aman terhadap negara muslim dan Arab.
Ia pernah berkata, “Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin akan terus mengorbankan jiwa dan hartanya demi terjaganya setiap jengkal dari bumi Palestina, negara Islam dan Arab, sampai hari kiamat tiba.”
Wahai Imam, engkau telah membangun sebuah pemikiran yang hebat. Pemikiran ini akan terus tertancap kuat walaupun banyak para pendengki yang menginginkan kehancuran baginya.
Pasca gugurnya engkau 65 tahun yang lalu oleh pemerintahan Mesir, memori akan peristiwa tersebut kembali hadir dalam diri kami. Engkau adalah sosok yang telah menghiasi sejarah Islam dengan pemikiran dan perjuanganmu. Buah dari dakwahmu akan terus mengalir dan akan kembali kepadamu.
Hasan Al-Banna, Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik bagimu dan mengumpulkanmu bersama dengan para syuhada.
حَسَن البَنَّا جَزَاكَ اللهُ عَنَّا كُلَّ خَيْرٍ
Sumber : www.iumsonline.org
Penerjemah : Fahmi Bahreisy Lc