by Ahmad Sahal Hasan Lc ahmadsahalhasan | May 19, 2016 | Artikel, Qur'anic Corner
Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
Selain membaca Al-Quran secara rutin dengan frekuensi khatam yang memadai, seorang muslim dan muslimah juga wajib mengusahakan keakraban dengan Al-Quran melalui tadabbur.
Makna Tadabbur
التَّدَبُّرُ فِي اللُّغَةِ : عِبَارَةٌ عَنِ النَّظَرِ فِي عَوَاقِبِ الْأُمُوْرِ
Arti tadabbur menurut bahasa: ungkapan tentang memandang kepada pengaruh atau akibat dari sesuatu. (At-Ta’rifat, Al-Jurjani, hlm 54).
وَفِي الاِصْطِلاَحِ : تَأَمُّلُ الْقُرْآنِ بِقَصْدِ الاِتِّعَاظِ وَالاِعْتِبَارِ
Menurut istilah ulama: merenungkan Al-Quran dengan maksud mendapat nasihat dan pelajaran.(Tahrir Ma’na At-Tadabbur ‘Inda Al-Mufassirin, Makalah Dr. Fahd Mubarak Abdullah)
Dari maknanya, baik secara bahasa maupun istilah dapat disimpulkan bahwa:
1. Tadabbur ayat Al-Quran dapat dilakukan setelah kita memahami arti ayat secara umum dengan benar, meskipun hanya potongan ayatnya, atau beberapa kata di dalamnya.
Karena seseorang tidak dikatakan memandang apa yang ada dibalik sesuatu jika ia tidak mengetahui yang tampak jelas dari sesuatu itu. Atau ia tidak dianggap sedang merenungkan tujuan, pengaruh atau akibat suatu kata atau kalimat atau ucapan jika ia tidak memahami arti harfiahnya dengan benar.
2. Tujuan dari tadabbur Al-Quran adalah memperoleh nasihat dan pelajaran dari ayat-ayatnya agar bertambah iman.
(Baca juga: Tadabbur Surat Al-Insan ayat 4-6)
Maksud dari kata “itti’azh” dalam definisi adalah terpengaruh dengan mauizhah/nasihat, atau menerima mauizhah dengan hati, bukan sekadar informasi yang diterima akal, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Al-Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, tatkala menerima mauizhah dari beliau:
وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلّم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ …
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kami mauizhah (nasihat) yang membuat hati-hati ini bergetar dan mata menangis..”
(Potongan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud & Tirmidzi, lihat hadits ke-28 dari Hadits Arba’in Imam Nawawi)
Tadabbur Adalah Salah Satu Tujuan Al Qur’an Diturunkan
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal pikiran“. (QS. Shad: 29).
Asy-Syaukani berkata:
وَفِي الْآيَةِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ إِنَّمَا أَنْزَلَ الْقُرْآنَ لِلتَّدَبُّرِ وَالتَّفَكُّرِ فِي مَعَانِيهِ، لَا لِمُجَرَّدِ التِّلَاوَةِ بِدُونِ تَدَبُّرٍ
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa Allah subhanahu wa ta’ala hanyalah menurunkan Al-Quran untuk dilakukan tadabbur dan berpikir pada makna ayat-ayatnya, bukan sekadar membaca tanpa tadabbur. (Fath Al-Qadir, Asy-Syaukani, hlm 4/494).
(Baca juga: Ringkasan Taklim : Menghayati Keagungan Al-Qur’an)
Penulis kitab Tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir berkata:
وَكُلُّ آيَاتِ الْقُرْآنِ مُبَارَكٌ فِيهَا لِأَنَّهَا: إِمَّا مُرْشِدَةٌ إِلَى خَيْرٍ، وَإِمَّا صَارِفَةٌ عَنْ شَرٍّ وَفَسَادٍ، وَذَلِكَ سَبَبُ الْخَيْرِ فِي الْعَاجِلِ وَالْآجِلِ وَلَا بَرَكَةَ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِك. وَالتَّدَبُّرُ: التَّفَكُّرُ وَالتَّأَمُّلُ الَّذِي يَبْلُغُ بِهِ صَاحِبُهُ مَعْرِفَةَ الْمُرَادِ مِنَ الْمَعَانِي، وَإِنَّمَا يَكُونُ
ذَلِكَ فِي كَلَامٍ قَلِيلِ اللَّفْظِ كَثِيرِ الْمَعَانِي الَّتِي أُودِعَتْ فِيهِ بِحَيْثُ كُلَّمَا ازْدَادَ المُتَدَبِّرُ تَدَبُّرًا انْكَشَفَتْ لَهُ مَعَانٍ لَمْ تَكُنْ بَادِيَةً لَهُ بَادِئَ النَّظَرِ.
“Dan semua ayat-ayat Al-Quran adalah diberkahi, karena ia merupakan pemberi arahan kepada kebaikan atau penghalang dari kejahatan dan kerusakan, dan hal itu adalah sebab bagi kebaikan di dunia maupun akhirat, dan tak ada keberkahan yang lebih agung daripada hal itu.
Dan makna tadabbur adalah berpikir dan merenung yang menyampaikan pelakunya kepada tujuan dari makna (ayat-ayat)nya. Hal itu hanya terjadi pada ucapan yang jumlah lafazhnya sedikit tapi sarat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dimana setiap kali pelaku tadabbur menambah tadabburnya tersingkaplah kandungan nilai-nilai yang belum tampak di awal perenungan”. (At-Tahrir wa At-Tanwir, Muhammad At-Thahir ‘Asyur, 23/251-252). *bersambung
Sumber:
Telegram @sahal_hasan
by Ahmad Sahal Hasan Lc ahmadsahalhasan | May 1, 2016 | Artikel, Sentuhan Nabi
Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ تعالى عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوِ امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
(رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بَرْدِزْبَهْ البخاري، وأبو الحسين مسلم بن الحجَّاج بن مسلم القشيري النيسابوري، في صحيحيهما اللَذين هما أصح الكتب المصنفة)
Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu yang berkata, “Aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan untuk setiap orang tergantung kepada apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang didapatkannya atau wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya“. (Diriwayatkan oleh dua Imam ahli Hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardzirbah Al-Bukhari, dan Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi dalam kitab Shahih keduanya yang merupakan kitab paling shahih yang pernah ditulis).
Sabab Wurud Hadits
(Sebab atau Latar Belakang Hadits)
Bahwa ada seorang laki-laki berhijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan menikah dengan seorang perempuan yang dikenal dengan Ummu Qais, bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah dari Allah, maka dikatakan kepadanya “Muhajir Ummi Qais” (Disebutkan oleh ibnu Daqiq Al-id dalam Syarah Arbai’in An-Nawawiyyah).
Diantara Manfaat Hadits
1. Sahnya amal karena niat
2. Balasan amal juga tergantung niat.
3. Fungsi niat adalah
a. Untuk membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan
b. Untuk membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang lain
4. Arahan untuk selalu ikhlas dalam beramal, karena Allah tidak menerima amal kecuali jika diniatkan ikhlas semata untuknya dan sesuai dengan tuntunan syariat.
(Baca juga: Memaafkan)
5. Barang siapa yang meniatkan meraih suatu kepentingan duniawi dengan amalnya ia tak akan memperoleh apa yang ada di sisi Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
6. Dalam masalah syariat (hukum dan posisi wahyu), Allah dan Rasul-Nya dapat disandingkan, oleh karenanya kata Allah dan kata Rasul-Nya dihubungkan dengan “dan”. Tetapi dalam masalah peristiwa alam dan rahasia ghaib, Allah tidak boleh disekutukan dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam apalagi yang lain.
Sumber:
Telegram @sahal_hasan
by Ahmad Sahal Hasan Lc ahmadsahalhasan | Apr 21, 2016 | Artikel, Qur'anic Corner
Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
Firman Allah:
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Nabi Yusuf AS berkata (kepada saudara-saudaranya): “Tak ada cercaan kepada kalian. Semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang diantara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92).
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Nabi Yusuf menaikkan kedua orang tuanya keatas singgasana dan mereka semua bersujud menghormat kepada Nabi Yusuf. Dan dia berkata: “Wahai ayahku, inilah ta’wil mimpiku yang dulu itu Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika Dia membawa kalian dari dusun setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sungguh Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh Dia lah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana“. (QS. Yusuf: 100).
Yang menarik adalah bahwa ucapan Nabi Yusuf benar-benar mencerminkan kesempurnaan maaf yang diberikannya untuk saudara-saudaranya yang dulu telah hampir membunuhnya dengan menceburkannya ke dalam sumur.
Nabi Yusuf mengalami setidaknya dua kejadian yang membahayakan dan menyakitkan: diceburkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya sendiri dan dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan mencoba memperkosa majikannya.
Namun saat berbicara dihadapan orang tua dan saudaranya tentang nikmat Allah kepadanya di ayat 100 tersebut Nabi Yusuf hanya menyebutkan nikmat keluar dari penjara tanpa menyinggung peristiwa sumur. Padahal, diceburkan ke dalam sumur lebih membahayakan nyawanya daripada masuk penjara, dan tentunya nikmat keluar dari sumur itu lebih pantas untuk diingat dan disebut. Namun karena ini adalah momen memaafkan saudaranya sebagai pelaku peristiwa itu, Nabi Yusuf tidak menyebutkannya, dan hanya menyebutkan nijmat bebas dari penjara.
Pun saat menyebutkan nikmat berkumpul kembali dengan mereka, Nabi Yusuf hanya menyalahkan setan yang telah mengganggu hubungannya dengan mereka.
Nabi Yusuf benar-benar membuktikan bahwa “tak ada cercaan kepada kalian” baik langsung atau tidak langsung.
Maaf yang tulus dan sempurna yang lahir dari kasih sayang kepada saudaranya seolah mereka tak pernah menyakitinya.
Pantas jika Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat memaafkan orang-orang Quraisy pada peristiwa Fathu Makkah menyatakan bahwa beliau meneladani Nabi Yusuf dan mengatakan perkataan yang sama “Laa tatsriiba ‘alaikum al-yaum.. (Tak ada cercaan kepada kalian). Idzhabuu, fa antum ath-thulaqa.. (Pergilah, kalian bebas).”
Shalawat dan salam kepada Nabi Yusuf dan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sumber:
Telegram @sahal_hasan