Keistimewaan dan Rekomendasi Buku Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi)

Keistimewaan dan Rekomendasi Buku Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi)

Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi Muhammad SAW) adalah buku sejarah hidup yang paling asli/otentik dengan bukti yang kuat sehingga tidak meninggalkan keraguan sedikitpun dalam peristiwa-peristiwa besar dan kejadian-kejadian utamanya. Hal itu akan memudahkan kita untuk mengetahui penyimpangan, pemalsuan dan penambahan peristiwa atau mukjizat-mukjizat yang tidak pernah terjadi dan berlaku pada masa Nabi SAW hidup.
Keistiwewaan ini tidak kita dapatkan dalam sejarah hidup para nabi dan rasul yang diutus Allah SWT sebelumnya. Sejarah kehidupan Nabi Musa AS. telah bercampur antara yang benar dengan distorsi dan penyimpangan yang dilakukan oleh kaum Yahudi.
Begitu juga dengan sirah Nabi Isa as. Dimana injil-injil yang diakui oleh gereja sekarang dan mengandung ajaran dan sejarah hidup Nabi Isa as baru ditulis beberapa ratus tahun setelah diangkatnya Nabi Isa as ke langit sehingga banyak terdapat penyimpangan dan perbedaan antara ke semua kitab Injil tersebut dalam menceritakan tentang Nabi Isa AS.
Dalam Buku Sirah Nabawiyah, kita dapat mengetahui dengan jelas dalam semua fase kehidupan nabi Muhammad saw dari lahir sampai beliau wafat. Bahkan sebelum beliau lahir dari mulai kehidupan kakeknya Abdul Muthallib. Kita dapat mengetahui banyak tentang kelahiran Muhammad, masa kecil dan remajanya, mata pencahariannya sebelum diangkat menjadi Nabi, perjalanannya ke luar Makkah. Dan setelah beliau menjadi Nabi dan utusan Allah, maka kita dapat mengetahui sejarah hidup beliau secara lebih rinci dan lebih lengkap tahun demi tahun. Sehingga para ilmuwan barat mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah satu-satunya manusia yang begitu jelas bagi umat Islam.
Keistimewaan Sirah Nabawiyah lainnya adalah sejarah kehidupan seorang manusia yang dimuliakan Allah SWT. dengan risalah kenabian. Sehingga tidak ada cerita dongeng atau legenda yang tidak berdasar yang mengeluarkannya dari ciri kemanusiaannya atau menambah sifat ketuhanan atas dirinya.
Jika kita bandingkan dengan sirah Nabi Isa as atau pendiri agama lainnya seperti Budha tentu kita akan menemukan perbedaan yang mencolok dengan sejarah kehidupan Muhammad SAW. Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi akhlak dan perilaku pengikut masing-masing. Anggapan bahwa Isa as dan Budha mempunyai sifat ketuhanan menjadikannya sulit untuk dijadikan sebagai suri tauladan agar dapat ditiru dalam kehidupan pribadi dan sosial pengikutnya.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW akan selalu menjadi contoh manusia paripurna bagi setiap pengikutnya yang ingin mencapai kehidupan mulia di dunia dan akhirat.
Sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW ini juga mencakup semua aspek kehidupan sehingga dapat dijadikan contoh dan tauladan bagi setiap orang. Dalam sirah Nabi SAW ini kita akan menemukan bagaimana beliau sebagai pemuda, sebagai da’i, sebagai kepala negara, sebagai pemimpin pasukan, sebagai pendidik, sebagai ayah, sebagai suami, sebagai sahabat, sebagai tetangga dan aspek lainnya sehingga beliau dapat dijadikan tauladan bagi setiap orang. Dan itu tidak kita temukan dalam sejarah para nabi dan para pendiri agama lain.
Sejarah kehidupan Muhammad SAW ini sendiri memberikan bukti yang tidak diragukan lagi akan kebenaran risalah kenabiannya. Sejarah kehidupan beliau adalah sejarah manusia paripurna yang menyerukan dakwahnya secara manusiawi, bukan melalui kemampuan luar biasa dan mukjizat-mukjizat besar.
Barangsiapa yang mengetahui bagaimana pasukan Nabi SAW. yang sedikit mampu mengalahkan pasukan yang berkali-lipat jumlahnya dari pasukan beliau, dan betapa pendeknya masa penyampaian risalah kenabiannya, yaitu hanya sekita 23 tahun padahal ia menghadapi tantangan dan rintangan yang begitu besar, maka ia akan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah seorang utusan Allah SWT yang mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT.
Alhamdulillah, di tengah dekadensi moral saat ini, cahaya Islam perlahan menyeruak kembali dan mendekati kejayaannya. Salah satu indikasinya ialah bermunculannya penerbit Islam yang tak henti mencetak karya-karya ulama salaf maupun kontemporer.
Termasuk di  dalamnya ialah buku-buku mengenai sejarah hidup Rasulullah dan detail dakwah beliau selama di Mekkah-Madinah. Buku mengenai Sirah Nabawiyah tersebut kini ada dalam beragam versi. Beda penerbit, bisa jadi beda pula penulisnya. Karena beda penulis, gaya penulisannya pun berbeda. Tak jarang, para pembaca bingung harus memilih mana  Sirah Nabawiyah yang cocok bagi dia. Padahal bisa jadi, ada Sirah Nabawiyah yang hanya cocok bagi para akademisi, dan ada yang kurang cocok bagi orang awam.
Sebab itu, pada artikel kali ini akan ada 5 rekomendasi buku Sirah Nabawiyah yang shahih dan terbaik yang populer didunia serta penjelasan mengenai isi dan gaya kepenulisan para pengarangnya.
1. Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury
new-picture-2
Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury ini merupakan pemenang pertama lomba kepenulisan sejarah hidup Rasulullah Saw. yang diadakan oleh Rabithah Alam Al-Islami. Buku ini sangat cocok bagi orang awam dan mereka yang pertama kali membaca Sirah Nabawiyah. Karena penulisannya sangat sistematis, mulai dari kelahiran Rasulullah hingga beliau wafat. Bahkan di bab awal ada pembahasan mengenai sejarah bangsa Arab. Serta di bagian akhir ada biografi singkat dari para istri beliau Saw.
Ar-Rahiq Al-Makhtum telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dan dicetak oleh beberapa penerbit, di antaranya Pustaka Al-Kautsar dan Ummul Qura’.
2. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
img_20150930_080735_1481458145185
Buku Sirah Nabawiyah ini merupakan salah satu buku sirah tertua. Ditulis oleh seorang ulama salaf, yakni Ibnu Hisyam. Penulisannya cukup sistematis dan lengkap dengan hadits-hadits yang menjadi sandarannya. Bagi orang awam, mungkin buku ini sedikit memusingkan. Karena Ibnu Hisyam menulis sejarah Rasulullah disertai riwayat-riwayat shahih yang menjelaskannya. Tapi bagi para akademisi, tentu hal tersebut tidak merepotkan. Sebab kehadiran riwayat-riwayat ini akan sangat membantu dalam menilai mana sejarah Rasulullah yang shahih dan mana yang telah ditambahi “bumbu penyedap”.
Sirah Nabawiyah ini juga telah banyak diterjemahkan dan dicetak. Penerbit Darul Falah mencetaknya dalam dua jilid, sedangkan Akbarmedia menerbitkannya dalam satu jilid buku dengan ukuran yang lumayan tebal.
3. Sirah Nabawiyah karya Dr. Sa’id Ramadhan Al-Buthy
sirah-nabi-2
Salah satu buku Sirah Nabawiyah terlaris di Indonesia ialah Sirah Nabawiyah karya Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy ini. Ulama asal Suriah tersebut mencoba menganalisa dan menemukan hikmah di balik perjalanan hidup Rasulullah Saw. Sangat cocok bagi Anda yang ingin merenungi serta memahami lebih dalam peri hidup Nabi Muhammad Saw. Buku ini tidak terlalu sistematis sebagaimana Ar-Rahiq Al-Makhtum. Penulis hanya memilih beberapa episode besar, lalu menjelaskan hikmah di balik episode tersebut.
Salah satu penerbit yang menerjemahkan dan menerbitkan buku ini ialah Rabbani Press.
4. Sirah Nabawiyah karya Musthafa As-Siba’i
sibai-sirah-nabawiyyah
Sirah Nabawiyah ini hampir mirip dengan karya Syaikh Al-Buthy. Tetapi ukurannya lebih tipis. Tidak cukup sistematis, tetapi mengambil beberapa episode besar lalu menghubungkannya dengan dakwah Islam. Sangat cocok bagi para aktivis Islam, aktivis dakwah kampus, dan mereka yang bergeliat di medan dakwah. Musthafa As-Siba’i mencoba mencari inspirasi mengenai strategi dakwah dari perjalanan hidup Rasulullah Saw.
Saat ini, bukunya telah diterjemahkan dan dicetak oleh setidaknya dua penerbit. Pertama, oleh Era Intermedia dan kedua oleh Pro-U Media dengan judul Muhammad Masih Hidup.
5. Sirah Nabawiyah karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
sirah-nabawiyah-465x570_1481458649921
Terakhir, ialah Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh seorang pakar sejarah ternama. Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syaikh Ash-Shalabi ini seperti menghimpun isi Ar-Rahiq Al-Makhtum dan Sirah Nabawiyah karya Syaikh Al-Buthy. Penyusunannya lumayan sistematis disertai hikmah tersembunyi di beberapa episode kehidupan Rasulullah Saw. Tidak heran, buku ini bisa mencapai dua jilid ketika diterjemahkan.
Penerbit yang mencetak terjemahan buku ini antara lain Beirut Publishing dan Pustaka Al-Kautsar.
Demikianlah 5 rekomendasi buku Sirah Nabawiyah terbaik yang dapat Anda baca dan miliki. Selamat membaca dan menghidupkan kembali tradisi para ulama kita.
 
Sumber:
Al-Sirah al-nabawiyyah: durus wa ‘ibar, DR. Musthafa al-Siba’i, al-Maktab al-Islami, Beirut.

Sang Nabi dan Istri

Nabi Muhammad saw tak pernah jijik dengan istrinya yang sedang haid sebagaimana kebiasaan Arab dan Yahudi.  Beliau tetap mesra, hanya menghindari jima’/hubungan badan.
Saat Aisyah haid, Nabi tiduran dipangkuannya sambil baca Al Qur’an atau meletakkan kepala diantara paha Aisyah bahkan tertidur.
Untuk shalat malampun, Nabi minta izin pada istri yang sedang bersama dikasur. “Apa kau izinkan malam ini aku menghadap Rabbku?”
Karena sempitnya kamar Nabi, saat shalat malam beliau berdiri hadap Aisyah. Jika sujud disentuhnya kaki sang istri agar ditekuk.
Nabi suka minum air susu diwadah yang sama dengan istrinya, seringkali ditepatkan dibekas bibirnya. Makan anggur, zaitun dan buah lain segigit berdua.
Nabi suka mandi bersama dan bercanda main air dengan istrinya. Bahkan pada Saudah yang sudah tua. Usia tak menghalangi kemesraan itu.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

Hadits Rasulullah Tentang Halal, Haram dan Syubhat

Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
 
Rasulullah SAW bersabda
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بِشِيْر رضي الله عنهما قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: (إِنَّ الحَلالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَات لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاس، ِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرأَ لِدِيْنِهِ وعِرْضِه، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ. أَلا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمَىً. أَلا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ) رواه البخاري ومسلم
Sesungguhnya halal itu jelas dan sesungguhnya haram juga jelas. Di antara keduanya terdapat hal-hal yang tidak jelas (musytabihat) yang tidak diketahui kebanyakan manusia. Barangsiapa menjauhi hal-hal yang tidak jelas tersebut, ia telah mencari kebersihan (dari celaan syar’i dan tuduhan) untuk agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak jelas (musytabihat) tersebut, ia terjerumus ke dalam haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar hima (lahan khusus yang tidak boleh dimasuki siapa pun), ia dikhawatirkan menggembala masuk di dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai hima dan ketahuilah bahwa hima Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di tubuh terdapat segumpal darah, jika segumpal darah tersebut baik maka seluruh tubuh menjadi baik dan jika segumpal darah tersebut jelek maka seluruh tubuh menjadi jelek. Ketahuilah bahwa segumpal darah tersebut adalah hati“. (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim).
Beberapa Istilah
Halal : semua yang memiliki dalil tegas tentang kebolehannya.
Haram : semua yang memiliki dalil tegas tentang ketidakbolehannya.
Musytabihat (Syubhat) : yang tidak jelas kehalalan atau keharamannya.
Kandungan dan Manfaat Hadist
Diizinkan untuk menikmati yang halal dengan tetap menghindari sikap berlebihan.
Tanda seseorang berlebihan dalam menikmati yang halal: jika menyebabkannya melalaikan kewajiban atau terjatuh kepada yang haram.
Dalam tingkat ketaqwaan yang lebih tinggi, tandanya adalah jika mengakibatkan ia lalai memelihara yang sunnah atau menyebabkannya meremehkan yang makruh.
Hadits ini adalah perintah untuk menjauhi yang haram dan musytabih (syubhat)
Banyak orang yang tidak mengenal kejelasan status halal atau haramnya sesuatu, sehingga dinamakan musytabih/syubhat.
Tetapi ada yang mengetahui jelas status hukumnya yaitu para ulama yang mengetahui dalil sekaligus duduk permasalahannya dengan cermat sehingga baginya sesuatu itu bukanlah syubhat.
Faktor penyebab munculnya musytabih:
1. Faktor ketidakjelasan dalil
a. Yaitu jika seorang ‘alim belum dapat memastikan apakah sebuah hadits yg ia gunakan sebagai dalil adalah hadits shahih atau bukan.
b. Jika dalilnya shahih, tapi masih ada keraguan tepatkah penggunaannya utk kasus itu?
2. Faktor ketidakjelasan masalah (data permasalahan tidak lengkap ..)
3. Faktor orangnya (tidak belajar, tidak paham atau salah paham, ..)
Menjauhi yang syubhat berarti menjaga agama (di sisi Allah) sekaligus menjaga kehormatan (di mata manusia).
Salah satu cara mendekatkan orang lain kepada pemahaman adalah dengan membuat perumpamaan, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dalam hadits ini.
(Baca juga: Memaafkan)
Orang yang berada dalam perkara syubhat mudah terjatuh kepada yang haram seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya dekat daerah terlarang.
Hadits ini juga berisi arahan untuk memperhatikan hati dan selalu memperbaikinya karena kedudukannya yang amat penting bagi kebaikan seseorang secara keseluruhan.
Juga memberi isyarat bahwa sikap dan perilaku kita tentang halal, haram, dan syubhat akan mempengaruhi kondisi hati kita.
Sumber:
Telegram @sahal_hasan

Menggali Kandungan Hadits 'Amal Bergantung Pada Niat'

Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
 
عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ تعالى عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوِ امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
(رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بَرْدِزْبَهْ البخاري، وأبو الحسين مسلم بن الحجَّاج بن مسلم القشيري النيسابوري، في صحيحيهما اللَذين هما أصح الكتب المصنفة)
Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu yang berkata, “Aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan untuk setiap orang tergantung kepada apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang didapatkannya atau wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya“. (Diriwayatkan oleh dua Imam ahli Hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardzirbah  Al-Bukhari, dan Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi dalam kitab Shahih keduanya yang merupakan kitab paling shahih yang pernah ditulis).
Sabab Wurud Hadits
(Sebab atau Latar Belakang Hadits)
Bahwa ada seorang laki-laki berhijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan menikah dengan seorang perempuan yang dikenal dengan Ummu Qais, bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah dari Allah, maka dikatakan kepadanya “Muhajir Ummi Qais” (Disebutkan oleh ibnu Daqiq Al-id dalam Syarah Arbai’in An-Nawawiyyah).
Diantara Manfaat Hadits
1. Sahnya amal karena niat
2. Balasan amal juga tergantung niat.
3. Fungsi niat adalah
a. Untuk membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan
b. Untuk membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang lain
4. Arahan untuk selalu ikhlas dalam beramal, karena Allah tidak menerima amal kecuali jika diniatkan ikhlas semata untuknya dan sesuai dengan tuntunan syariat.
(Baca juga: Memaafkan)
5. Barang siapa yang meniatkan meraih suatu kepentingan duniawi dengan amalnya ia tak akan memperoleh apa yang ada di sisi Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
6. Dalam masalah syariat (hukum dan posisi wahyu), Allah dan Rasul-Nya dapat disandingkan, oleh karenanya kata Allah dan kata Rasul-Nya dihubungkan dengan “dan”. Tetapi dalam masalah peristiwa alam dan rahasia ghaib, Allah tidak boleh disekutukan dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam apalagi yang lain.
Sumber:
Telegram @sahal_hasan