by Danu Wijaya danuw | Apr 1, 2017 | Nasional
Cendekiawan Muslim asal India, Zakir Abdul Karim Naik berdialog dengan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan serta para awak media di gedung DPR/MPR RI, Jumat (31/3).
Dialog itu membahas berbagai hal dari mulai Islam sebagai agama toleran, jihad serta pemahaman tentang masalah kepemimpinan di dalam surah al-Maidah 51. Berikut poin penjelasannya :
1. Islam Agama paling Toleran di Dunia
Zakir mengatakan, Islam sebagai agama paling toleran di dunia. Islam, kata dia, agama yang dapat menyatukan seluruh umat manusia untuk tujuan kedamaian.
“Islam agama toleran, Islam berarti damai. pasrah terhadap Allah SWT. Tetapi Islam tidak toleran terhadap hal-hal tertentu seperti alkohol, prostitusi, dan korupsi,” kata Zakir.
2. Islam pemersatu Indonesia
Karena itu pula, Islam juga bisa menjadi pemersatu di Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan ras bangsa. Menurut dia, selama Islam dimaknai dengan benar sebagai agama yang toleran dan damai.
“Selama Indonesia yang multi-ras. Islam agama paling toleran dan tidak memaksa siapapun. Kita tidak bisa memaksa siapapun untuk bisa menerima Islam. Kita harus menyampaikan dakwah,” kata Zakir.
3. Boleh Menjaga Persahabatan
Ketika ditanya tentang menjalin hubungan pertemanan dengan non muslim, Zakir Naik menjawab,
“Itu bukan berarti kita tidak boleh bicara dengan mereka. Artinya, apabila kita menjaga persahabatan itu tidak masalah,” kata Zakir.
4. Memilih Pemimpin Muslim
Zakir menekankan ada baiknya kaum muslim memilih calon pemimpin yang seiman. Menurutnya, jika ada orang muslim, maka itu adalah pilihan yang lebih baik.
“Apabila ada pilihan orang Islam, soal kepemimpinan Muslim jauh lebih baik daripada non Muslim,” ujar Zakir.
5. Islam Tidak bisa Dipisahkan dengan Politik dan Pemerintahan
Kemudian, dia juga menyampaikan terkait wacana pemisahan agama dengan politik. Menurut dia, Islam adalah panduan hidup. Maka, selain menyangkut ibadah, Islam juga terkait dengan politik dan pemerintahan.
“Tidak hanya shalat, puasa, haji, apa yang bisa dimakan, apa yang nggak bisa dimakan, tapi (Islam mengatur) bagaimana berbisnis, memerintah kota, negara,” tutur pria berusia 51 tahun tersebut.
Diolah dari : vivanews, republika
by Danu Wijaya danuw | Mar 23, 2017 | Fatwa
KH Ahmad Ishomuddin yang menjadi saksi ahli agama Ahok menyebut, Surat Al Maidah ayat 51 sudah tidak relevan diterapkan dalam kondisi saat ini. Apakah benar?
1. Islam adalah Agama Sempurna untuk Setiap Perkembangan Zaman
Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama kita ini, sebagai mana yang dinyatakan dengan tegas dalam firman-Nya:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agama mu, dan telah Aku cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku ridlo Islam menjadi agamamu.”(Q.S. Al-Maaidah:3)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan ayat ini berarti : “Disempurnakannya agama islam merupakan kenikmatan Allah Ta’ala yang paling besar atas umat ini, karena Ia telah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka tidak memerlukan lagi kepada agama lainnya, dan tidak pula kepada seorang nabi selain Nabi mereka sendiri shollallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu Allah Ta’ala menjadikannya sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya kepada seluruh jin dan manusia. Dengan demikian tidak ada suatu yang halal, melainkan yang beliau halalkan, dan tidak ada yang haram, melainkan yang beliau haramkan, dan tidak ada agama, melainkan agama yang beliau syari’atkan, setiap yang beliau kabarkan pasti benar lagi jujur, tidak ada mengandung kedustaan sedikitpun, dan tidak akan menyelisihi realita.” (Tafsirul Qur’anil Adlim 2 / 12)
2. Dalil ayat dan hadist dalam ajaran Islam Relevan dengan Zaman
Dalam bahasa Arab, kata “mengikuti”, tapi “selaras atau sesuai” dengan perkembangan zaman adalah terjemahan dari kata “ يصلح“ yang artinya relevan (sesuai ; selaras; cocok).
Pernyataan ini merupakan fatwa yang dikeluarkan oleh Pusat Fatwa di bawah pimpinan Syaikh Dr. Abdullah al-Faqih, sebagai berikut;
لأن كل شيء في الإسلام يصلح في كل زمان وكل مكان فهو منـزل من الله رب العالمين
“ … Bahwa sesungguhnya setiap persoalan (yang terkandung) dalam ajaran Islam itu selaras dengan setiap zaman dan setiap waktu, karena (ajarannya) diturunkan dari Allah penguasa alam “ (Lihat, Abdullah al-Faqih, al- Fatawa al-Islamiyah, Maktabah Syamilah, tth., jil. Ke-27, hal. 34)
Bahkan dalam fatwanya, mufti Timur Tengah itu menyatakan, “Jika ada orang yang menyakini, ‘Islam tidak relevan (sesuai, selaras) dengan perkembangan zaman’, maka ia telah kufur.”
3. Islam Rahmatan Lil Alamin Sepanjang Zaman
Islam adalah agama rahmah lil alamin (QS. Al-Anbiya [21]:107)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Sehingga Islam memiliki nilai kehidupan sepanjang zaman dan berlaku untuk setiap generasi dan tempat.
Inilah nilai rahmat Allah kepada manusia. Ketika Islam dipahami sebagai ajaran yang tidak selaras dengan perkembangan zaman, maka berarti dia menuduh Islam menolak peradaban.
4. Islam Mengatasi Problematika Perkembangan Zaman
Sejarah kehidupan umat Islam mulai dari generasi Rasulullah, para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, hingga sekarang, menggali ajaran Islam menjadi suatu argumentasi dalam mengatasi problematika perkembangan zaman.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga Turki Ustmani merupakan prasasti yang sangat bernilai sebagai bentuk implementasi pesan-pesan al-Qur’an.
Berbagai disiplin ilmu lahir dari berbagai intelektual dan kaum cendekiawan muslim untuk menjawab persoalan umat yang sarat dengan multi tradisi, kultur, strata sosial dan sebagainya.
Salah satu contoh yang dikenal dalam dunia fuqoha adalah fatwa-fatwa Imam Syafi’i dengan istilah “qoul qodim” (pemikiran lama) dan “qoul jadid” (pemikiran baru).
Qoul qodim adalah fatwa-fatwa beliau ketika tinggal di Irak. Sedangkan ketika beliau hijrah ke Mesir, fatwa-fatwa beliau disebut qoul jadid. Mengapa kedua istilah itu muncul?.
Karena fatwa-fatwa tersebut disampaikan untuk menjawab dengan melihat dasar ajaran Islam dalam perkembangan zaman yang dihadapinya dengan sosio-kultural yang berbeda di kedua negara tersebut.
5. Islam itu Universal untuk Seluruh Umat Manusia, Dimana dan Kapan Saja
Para ulama berpendapat bahwa hukum Islam atau nilai-nilai ajaran Islam itu memiliki karakter ; antara lain universal yang berlaku untuk seluruh umat manusia, dimana dan kapan saja. Hal ini tertuang di dalam Firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.” (QS. as-Saba : 28).
Dalam penjelasan ayat di atas, Syekh Sayid Sabiq, dalam bukunya Fiqh al-Sunnah menjelaskan bahwa tujuan Syariat Islam itu dibangun untuk mengembangkan kemaslahatan manusia.
Dalam Islam, menurutnya, terdapat dua ketentuan; 1) ketentuan khusus dan 2) ketentuan umum.
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang menyangkut persoalan akidah dan ibadah yang tidak berubah, dan tidak boleh dirubah serta diungkap dengan jelas dan terperinci.
Sedangkan Ketentuan umum yang berkaitan dengan duniawi, ekonomi, sosial dan sebagainya, diungkap secara mujmal (global) untuk menangkap persoalan yang berkembang guna kemaslahatan hidup manusia sepanjang masa, dan dari generasi ke generasi.
Agar hal ini dapat dijadikan sebagai burhan (petunjuk) para penguasa untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Dalam kontek mujmal (global), inilah hukum dalam Islam sangat kondisional dan tidak harga mati. Termasuk hukum Islam memilih pemimpin Muslim dalam Q.S. Al Maidah ayat 51 dan lainnya.
by Danu Wijaya danuw | Mar 1, 2017 | Nasional
Cerdas, Habib Rizieq Shihab yang semula ditolak jadi saksi oleh tim kuasa Ahok karena dianggap punya masalah hukum, akhirnya keberatan Tim Pengacara Ahok tersebut ditolak oleh Hakim.
Dan dengan cerdas, Habib Rizieq akhirnya bisa menjadi saksi ahli dan membungkam Tim Kuasa Hukum Ahok dan Ahok, karena secara gamblang Habib Rizieq bisa menjelaskan di mana letak penistaan atau penghinaan terhadap surat Al Maidah 51.
Menurut Habib Rizieq, Ahok sudah gamblang melakukan penodaan terhadap agama yakni terkait dengan surat Al Maidah ayat 51. Kalimat “dibohongi” yang terucap dari mulut Ahok ini yang dianggap sebagai penodaan agama.
1. Kalimat dibohongi pakai surat Al Maidah 51
Kata Habib Rizieq, Kalimat “dibohongi pakai surat Al Maidah 51”. Sehingga saya garis bawahi pertama, siapa yang dibohongi, tentu adalah orang Islam yang hadir mendengarkan pidato terdakwa kata Habib Rizieq dalam kesaksiannya hari ini.
2. Makna Dibohongi Dialamatkan Kepada…
Selanjutnya, makna dibohongi menggunakan Surat Al Maidah ayat 51 yang dialamatkan kepada : warga. Juga sudah memenuhi unsur penodaan agama.
3. Al Maidah sebagai Alat Kebohongan
Karena dalam kalimat yang disampaikan Ahok, ada unsur jika Al Maidah ayat 51 lah yang digunakan sebagai alat kebohongan. Sementara ayat Al Quran itu adalah kalimat suci.
“Tentu maksudnya kalau ditanya dibohongi pakai Surat Al Maidah ayat 51 berarti Surat Al Maidah di sini dijadikan alat kebohongan. Tidak hanya (sebagai) alat kebohongan (saja), tapi sumber kebohongan,” ujarnya.
4. Alasan Partai Islam Mendukung Pemimpin Daerah di daerah Mayoritas Non Muslim
Tak hanya surat Al Maidah, Habib Rizieq juga dengan gamblang bisa menjelaskan soal partai politik Islam atau orang Islam yang mendukung Calon Pimpinan Daerah yang non muslim di beberapa daerah.
Dia mengatakan, bahwa umat Islam diperkenankan memilih pemimpin dari kalangan non muslim. Asalkan dengan alasan yang kuat dan jelas logikanya.
Misalnya bagi umat yang tinggal di negeri atau daerah yang mayoritas non muslim, karena hal itu digolongkan dalam keadaan darurat.
“Misalnya, kalau tidak ikut pemilu akan mendapat ancaman karena bisa disebut tidak setia dengan negara. Sedangkan dua calonnya adalah non muslim, maka boleh memilih,” jelas Habib Rizieq.
5. Habib Rizieq Menyerahkan Dua Alat Bukti Baru
Habib Rizieq juga menambahkan, pihaknya punya bukti baru, bahwa bukan sekali itu saja di Pulau Seribu Ahok menista agama.
Tetapi di beberapa kesempatan juga sudah sering menyinggung atau mengolok-olok surat Al Maidah 51. Artinya penghinaan yang dilakukan Ahok itu sudah terstruktur dan terencana terhadap Surat Al Maidah 51.
Yang pertama, rekaman dengan TV Al Zairah yang menyatakan dia (Ahok) tidak menyesal, tidak kapok, tidak jera kalimat pidatonya di Pulau Seribu.
Yang kedua, lanjut Rizieq, rekaman dari rapat terdakwa di Pemrov DKI yang mengolok-golok Al Maidah, dengan mengatakan ingin membuat wifi bernama Al Maidah dan berpasword kafir.