Respon Mukmin

Tausiyah Iman – 21 April 2016
 
Ukuran keimanan seseorang ternyata tidak hanya dilihat dari ibadahnya, shalatnya, puasanya, hajinya, dan seterusnya. Akan tetapi, juga dilihat dari sikapnya ketika melihat dan merespon kemungkaran.
Saat melihat kemungkaran, seorang mukmin tidak boleh diam, abai, apalagi sampai ridha dan mendukung. Namun, ia harus menunjukkan pembelaan dan loyalitasnya kepada Allah dengan berusaha mengubah kemungkaran tersebut. Itulah ciri dari mukmin sejati.
Allah berfirman, “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Kalian menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran” (QS Ali Imran: 110).
Ustadz Fauzi Bahreisy
(Baca juga: Adab Di Dalam Majelis & Adab Terhadap Guru)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Oleh: Dr. Atabik Luthfi
 
Firman Allah SWT:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia; menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah“. (QS. Ali Imran: 110).
Ayat di atas jelas merupakan jaminan bersyarat Allah bagi umat ini bahwa mereka adalah umat yang terbaik sepanjang zaman selama senantiasa mampu mempertahankan eksistensi dakwah dalam kehidupan mereka tanpa terkecuali. Kebaikan umat dakwah ini diperkuat oleh Rasulullah saw dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda tentang ayat 110 dari surat Ali Imran: “Kamu melengkapi tujuh puluh umat, kamulah yang paling baik dan paling mulia di sisi Allah“.
Tentu, kesadaran memahami  ayat di atas secara seksama akan menumbuhkan semangat dan motivasi dakwah di kalangan umat terbaik ini.
Yang menarik dari susunan kalimat ayat di atas bahwa penyebutan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar) yang merupakan esensi dakwah didahulukan daripada penyebutan iman kepada Allah, padahal iman kepada Allah merupakan derajat tertinggi dan lebih dahulu keberadaannya.
(Baca juga: Memaafkan)
Bahkan amar ma’ruf dan nahi munkar sendiri merupakan konsekuensi iman kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya aktivitas amar ma’ruf dan nahi munkar, sekaligus merupakan perintah agar umat ini siap mencurahkan segala potensi dan kemampuannya untuk mewujudkan kebaikan dan mencegah timbulnya kejahatan bagi umat manusia.
Mengingat urgennya amar ma’ruf nahi munkar, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melakukannya di ayat yang lain dengan balasan mereka akan menjadi umat yang senantiasa meraih keberuntungan dan kemenangan (Al-Falah.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung“. (QS. Ali Imran: 104).
Sebagai perintah Allah, sudah barang tentu jika dilaksanakan akan menyebabkan lahirnya berbagai macam kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya jika perintah ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan timbulnya keburukan baik di dunia maupun di akhirat seperti yang menjadi kaidah sahabat Abdullah bin Mas’ud dalam memahami ayat-ayat Allah SWT. *disadur dari buku Tafsir Da’awi
Sumber:
Telegram @atabikluthfi

X