Mengenal AR Baswedan, Kakek Anies Baswedan yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Mengenal AR Baswedan, Kakek Anies Baswedan yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

JAKARTA -Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden di Istana Merdeka, hari Kamis (8/10/2018).
AR Baswedan diketahui sebagai kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dikutip dari Wikipedia, AR Baswedan lahir di Surabaya, Jawa Timur 9 September 1908. Dia meninggal di Jakarta, 16 Maret 1986 pada umur 77 tahun.
AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), kemudian Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir.
Selanjutnya ia menjadi Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante.
AR Baswedan adalah salah satu diplomat pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama dari Mesir bagi eksistensi Republik Indonesia.
Dia mendapatkan dunia jurnalisme terbuka lebar setelah bertemu wartawan pertama dari keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati, yang di kemudian hari membantu AR Baswedan dengan menjadi Sekretaris Jenderal PAI.
Ia kemudian memilih bergabung dengan Soeara Oemoem, milik dr Soetomo dengan gaji 10-15 gulden sebulan. Setelah itu dia bekerja di Matahari.

20140926_141037_peluncuran-buku-ar-baswedan

Akademisi Anies Baswedan memberikan sambutan dalam acara peluncuran buku perjuangan kemerdekaan A.R. Baswedan di Jakarta (25/9/2014)


Tapi, setelah mendapatkan amanah untuk menjalankan roda organisasi Persatuan Arab Indonesia (PAI), ia meninggalkan Matahari, padahal ia mendapat gaji 120 gulden di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu.
“Demi perjuangan,” katanya.
Sebagai wartawan pejuang, AR Baswedan produktif menulis.
Saat era revolusi, tulisan-tulisan AR kerap tampil di media-media propaganda kebangsaan Indonesia dengan nada positif dan optimis, sebagaimana terekam dalam buku The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam Under the Japanese Occupation, 1942-1945 karya Harry J. Benda
Sebelumnya, nama AR Baswedan atau Abdurrahman Baswedan menjadi satu dari 7 nama yang diusulkan Kementerian Sosial menjadi Pahlawan.
Anies Baswedan yang ditemui usai salat Jumat di Masjid Fatahillah, Balaikota mengatakan usulan tersebut sudah dimulai sejak tahun 2017 lalu.
Nama AR Baswedan sudah melalui pengkajian di Tim Pengkaji dan Penilai Gelar Pahlawan (TP2GP) Kementerian Sosial dan di Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.
 
Sumber : Tribunnews/Wikipedia

Diundang Raja Salman, Anies Baswedan Tunaikan Ibadah Haji 

 
Jakarta – Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Fery Farhati, dan ibunya, Aliyah Rasyid. Anies mengatakan ini merupakan ibadah hajinya yang pertama.
“Alhamdulilah ini perjalanan pertama saya, bersyukur bisa bersama-sama dengan ibu. Kesempatan ini saya mengajak ibu dan istri,” katanya, Jumat, 25 Agustus 2017
Menurut Anies, dirinya mendapat undangan menunaikan ibadah haji dari Raja Salman. Kanomas Travel ditunjuk Raja Salman mengatur perjalanan Anies selama di Tanah Suci. “Iya, memang mendapat undangan dari sana. Nanti di sana mereka yang mengatur,” ucapnya.
Anies bersama istri dan ibunya berangkat ke Mekkah menggunakan maskapai Saudi Arabia Airlines. Rencananya Anies akan berada di Mekkah hingga 5 atau 6 September 2017.
Selanjutnya Anies melanjutkan perjalanan ke Madinah. “Di sana sampai tanggal 11 (September 2017),” ujarnya.
Selama dua pekan meninggalkan Tanah Air, Anies menitipkan anak-anaknya ke para tetangga. “Saya titip ke tetangga juga. Kan mereka sudah seperti saudara saya sendiri. Nanti orang tua Ferry juga akan menginap di sini (rumah Anies),” tuturnya.
Anies mengaku tak khawatir meninggalkan anak-anaknya di rumah selama 15 hari. “Mereka biasa main sama tetangga. Insya Allah mereka relatif sudah biasa (ditinggal),” katanya.
Rumah Anies di Jalan Lebak Bulus Dalam II, Jakarta Selatan, Jumat pagi, 25 Agustus 2017 didatangi keluarga, teman-teman, serta tetangganya. Salah satu tamu yang datang adalah artis Neno Warisman.
Mereka berkumpul dan berdoa bersama melepas Anies dan keluarga untuk menunaikan rukun Islam kelima. Dalam pesan singkat yang dikirimkan kepada media, Anies memohon doa atas rencana keberangkatan ini.
“Sebuah perjalanan menuju Baitullah, menuju tanah di mana Ibrahim bersama Ismail membangun Kakbah. Pada semua, kami memohon maaf dan mohon diikhlaskan atas semua kesalahan dan kekhilafan kami sekeluarga dalam berinteraksi selama ini,” ujarnya.
Anies juga memohonkan doa, semoga diberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan keselamatan selama menjalankan ibadah hingga kembali ke Tanah Air, serta bisa menjadi haji mabrur.
Anies Baswedan bersama Sandiaga Uno akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017.
 
Sumber : Antara
 

Pesan Idul Fitri Anies Baswedan di Acara Rabithah Alawiyah

JAKARTA – Gubernur DKI terpilih Anies Baswedan menghadiri acara perayaan Idul Fitri 1438 H yang digelar oleh ormas Rabithah Alawiyah. Dalam acara yang dihadiri oleh ribuan massa itu, Anies memberi beberapa kata sambutannya.
Anies mengajak seluruh masyarakat agar meneladani semangat yang sudah dirintis oleh para pendahulu. Menurut Anies generasi pendahulu, utamanya di awal perjuangan menuju kemerdekaan, mampu membaca keadaan zaman yang cepat berubah.
Anies merujuk salah satu organisasi Jamiat Khair yang merupakan salah satu pilar pendukung Rabithah Alawiyah di sektor pendidikan. Organisasi Jamiat Khair yang lahir pada 1901 membuktikan betapa generasi para pejuang itu mampu membaca semangat zaman.
Generasi para pendahulu di Indonesia menyadari arti pentingnya organisasi pendidikan yang punya semangat nasionalisme. Dan Jamiat Khair selaku organisasi pendidikan Islam mampu menghadirkan hal itu.
Karenanya, Anies meminta segenap umat dan anak bangsa untuk mencontoh semangat generasi pendahulu itu. “Orang tua-orang tua itu membaca perubahan zaman dengan membentuk organisasi,” ujar Anies salam sambutannya di Jakarta, Senin (26/6).
Dan di era saat ini, semangat untuk membaca perubahan zaman sangat penting untuk dilakukan. Sebab zaman berubah begitu cepat. “Kalau kita telat menyadari perubahan kita akan tertinggal,” ujar Anies.
Karena itu, pada momen Idul Fitri ini, Anies meminta kepada seluruh hadirin agar memelihara semangat untuk terus meningkatkan diri menjadi lebih baik.
Anies pun memuji organisasi Rabithah Alawiyah yang mulai merintis sistem digitalisasi organisasi. Digitalisasi organisasi yang dilakukan Rabithah Alawiyah adalah dengan membuat aplikasi mobile yang mendukung setiap agenda dan program organisasi yang telah dicanangkan.
Hal itu, kata dia, menjadi contoh bagaimana ormas Rabithah Alawiyah membaca perubahan zaman. “Pengembangan aplikasi menjadi contoh Rabithah Alawiyah tak hanya merawat kemarin tapi juga masa depan,” ujar Anies.
Anies yang segera menjabat sebagai gubernur DKI pada Oktober 2017 mendatang juga berpesan agar semangat mengedepankan pengetahuan terus disebarkan oleh Rabithah Alawiyah pada seluruh masyarakat di Indonesia.
Sebab, bagi dia, era memajukan bangsa bukan lagi dengan cara membentuk organisasi. Sebab cara berjuang dengan cara organisasi telah dirintis generasi pendahulu lewat pendirian organisasi seperti Jamiat Khair, Rabithah Alawiyah, Sarekat Islam, atau Budi Utomo.
Sedangkan era memajukan bangsa dengan donasi modal juga bukan lagi jalan utama. “Fase sekarang donasi sekarang bukan lagi modal tapi lebih dalam bentuk knowledge (ilmu pengetahuan). Sebab sering bangsa ini kalah karena faktor knowledge (pengetahuan),” ujar Anies.
Karena ini, dia mengajak para hadirin agar memperdalam pengetahuan dan keterampilan guna memanfaatkan peluang untuk terus bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
“Peluang terbuka tapi jika kita tidak siap akan terbuang percuma. Karena itu yang perlu ditambah adalah pengetahuan dan keterampilan,” ujar Anies.

Mengenal AR Baswedan, Kakek Anies Baswedan yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Anies: Manfaatkan Idul Fitri untuk Merajut Kembali Persaudaraan

Jakarta – Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan Indonesia memiliki tradisi unik yang tidak dimiliki oleh negara lain bahkan di Mekkah dan Madinah. Tradisi itu adalah bersalaman antar sesama umat muslim usai menjalankan Salat Idul Fitri.
“Kesempatan ini (bersalaman) tidak ada di negeri lain. Anda datang di Mekkah sekalipun, di Madinah sekalipun, selesai Salat Id semua pada bubar,” ujar Anies usai menjalankan Salat Idul Fitri di Masjid Al Azhar Jakarta Selatan, Sabtu (25/6/2017).
Anies Baswedan pun merasa bangga Indonesia memiliki tradisi ini. Pasalnya, hal ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi.
“Di Nusantara ini, di Indonesia ini selesai Salat Id lalu saling mengunjungi semuanya, merajut kembali, mengikat lebih erat. Tingkatkan lagi persaudaraan, mari kita manfaatkan itu, saya pun demikian,” jelasnya.
Dia berharap Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah ini dapat dijadikan sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga untuk saling memaafkan.
“Di tingkat keluarga kita berkumpul saling memaafkan, di tingkat lingkungan lebih luas bahkan sampai nasional. Jadikan momen 1 Syawal sebagai momen untuk menguatkan tali silaturahmi sebagai saudara sebangsa,” tutur Anies.
“Hari ini juga kesempatan bagi semua untuk silaturahmi juga bagi Jakarta, mari jadikan Jakarta bersilaturahmi, di mana seluruh warganya memanfaatkan momen 1 Yyawal untuk saling memaafkan,” imbuh Anies Baswedan.
Anies Baswedan melalui sebuah video yang diunggah melalui akun instagram, @aniesbaswedan, Anies mengatakan bahwa tak terasa bulan Ramadhan telah meninggalkan kita.

download (1)_1498606236133

Instagram Anies Baswedan dengan salam dan tausyiah Idul Fitri


Ia berharap, semangat berserah diri kepada Allah dan keteguhan menahan diri dari hawa nafsu dapat terus bisa ditegakkan hingga bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan
“Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita. Semoga kita dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, orang-orang yang meraih kemenangan di bulan Ramadhan dan semoga di bulan syawal ini kita terasa seperti kembali ke fitrah,” ujar Anies, Minggu (25/6/2017). 
Di akhir video, Anies dan sang istri Fery Farhati Ganis yang kompak mengenakan pakaian berwarna putih pun mengucapkan selamat hari raya 1 syawal 1438 H.
“Mengucapkan Selamat Hari Raya 1 Syawal 1438 H. Kami sekeluarga memohon maaf lahir dan batin. Minal aidzin wal faidzin. Taqobalallahu minna waminkum,” tutupnya.
 
Sumber : Liputan6 /Okezone

Jadi Gubernur Jakarta, Anies akan Cabut Larangan Takbir Keliling dan Monas Diperbolehkan untuk Dzikir Akbar

Gubernur DKI Jakarta Terpilih Anies Baswedan menegaskan bahwa akan mencabut sejumlah larangan semasa ahok memimpin Jakarta. Larangan tersebut berkaitan dengan kegiatan ke Islaman warga DKI Jakarta yang notabene mayoritas muslim.
Menurut Anies, Indonesia merupakan negara Pancasila yang sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya, kata Anies, pemerintah harus membantu kegiatan yang menyokong Pancasila, termasuk kegiatan keagamaan.
Dihadapan Umat Islam yang menghadiri acara peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad di Masjid At-tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Anies akan mengembalikan semuanya.
“Latihan penyembelihan hewan kurban dibolehkan lagi, takbiran dibolehkan lagi, Monas boleh dipakai untuk majelis taklim, rumah dinas dipakai lagi untuk pengajian, kantor kelurahan untuk majelis taklim, GOR untuk majelis taklim. Insya Allah akan kami kembalikan semuanya (ke awal),” ujar Anies seperti dilansir tempo, senin (24/4/2017).
Sebelumnya, semasa ahok memimpin Jakarta, sejumlah kegiatan keislaman ditempat publik dilarang, seperti takbiran keliling saat Idul Fitri dan Idul Adha. Kala itu ahok menyarankan takbiran lebih baik dilaksanakan di masjid-masjid serta di kampung wilayahnya masing-masing.
Selain takbiran keliling, Ahok juga menerbitkan Instruksi Gubernur DKI Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan.
Aturan itu berisi : pelarangan penjualan serta pemotongan hewan kurban di pinggir jalan dan sekolah.
Ahok juga pernah melarang masyarakat untuk mengadakan pengajian akbar di halaman Monumen Nasional.
Sehingga membuat Majelis Rasulullah memindahkan kegiatan pengajian akbar dari tempat seperti biasa di Monas pindah ke Masjid Istiqlal.
Namun ketidak adilan serta keberpihakkan ahok diperlihatkan dengan diperbolehkannya perayaan kegiatan kristiani Paskah akbar di Monas dengan ribuan jemaah.