by Danu Wijaya danuw | Nov 23, 2018 | Artikel, Dakwah
Sebagian orang ketika turun hujan terkadang berkeluh kesah. Padahal itu adalah nikmat yang baru saja Allah ciptakan.
Seandainya setiap orang mengamalkan doa-doa ketika turun hujan, tentu saja turunnya hujan jadi nikmat terindah.
Doa Ketika Turun Hujan
Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan : Allahumma shoyyiban nafi’an (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat)”. HR Bukhari no. 1032
Ibnu Bathal mengatakan, ”Hadits ini berisi anjuran untuk berdoa ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5: 18, Asy Syamilah)
Turun Hujan Waktu Mustajab untuk Berdo’a
Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua doa yang tidak akan ditolak yaitu doa ketika adzan dan doa ketika turunnya hujan.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ no. 3078).
Doa Ketika Hujan Lebat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari
[Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari no. 1014)
Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa doa di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya. (Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah)
Berdoa Setelah Turun Hujan
Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya.
Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?”
Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
“Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir.
“Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan, karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku (Allah) dan kufur terhadap bintang-bintang.
Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan, karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku (Allah) dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71).
Disadur : Rumaysho
by Danu Wijaya danuw | May 21, 2018 | Artikel, Ramadhan
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada bulan ramadhan, agar kita meraih keistimewaan lailatul qadar. Sebab kita tak bisa memprediksi kapan malam lailatul qadar Allah swt hadirkan. Maka beberapa masjid menggunakan doa ini disela-sela shalat tarawih.
Doa ini sangat dianjurkan oleh suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Yaitu, jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti ku ucapkan?
Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdoalah: Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni “
Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.
(HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850, hadist hasan – shahih)
Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Sedangkan Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Hadits ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah”.
Hadits di atas disebutkan pula oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom pada hadits no. 706.
Semoga kita dapat melafalkan doa tersebut hingga mendapat maghfirah dan keutamaan malam Lailatul Qadar.
Disadur : Rumasyo
by Danu Wijaya danuw | Apr 12, 2018 | Artikel, Dakwah
Kalimat yang singkat, namun mempunyai keutamaan yang sangat besar ini bisa mengundang puluhan malaikat seketika.
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyaksikan 30 malaikat datang dan berbebut mencatat untuk orang yang membacanya.
Peristiwa itu terjadi ketika Rasulullah dan para sahabat sedang shalat berjamaah.
Ketika i’tidal, Rasulullah sebagai imam membaca,
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya
Umumnya, sahabat akan melanjutkan doa Rasulullah tersebut dengan ucapan,
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Ya Tuhan kami, segala puji hanyalah bagi-Mu
Namun, ada salah seorang sahabat yang membaca doa,
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Ya Tuhan kami, segala puji hanyalah bagi-Mu. Aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah.
Ketika shalat telah selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapa yang membaca doa tadi?”
Seorang sahabat menjawab, “Saya, ya Rasulullah”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda,
رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ
“Aku melihat lebih dari 30 malaikat saling berebut siapa di antara mereka yang mencatatnya terlebih dahulu” (H.R. Bukhari)
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dengan shahih ini menjelaskan keutamaan doa tersebut.
Maka doa itu pun menjadi salah satu alternatif doa i’tidal yang bisa dibaca makmum setelah imam mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah.”
Mengapa Rasulullah bisa tahu ada puluhan malaikat yang berebut mencatat, sedangkan beliau sedang menjadi imam?
Ternyata itu salah satu mukjizat Rasulullah yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam hadits yang lain kita mendapatkan penjelasan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bisa melihat orang yang berada di belakangnya, dengan izin Allah.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى . وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
“Dari Anas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ”Luruskanlah shaf kalian, aku melihat kalian dari belakang punggungku.”
Lantas salah seorang di antara kami melekatkan pundaknya pada pundak temannya, lalu kakinya pada kaki temannya.” (HR. Bukhari).
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: bersamadakwah
by Danu Wijaya danuw | Mar 27, 2018 | Artikel, Dakwah
1. Taat dan Tunduk
Makna Doa qunut yang berarti “taat dan tunduk” sendiri dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 116, di mana dalam surat ini menjelaskan bahwa segala milik Allah yang terdapat di langit maupun di bumi, semua telah qunut (yang artinya tunduk) kepada sang pencipta Allah SWT.
2. Berdiri saat shalat
Makna qunut Sholat Subuh yang berarti “berdiri saat shalat dalam waktu lama” ini dijelaskan dalam HR Muslim. Adapun penjelasannya yaitu shalat paling utama yaitu shalat yang qunutnya (artinya berdirinya) panjang atau lama. Dipertegas lagi dengan pernyataan An-Namawi di mana yang dimaksud dengan qunut yaitu lama berdiri saat shalat sesuai kesepakatan para ulama.
3. Tenang dan Diam
Untuk makna dari qunut yang artinya “tenang dan diam” dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 238, yang berbunyi “berdirilah dengan menghadap Allah SWT (shalat) secara tenang”.
Bunyi Doa Qunut
Doa qunut Sholat Subuh berdasarkan ajaran dari Rasulullah SAW sendiri merupakan qunut di baca saat shalat witir. Hal ini sesuai dengan hadis dari Hasan hin Ali bin Abi Thalib Ra. Adapun bacaan cari qunut sendiri yaitu:
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ
وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ
وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ
وَقِنِيْ شَرَّمَا قََضَيْتَ
Arti Doa Qunut
1. “Allahummahdiniii fiiman hadaiit”
Memiliki arti yaitu permintaan seorang hamba kepada Allah SWT atas petunjuk berdasarkan orang-orang yang sudah diberikan petunjuk.
Adapun petunjuk di sini yaitu bisa berbentuk ilmu bermanfaat maupun amal yang shaleh. Ilmu sendiri bisa membimbing untuk dapat memahami mana yang salah dan mana yang benar, jalan yang sesat dan yang lurus.
2. “Wa’afinii fiiman ‘afaiit”
Memiliki arti yaitu berilah hamba keselamatan, seperti hamba-Mu yang lain yang telah diberi keselamatan.
Dalam doa ini kita memohon kepada Allah untuk meminta keselamatan terhadap segala macam penyakit, baik penyakit hati ataupun penyakit badan.
Sementara penyakit hati sendiri terbagi menjadi 2 bagian, di antaranya Syahwat (hawa nafsu dunia) dan Syubhat (menghalangi orang dijalan kebenaran).
3. “Watawallanii fiiman tawallaiit”
Memiliki arti yaitu di mana jadilah wali untukku, seperti Engkau menjadi wali untuk hamba yang telah dikehendaki.
Adapun wali di sini artinya yaitu kekasih untuk dijadikan penolong, pelindung serta memperhatikan setiap kondisi orang terkasih.
Saat Allah telah menjadi Wali istimewa untuk hamba-Nya, dengan begitu Allah akan begitu memperhatikan hamba-Nya tersebut, dengan menyelamatkannya terhadap segala cobaan baik di dunia maupun di akhirat serta mengarahkannya menuju jalan yang lurus.
4. “Wabaariklii fiimaa ‘athoiit”
Memiliki arti yaitu yang mana berkahilah padaku apa yang sudah Engkau berikan.
Adapun berkah di sini menurut ulama merupakan kebaikan yang terus menerus dan banyak. Dengan begitu, kita meminta pada Allah SWT untuk memberikan keberlimpahan kebaikan, pada nikmat yang sudah diberikan Allah untuk kita.
5. “Waqina syarramaa qadhait”
Memiliki arti yaitu lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan
Ketetapan Allah selalu baik. Karena ketetapan Allah hanya berputar pada dua prinsip: Keadilan atau karunia. Berbeda dengan sesuatu yang Allah takdirkan. Ada yang baik dan yang buruk. Oleh karena kita memohon kekuatan atas segala takdir yang menimpa kita
by Danu Wijaya danuw | Feb 20, 2018 | Artikel, Dakwah
“Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang-pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad: 35)
Ayat di atas merupakan doa Nabi Sulaiman AS kepada Allah. Tentunya kita tahu bahwa Nabi Sulaiman adalah Nabi yang paling kaya di antara Nabi yang lainnya. Bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa kekayaan Nabi Sulaiman tidak pernah ada yang menandinginya hingga saat ini.
Kekayaan Nabi Sulaiman ini adalah jawaban dari doa-doa Nabi Sulaiman kepada Allah. Salah satu doanya adalah doa memohon kekayaan seperti yang tertera dalam al-Quran surat Shad ayat 35.
Lalu, bolehkan kita berdoa yang sama seperti halnya Nabi Sulaiman?
Adapaun makna dari doa Nabi Sulaiman sendiri adalah, “anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang-pun sesudahku,” di sana ada 2 pendapat ulama.
Pertama, beliau memohon kepada Allah agar tidak ada yang mampu menggulingkan kekuasaan beliau sampai beliau meninggal.
Kedua, beliau memohon kepada Allah agar beliau diberi kekuasaan yang tidak layak untuk dimiliki siapapun setelah beliau.
Al-Hafidz Ibnu Katsir lebih menguatkan pendapat kedua. Ibnu Katsir mengatakan, Yang benar, nabi Sulaiman memohon kepada Allah kerajaan yang tidak boleh dimiliki oleh manusia siapapun setelah beliau. (Tasir Ibnu Katsir, 7/70).
Karena itulah, siapapun manusia, dia tidak bisa memiliki kemampuan sebagaimana Sulaiman. Sehingga tidak ada manusia yang bisa menguasai jin atau binatang, kecuali atas mukjizat dari Allah, termasuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Beliau tidak mau melangkahi doa Sulaiman ini.
Suatu ketika, pada saat mengimami shalat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan gerakan yang berbeda di luar kebiasaannya. Pagi harinya, Beliau menceritakan,
“Ada jin ifrit menampakkan diri kepadaku tadi malam, untuk mengganggu shalatku. Kemudian Allah memberikan kemampuan kepadaku untuk memegangnya. Aku ingin untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid, sehingga pagi harinya kalian semua bisa melihatnya. Namun saya teringat doa saudaraku Sulaiman: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku.” Kemudian beliau melepaskan jin itu dalam keadaan terhina.” (HR. Bukhari 461 & Muslim 541).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau mengikat jin itu di tiang masjid. Karena jika hal itu beliau lakukan, berarti beliau telah menguasai jin. Sementara kemampuan bisa menguasai jin, merupakan keistimewaan Sulaiman. Karena teringat doa Sulaiman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melepaskan jin itu.
Ada beberapa doa nabi yang itu bagian dari mukjizat beliau. Sehingga hanya berlaku untuk beliau dan bukan untuk ditiru. Karena manusia selain mereka, tidak mungkin memiliki mukjizat.
Seperti doanya Nabi Isa ‘alaihis shalatuwassalam yang beliau memohon kepada Allah agar diturunkan hidangan dari langit. Allah mengisahkan doa Nabi Isa as dalam Al Qur’an,
Isa bin Maryam berdoa, “Ya Allah, turunkan untuk kami hidangan dari langit, yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau…” (QS. al-Maidah: 114).
Termasuk juga doa Nabi Musa ‘alaihis shalatu was salam, yang beliau memohon kepada Allah agar bisa melihat-Nya. Allah ceritakan dalam al-Quran,
Musa berdoa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.” (QS. al-A’raf: 143).
Atau doa Nabi Ibrahim, agar beliau diperlihatkan bagaimana cara Allah menghidupkan makhluk yang telah mati. Allah sebutkan doa ini dalam al-Quran,
“Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)…” (QS. al-Baqarah: 260).
Termasuk diantaranya adalah doa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Karena doa ini bagian dari mukjizat beliau, maka tidak berlaku untuk yang lain. Sehingga orang lain tidak boleh menjadikannya sebagai doa, baik tujuannya untuk mendapatkan kekuasaan atau memperlancar rizki atau tujuan lainnya. Allahu a’lam.
Referensi: KonsultasiSyariah