0878 8077 4762 [email protected]

Siapa Gubernur Pertama Mekkah Dan Madinah?

Sejarah mencatat, sejumlah sahabat yang mendapat kepercayaan menjadi gubernur kota-kota penting dan strategis. Mereka juga sebagai gubernur pertama yang bertugas memimpin jalannya pemerintahan di wilayah tersebut.
Perihal gubernur pertama dalam sejarah Islam dengan menukilkan riwayat dari kitab al-Awa’il karya Abu Hilal al-‘Askary.
Terungkap bahwa sosok yang menjadi gubernur Makkah pertama adalah sahabat ‘Utab bin Asid yang ditunjuk Rasulullah SAW untuk mempimpin Makkah saat peristiwa Haji Wada’.
Kisah ‘Utab bin Asid
Ketika Rasul wafat, tak sedikit masyarakat Arab yang keluar Islam, ‘Utab mengambil inisiasi dengan berkhutbah di masjid.
Isi ceramahnya cukup populer di antara penggalannya berbunyi, “Kalaupun Muhammad SAW meninggal, maka sesungguhnya Allah SWT kekal.
Kalian tahu sebagian besar kalian adalah kafilah di darat dan pelayan di laut, tetaplah pada urusan kalian, tunaikan zakat, saya jaminan jika ini urusan ini tidak kelar, saya akan kembalikan ke kalian.”
Kisah tentang ceramah ‘Utab bin Asid tersebut sampai di telinga Abu Bakar RA dan mengapresiasinya.
Kisah Sahal bin Hanif
Selanjutnya, al-‘Askary mengemukakan sedangkan gubernur yang pertama memimpin Madinah adalah Sahal bin Hanif yang ditunjuk oleh Ali bin Abi Thalib saat menantu Rasulullah SAW tersebut pergi ke Bashrah dalam rangka Perang Jamal.
Ada cerita yang sangat ironis terkait perang saudara sesama akidah ini, saat Utsman bin Hanif, yang tak lain adalah saudara kandung Sahal tertangkap dan hendak dieksekusi, ia meminta pengampunan.
Kemudian Utsman berkata, “Saudaraku, Sahal, wakil Ali bin Thalib atas Madinah, jika kalian membunuhku maka ia tak akan melepaskan keturunan kalian.”
Akhirnya, tak selang berapa lama mereka membebaskan Utsman bin Hanif.
 
Disadur : Republika

Anies: Manfaatkan Idul Fitri untuk Merajut Kembali Persaudaraan

Anies: Manfaatkan Idul Fitri untuk Merajut Kembali Persaudaraan

Jakarta – Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan Indonesia memiliki tradisi unik yang tidak dimiliki oleh negara lain bahkan di Mekkah dan Madinah. Tradisi itu adalah bersalaman antar sesama umat muslim usai menjalankan Salat Idul Fitri.
“Kesempatan ini (bersalaman) tidak ada di negeri lain. Anda datang di Mekkah sekalipun, di Madinah sekalipun, selesai Salat Id semua pada bubar,” ujar Anies usai menjalankan Salat Idul Fitri di Masjid Al Azhar Jakarta Selatan, Sabtu (25/6/2017).
Anies Baswedan pun merasa bangga Indonesia memiliki tradisi ini. Pasalnya, hal ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi.
“Di Nusantara ini, di Indonesia ini selesai Salat Id lalu saling mengunjungi semuanya, merajut kembali, mengikat lebih erat. Tingkatkan lagi persaudaraan, mari kita manfaatkan itu, saya pun demikian,” jelasnya.
Dia berharap Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah ini dapat dijadikan sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga untuk saling memaafkan.
“Di tingkat keluarga kita berkumpul saling memaafkan, di tingkat lingkungan lebih luas bahkan sampai nasional. Jadikan momen 1 Syawal sebagai momen untuk menguatkan tali silaturahmi sebagai saudara sebangsa,” tutur Anies.
“Hari ini juga kesempatan bagi semua untuk silaturahmi juga bagi Jakarta, mari jadikan Jakarta bersilaturahmi, di mana seluruh warganya memanfaatkan momen 1 Yyawal untuk saling memaafkan,” imbuh Anies Baswedan.
Anies Baswedan melalui sebuah video yang diunggah melalui akun instagram, @aniesbaswedan, Anies mengatakan bahwa tak terasa bulan Ramadhan telah meninggalkan kita.

download (1)_1498606236133

Instagram Anies Baswedan dengan salam dan tausyiah Idul Fitri


Ia berharap, semangat berserah diri kepada Allah dan keteguhan menahan diri dari hawa nafsu dapat terus bisa ditegakkan hingga bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan
“Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita. Semoga kita dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, orang-orang yang meraih kemenangan di bulan Ramadhan dan semoga di bulan syawal ini kita terasa seperti kembali ke fitrah,” ujar Anies, Minggu (25/6/2017). 
Di akhir video, Anies dan sang istri Fery Farhati Ganis yang kompak mengenakan pakaian berwarna putih pun mengucapkan selamat hari raya 1 syawal 1438 H.
“Mengucapkan Selamat Hari Raya 1 Syawal 1438 H. Kami sekeluarga memohon maaf lahir dan batin. Minal aidzin wal faidzin. Taqobalallahu minna waminkum,” tutupnya.
 
Sumber : Liputan6 /Okezone

Ketika Gubernur Al-Hisyam Bertemu Seorang Tabiin

Gubernur al-Hisyam adalah salah seorang pejabat yang sangat berkuasa pada zaman Dinasti Umayah. Al-Hisyam sering kali menggunakan kekuasaannya untuk keperluannya sendiri. Seperti suatu kali, ia ingin menunaikan ibadah haji. Atas biaya negara, ia pun berangkat menuju tanah suci Mekkah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ibadah haji yang dilaksanakan al-Hisyam saat itu diikuti rombongan besar yang terdiri dari sanak saudara, pejabat teras, dan para pengawalnya.
Pada masa pemerintahan ini, jumlah sahabat Rasulullah yang masih hidup hanya tertinggal beberapa orang saja. Bisa dihitung dengan jari. Di Mekkah, entah kenapa, tiba-tiba saja al-Hisyam ingin bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah. Tetapi, terlambat. Sahabat terakhir yang ada di kota suci itu pun sudah wafat. Karenanya, para pengawal al-Hisyam tidak bisa mendatangkan sahabat kepada sang gubernur. Akhirnya sebagai gantinya, para pengawalpun mendatangkan salah seorang tabiin, generasi setelah sahabat, yang masih hidup untuk dipertemukan dengan Hisyam.
Tabiin yang terpilih itu adalah Thawus Al-Yamani. Ia yang kemudian mewakili para tabiin yang lainnya. Maka, Thawus pun segera menghadap Gubernur Hisyam. Di wajahnya tidak tersirat beban apapun.
Ketika hampir masuk, Thawus menanggalkan alas kakinya persis halnya ketika akan menginjak permadani merah yang membentang mewah di hadapan Hisyam. Hisyam, ketika itu sedikit mendongak keras. Emosinya mendadak mendidih. Tapi ia masih bisa menahan diri.
“Assalamuallaikum,” ucap Thawus kepada Hisyam–tanpa didahului dengan ucapan ta’zhim terlebih dahulu. Dan yang cukup membuat Hisyam lebih tersentak lagi adalah ketika Thawus masuk dan duduk persis di samping tempat duduk Hisyam. Muka Hisyam merah. Apalagi ketika Thawus bertanya, “bagaimana keadaanmu wahai Hisyam?”
Mendapat perlakuan seperti itu, Hisyam tentu saja tersinggung. Ia marah besar. Hampir-hampir ia segera memberikan hukuman. Atau membunuhnya sekalian. Orang macam apa dia, bertemu dengan seorang gubernur tidak mempunyai kesantunan sama sekali?
Thawus bukannya tidak menyadari hal itu. Namun, ia berusaha untuk tersenyum kepada Hisyam seraya berkata, “Wahai Hisyam, engkau berada di wilayah tanah suci Allah dan tanah suci RasulNya. Karenanya, demi tempat yang mulia ini engkau tidak diperkenankan melakukan niat buruk seperti itu.”
Hisyam terperanjat. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa orang di hadapannya mengetahui apa yang ada dalam hatinya. Tapi tak urung ia berujar juga, masih dalam keadaan marah, “Lalu, engkau sendiri, apa maksudmu berulah seperti ini?”
Thawus malah balik bertanya, “Apa yang telah aku lakukan?”
Hisyam menarik nafas sambil terus memandangi muka Thawus dengan penuh ketersinggungan. “Engkau tanggalkan alas kaki persis di hadapan karpet merahku. Engkau masuk tanpa salam ta’zhim terlebih dahulu kepadaku dan tidak mencium tanganku. Engkau memanggilku hanya dengan nama kecilku tanpa gelar kehormatanku. Dan engkau duduk di sampingku tanpa terlebih dahulu permisi. Bukankah semua itu merupakan penghinaan kepadaku?”
Thawus kembali tersenyum. Ia balik memandang Hisyam dengan tajam. Hisyam merasa risih entah kenapa. Sejurus kemudian, Thawus bersuara kembali, “Wahai Hisyam! Inginkah engkau mengetahui kenapa aku melakukan semua ini?”
Tanpa menunggu jawaban Hisyam, Thawus terus berkata, “Kutanggalkan alas kakiku karena aku juga menanggalkan alas kakiku lima kali sehari saat aku menghadap Tuhanku, Azza waJalla. Dia tidak marah, apalagi murka lantaran perbuatanku itu.
“Wahai Hisyam! Aku tidak mencium tanganmu lantaran aku mendengar Ali bin Abi Thalib berkata bahwa seseorang tidak boleh mencium tangan orang lain kecuali tangan istrinya karena syahwat, atau tangan anaknya karena kasih sayang. Hai Hisyam! Aku tidak mengucapkan salam ta’zhim dan menyebutmu dengan kata-kata Amirul Mukminin karena tidak semua orang rela atas kepemimpinanmu. Karenanya aku enggan berbohong.”
“Hai Hisyam! Aku tidak memanggilmu dengan sebutan gelar kebesaran lantaran Allah memanggil para kekasihNya di dalam Al-Quran dengan sebutan nama semata-mata, seperti ‘Ya Daud, Ya Yahya, Ya Isa.’ Sedangkan Ia memanggil musuh-musuhNya dengan sebutan ‘kuniyah,’ seperti Abu Lahab.
“Wahai Hisyam! Aku duduk di sampingmu lantaran kudengar Ali berkata, ‘apabila engkau ingin melihat calon penghuni neraka, lihatlah orang yang duduk sementara orang sekitarnya tegak berdiri.’
Mendengar jawaban-jawaban ini, Hisyam yang pada awalnya sangat marah, lunglai dengan tiba-tiba. Kata-kata Thawus begitu tajam menohok dirinya. Tapi di sisi lain, ia meyakini kebenaran apa yang dikatakan oleh Thawus.
Walau dengan malu yang luar biasa, Hisyam kemudian tiba-tiba kini bersimpati kepada Thawus. Kemudian ia malah minta nasihat kepadanya.
Memenuhi permintaan itu, Thawus pun berkata, “Kudengar Ali berkata dalam salah satu nasihatnya, bahwa sungguh dalam api neraka ada ular-ular yang berbisa dan kalajengking raksasa yang menyengat setiap pemimpin yang tidak adil terhadap rakyatnya.”
Mendengar itu, Hisyam pun menggigil. Ia takut kalau-kalau selama ini ia tidak berlaku adil kepada rakyatnya. Ia tiba-tiba ingin belajar kepada Thawus untuk belajar bersikap adil. Seperti tadi Thawus datang kepadanya. Seorang tabiin yang mencoba bersikap adil kepada pemimpinnya.

Peringati Isra Miraj, Anies: Menang karena Doa Orang Ikhlas

Calon Gubernur DKI Jakarta Terpilih Anies Baswedan memberikan tausiah saat menghadiri acara isra mi’raj di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Jakarta Timur, 24 April 2017.
Anies Baswedan mengatakan kemenangannya di Pilkada DKI berasal dari doa-doa orang ikhlas. Doa-doa itu, kata Anies, adalah doa yang dibutuhkan lima tahun ke depan.
“Semoga Jakarta jadi kota maju, warga bahagia. Semoga langkah kita selalu diridhoi Allah. Terima kasih atas kesempatan hari ini. Ini insya Allah silaturahmi pembuka,” ujar Anies di tengah peringatan Isra Mi’raj di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Senin 24 April 2017.
Anies tidak menduga hasil perolehan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta putaran kedua memenangkan dirinya bersama Sandiaga Salahudin Uno.
“Saya mau sampaikan bahwa kemenangan kemarin tidak diduga angkanya. Kalau menangnya yakin. Angkanya kaget juga ya ternyata ikhtiar kita dijawab berlimpah oleh Allah,” ujar Anies.
Berdasarkan hasil hitung cepat, pasangan calon nomor urut tiga unggul dengan perolehan suara 58 persen.
Anies berhasil mengalahkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat yang hanya memperoleh 42 persen. Anies unggul dengan selisih telak 14 persen.
Anies mensyukuri kemenangan yang ia peroleh hampir di lima wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Ia mengatakan seluruh masyarakat Indonesia bersujud syukur atas kemenangan tersebut.
Bahkan, Anies bercerita ada pedagang nasi uduk yang rela menggratiskan dagangannya setelah dirinya menang pilkada DKI Jakarta.
“Ada pedagang nasi uduk digratiskan nasinya. Padahal kan mereka juga enggak punya duit, tapi mereka merasa menang.
Penjual kelapa muda juga ada yang gratiskan. Ada juga pedagang kopi di Palu, dia baca yasin dan puasa tujuh hari untuk Jakarta,” kata Anies.

Gubernur Shalih yang Tak Malu Jadi Kuli Angkut Barang

Salman Al Farisi seorang sahabat Nabi yang istimewa ini pernah menjabat gubernur di beberapa kota. Ia adalah orang yang sangat shalih, rendah hati, hingga ia makan dan minum dari hasil keringatnya sendiri.

Pada suatu hari ketika Salman sedang berjalan kaki, ia bertemu dengan seorang pedagang yang datang dari negeri Syam, sambil membawa barang bawaannya berupa buah tin dan buah kurma.
Pedagang itu mencari tukang angkut (kuli) yang dapat membantunya membawakan barang bawaannya.
Tatkala dilihatnya seorang lelaki yang tampaknya olehnya seperti halnya rakyat kebanyakan, terlintas dalam benaknya untuk menyuruh orang itu membawakan barang dagangannya.
Pedagang itu pun melambaikan tangannya sembari menunjuk orang yang dilihatnya yaitu Salman Al Farisi agar menghampirinya.
Pedagang itu berkata, “Tolong bawakan barang-barangku ini!”
Orang yang diperintah pun segera membawanya dan keduanya berjalan beriringan, hingga melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul.
Sang Pedagang dan Kuli Angkut Barang itu lantas mengucapkan salam kepada mereka. Mereka lalu menjawab, “Wa’alaikummusalam wahai Amirul Mukminin.”
Pedagang Syam itu kebingungan dan bertanya dalam hatinya, “Gubernur? Gubernur mana yang kalian maksud?”
Ia semakin bertambah keheranan tatkala melihat sebagian dari mereka cepat-cepat menuju ke arah tukang angkutnya sembari memohon, “Biar aku saja yang membawanya wahai Amir”
Akhirnya pedagang dari Syam itu mengetahui bahwa orang yang membawa barang-barangnya itu tidak lain adalah gubernur wilayah tersebut, yaitu Salman Al Farisi.
Seketika itu juga dia langsung meminta maaf kepada beliau dan menyatakan penyesalannya. Segera ia mendekati Salman untuk membantu menurunkan barang bawaannya.
Tetapi Salman menolak sambil berkata, “Tidak usah, aku akan membawanya hingga sampai di rumahmu,” tuturnya.
Demikianlah kisah pemimpin shalih yang merakyat, dan mau turun langsung berkeringat mengayomi rakyatnya. Semoga kita diberikan pemimpin yang shalih.