0878 8077 4762 [email protected]

Prinsip Islam Moderat : Sumber Islam yang Terpelihara (Al Qur’an dan Sunnah)

Oleh: Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin)
 
Kita meyakini bahwa sumber akidah, syariah, akhlak, nilai, berikut sejumlah konsep dan standarnya adalah Al Qur’an al Karim. Ia merupakan sumber yang terpelihara yang tidak mengandung kebathilan sama sekali. Ia adalah landasan utama dan sumber dari segala sumber. Ia menjadi rujukan dan dalil bagi sumber-sumber lainnya. Bahkan kedudukan as Sunnah sebagai hujjah tetap merujuk kepada Al Qur’an.
Tidaklah dibenarkan seorang muslim yang komitmen kepada syahadatain lalu meragukan kebenaran nash Al Qur’an, meragukan kondisinya yang terlindung dari perubahan berupa penambahan maupun pengurangan, serta kedudukannya sebagai hujjah, apapun mazhabnya serta apapun kelompoknya. Entah ia dari sunni, syiah, ja’fari, zaydi atau ibadhi.
Al Qur’an merupakan kitab suci seluruh kaum muslimin. Hanya Al Qur’an yang demikian terang, mudah dan terpelihara.
Kami yang menurunkan Al Qur’an sebagai peringatan dan Kami pula yang menjaganya” (Q.S. Al Hijr : 9)
Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang” (Q.S. An Nisa : 174).
Kami mudahkan Al Qur’an sebagai pelajaran. Maka adakah yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al Qamar : 17).
Allah menurunkan Al Qur’an yang berbahasa Arab. Jadi, ia memang berbahasa Arab. Namun, kandungan dan tinjauannya bersifat universal. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah,
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Q.S. Al Furqan : 1).
Karena itu, kaum muslimin wajib menerjemahkan maknanya kedalam berbagai bahasa di dunia sehingga mereka bisa menyampaikan risalah Allah ini kepada manusia, memberikan hujjah kepada mereka, serta menegakkan universalitas dakwah.
As Sunnah yang shahih menjadi sumber Islam yang kedua setelah Al Qur’an. As Sunah itulah yang disampaikan oleh para sahabat dan keluarga Nabi saw kepada kita lewat berbagai jalur yang bisa dipercaya. Salah satu tugas yang Allah berikan kepada RasulNya adalah menerangkan Al Qur’an kepada manusia.
Kami turunkan kepadamu Al Qur’an agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka” (Q.S. An Nahl : 44).
Al Qur’an berperan sebagai petunjuk ilahi bagi alam semesta. Sementara Assunnah berperan sebagai penjelasan Nabi kepada manusia yang berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan beliau. Kadang ia menafsirkan apa yang dinyatakan oleh Al Qur’an secara global atau mengkhususkan apa yang masih umum, serta membatasi apa yang masih bersifat mutlak. Allah memerintahkan untuk menaati RasulNya karena beliau tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Ketaatan beliau berarti ketaatan kepada Allah swt. Allah berfirman,
Siapa yang taat kepada Rasul berarti ia taat kepada Allah” (Q.S. An Nisa : 80).
Karena itu Allah mengaitkan ketaatan kepada RasulNya dengan ketaatan kepadaNya. Kalau hal itu dilakukan maka mereka akan mendapatkan petunjuk dan cinta Allah. Allah berfirman,
Katakanlah “Taatilah kepada Allah dan taatilah kepada Rasul!…. Jika kalian menaatinya pasti kalian mendapat petunjuk.” (Q.S. An Nur : 54).
Katakanlah “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku! Pasti Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian” (Q.S. Ali Imran : 31).
Al Qur’an tidak akan bisa dipahami secara sempurna tanpa kehadiran kehadiran As Sunnah, baik yang berupa ucapan sebagai bagian terbesar maupun berupa amal perbuatan seperti sunah yang terkait dengan penjelasan tentang shalat lima waktu dan manasik haji yang tidak dijelaskan eksplisit di Al Qur’an. Itu semua merupakan sunah dalam bentuk amal perbuatan yang diyakini secara mutawatir.
Sebaliknya As Sunah juga tidak dapat dipahami secara benar jika dilepaskan dari Al Qur’an. Akan tetapi ia harus dipahami sesuai kerangka pemikirannya. Sebab penjelasan tidak boleh berlawanan dengan sesuatu yang ia jelaskan.
As Sunah dengan kedudukannya sebagai penjelas Al Qur’an telah disepakati oleh seluruh mazhab dan aliran Islam.
Yang penting kedua sumber tersebut dipahami lewat kerangka bahasa Arab yang dengannya Al Qur’an diturunkan dan hadist diriwayatkan, serta sesuai dengan jumlah kaidah yang digariskan oleh para ulama terpercaya. Khususnya ulama ushul fiqih. Ia adalah kaidah yang sebagian besarnya sudah disepakati dan hanya sebagian kecil saja yang masih diperselisihkan.
Sumber syariat lainnya seperti ijma, qiyas, akal, istishlah, istihsan, urf, serta sejumlah syariat sebelum kita dan istishab, kedudukan semuanya sebagai hujjah tetap bersumber dari dua sumber utama diatas. Al Qur’an dan Sunnah.
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

Prinsip Islam Moderat : Ibadah

Oleh: Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad li Ulama al Muslimin)
 
Kita meyakini bahwa Allah telah menciptakan makhluk yang mukallaf (diberi tugas) untuk beribadah secara benar kepada Allah, sebagai Zat yang telah memberikan karunia. Sehingga menjadi hak Tuhan yang Mahatinggi agar manusia beribadah kepada-Nya sebagai tujuan penciptaan mereka.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku “ (Q.S. Adz Dzariyat : 56)
Ibadah memiliki sejumlah tujuan yaitu

  1. Merealisasikan pengabdian antara hamba dengan Tuhannya
  2. Menguatkan kasih sayang antara hamba dan seluruh manusia sampai makhluk yang terkecil sekalipun
  3. Membersihkan jiwa hamba itu sendiri

Diantara ibadah, ada yang bersifat wajib, ada yang bersifat sunnah, ada yang bersifat lahiriah dan ada pula yang bersifat batiniah.
Dan diantara ibadah wajib yang bersifat lahiri adalah ibadah yang menjadi syiar utama Islam dimana ia termasuk rukun Islam dan bangunannya yang besar. Yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji ke baitullah. Siapa yang mengingkari kedudukannya yang wajib atau meremehkan kemuliaannya maka ia keluar dari Islam.
Selanjutnya ada ibadah sunah yang menyertai ibadah di atas. Misalnya shalat sunah, sedekah sunah, puasa sunah, dan haji sunah.
Kemudian terdapat sejumlah ibadah tathawwu’ (sunnah) lainnya seperti membaca Al Qur’an, zikir yang berupa tasbih, tahmid, tahlil, takbir, doa, istighfar dan shalawat atas Nabi saw.
Selain itu ada ibadah yang bersifat batini yang memiliki kedudukan tersendiri dalam agama dan posisi khusus di sisi Allah, misalnya

  • Mengikhlaskan niat untukNya
  • Malu kepadaNya
  • Bersyukur atas nikmatNya
  • Sabar dalam menghadapi ujianNya
  • Ridha dengan ketentuanNya
  • Mengharap rahmatNya
  • Menyadari pengawasanNya

Lalu ada sejumlah ibadah yang bukan berupa ritual, dimana sebagian besarnya untuk menguatkan kasih sayang antara hamba dan seluruh manusia, bahkan kepada makhluk lain dan alam yaitu

  • Berbakti kepada orangtua
  • Berbuat baik kepada tetangga
  • Menolong orang yang tidak punya
  • Amar maruf dan nahi mungkar
  • Memuliakan anak yatim
  • Melawan kezaliman dan kerusakan
  • Serta segala kebaikan yang dipersembahkan muslim bagi manusia meski hanya berupa senyum manis, ucapan yang baik, atau menyingkirkan gangguan dari jalan

Semua itu merupakan makna ibadah. Sebab ibadah adalah istilah untuk semua ucapan, perbuatan yang Allah cintai dan Allah ridhai, entah itu perbuatan anggota badan atau perbuatan hati.
Bahkan kesibukan seseorang dalam bekerja mencari nafkah jika niatnya benar, lalu menjaga batasan-batasan yang Allah tentukan serta memperhatikan hak-hak manusia, maka ia termasuk bentuk ibadah yang paling utama.
Termasuk ibadah yang mensucikan hubungan antara hamba dengan syahwat dirinya yaitu ketika seorang muslim memenuhi syahwatnya dengan cara yang halal, hal itu dianggap sebagai salah satu ibadah. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadist
Persetubuhan yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jika ada diantara kita yang memenuhi syahwatnya hal itu mendatangkan pahala?” Beliau menjawab, “Ya, bukankah jika ia diletakkan pada yang haram akan mendatangkan dosa? Demikian pula ketika diletakkan pada yang halal, hal itu menjadi pahala untuknya.” (HR. Muslim dari Abi Dzar, HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Dengan demikian ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan dan maliputi seluruh perbuatan manusia baik lahir maupun yang batin. Dengan cara pandang dan niat yang benar, seorang muslim bisa merubah adat dan kebiasaan serta segala hal mubah menjadi ibadah dan taqarrub kepada Tuhan.
Seluruh amal perbuatan tergantung kepada niat. Dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Muttafaq alaih).
Jadi bagi seorang muslim seluruh bumi menjadi mihrab dan masjid. Didalamnya ia beribadah kepada Allah lewat amal dan aktivitas yang ia lakukan.

  • Seorang petani beribadah kepada Allah dengan bercocok tanam secara profesional
  • Seorang pedagang beribadah kepada Allah dengan berbisnis secara profesional
  • Seorang pegawai beribadah kepada Allah dengan melakukan tugas secara profesional
  • Seorang murid beribadah kepada Allah dengan belajar secara sungguh-sungguh

Demikianlah, seluruh manusia beribadah kepada Tuhan dengan mengerjakan apa yang ditugaskan dan diamanahkan kepadanya secara baik. Dengan cara ini kehidupannya menjadi mulia, manusia menjadi bersih, serta umat benar-benar majuselama bersambung kepada Allah. Ketika itulah setan keluar dari sarangnya dalam kondisi kalah.
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

Prinsip Islam Moderat : Identitas & Karakteristik Umat Islam

Oleh : Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad li Ulama al Muslimin)
 
Umat Islam adalah umat yang moderat. Hal ini sebagaimana yang Allah gambarkan dalam Al Qur’an
Demikianlah Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang moderat agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.” (Q.S. Al Baqarah : 143)
Ia adalah umat penggenggam aqidah dan risalah, bukan umat rasisme yang berafiliasi kepada negara atau wilayah tertentu entah di Barat atau di Timur, serta bukan pula umat yang dibatasi oleh bahasa dengan berafiliasi kepada bahasa tertentu.
Akan tetapi, ia adalah umat yang berskala global yang meski berbeda suku bangsa, tanah air, bahasa, dan ras namun disatukan oleh akidah, syariah, nilai dan kiblat yang sama.
Walaupun bahasa umat ini berbeda sesuai dengan daerahnya. Tetapi ia memiliki satu bahasa bersama yaitu bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa komunikasi antar kaum muslimin. Ia merupakan bahasa ibadah dan kebudayaan Islam.
Dalam tubuh umat ini terdapat bangsa Arab, dan non-Arab, kulit putih dan hitam, orang Barat dan Timur, orang Afrika, Eropa, Asia, Amerika, dan Australia. Mereka semua disatukan oleh Islam diatas kalimat yang sama. Seluruh perbedaan diantara mereka entah itu ras, warna kulit, bahasa, teritorial, atau status sosial telah lebur.
Seluruhnya menjadi satu umat yang diikat oleh persaudaraan mendalam berdasarkan keimanan kepada Tuhan, kitab suci, rasul dan konsep yang sama yang menghimpun keseluruhannya sekaligus menguatkan ikatannya.
Islam membolehkan seseorang mencintai tanah air dan negaranya serta merasa bangga dengannya selama hal itu tidak bertentangan dengan kecintaan dan kebanggaannya terhadap agama serta tidak menghambat terwujudnya persatuan umat Islam.
Persoalan baru muncul ketika substansi ikatan kemanusiaan tadi bertentangan dengan Islam atau ketika ia sudah mengarah kepada sikap fanatisme kelompok.
Dalam perjalanan sejarahnya, umat ini menghadapi banyak ujian, cobaan, fitnah, dan serangan. Entah dari Timur seperti pasukan Mongol atau dari Barat seperti pasukan salib. Semua itu nyaris melenyapkan eksistensi umat Islam.
Namun dengan cepat Allah munculkan sejumlah tokoh yang membela Islam seperti Imaduddin, Nuruddin, dan Sholahuddin. Mereka menghidupkan kembali umat Islam serta menyatukan dari yang tadinya berserakan. Maka, umat Islam memiliki vitalitas dan kekuatan, mampu mengusir agresor, dan kembali dalam kancah kehidupan.
Saat ini umat Islam menghadapi berbagai serangan dengan format baru. Umat ini hendak dirubah dari dalam lewat tangan para pemeluknya sendiri dengan cara merubah identitas, akidah, serta pandangannya terhadap agama, kehidupan, individu, masyarakat, makhluk, Khaliq, dunia, akhirat, manusia dan alam semesta.
Umar bin Khattab mengatakan “Kalau kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakan kita.”
Anas bin Malik berkata “Generasi akhir umat ini tidak akan menjadi baik kecuali berpegang kepada kitab Allah dan sunnah Rasul saw.”
Kemudian yang harus menjadi semboyan umat Islam adalah “Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah dan jangan berpecah belah.” (Q.S. Ali Imran : 103).
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)