Liwa dan Rayah, Bendera Panji Islam Semasa Rasulullah

Liwa dan Rayah, Bendera Panji Islam Semasa Rasulullah

Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat itu memiliki bendera tauhid dengan bentuk dan corak yang khas. Para sahabat Rasulullah saw selalu berharap bahwa diri merekalah yang menjadi pembawa bendera tauhid itu.
Salah satu contohnya ditunjukkan pada saat perang Khaibar, dimalam hari dimana keesokan paginya Rasulullah saw akan menyerahkan bendera/panji-panji kepada seseorang:
«فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوْكُوْنَ لَيْلَتَهُمْ: أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا؟»
“Malam harinya, semua orang tidak tidur dan memikirkan siapa diantara mereka yang besok akan diserahi bendera itu.”(HR. Bukhari)
Kisah diatas menunjukkan betapa pentingnya kedudukan bendera dan panji-panji didalam Islam.
Orang yang diserahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membawanya memiliki kemuliaan yang sangat tinggi.
Pengertian Liwa dan Rayah
Di dalam bahasa Arab, bendera disebut dengan liwa (jamaknya adalah alwiyah). Sedangkan panji-panji perang dinamakan dengan rayah. Disebut juga dengan istilah al-‘alam.
Rayah adalah panji-panji yang diserahkan kepada pemimpin kaum muslim, dimana seluruh pasukan di bawah naungannya dan (ia) akan mempertahankannya hidup atau mati.
Sedangkan liwa adalah bendera yang menunjukkan posisi pemimpin pasukan, dan ia akan dibawa mengikuti posisi pemimpin pasukan.
liwa rayan_1494379026818
Liwa adalah al-‘alam atau bendera tauhid berwarna putih yang berukuran besar. Seringkali sebagai penanda sebagai wilayah muslim.
Sedangkan rayah adalah bendera tauhid berwarna hitam yang berukuran lebih kecil, yang diserahkan oleh Khalifah atau wakilnya kepada pemimpin, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya.
Rayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin pasukan.
Jadi Liwa (bendera negara) berwarna putih, sedangkan rayah (panji-panji) berwarna hitam.
Riwayat hadist tentang bendera Rasulullah
Banyak riwayat (hadits) yang menunjukkan warna liwa dan rayah, diantaranya:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ –صلعم- كَانَتْ رَايَتُهُ سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ

“Rayahnya (panji peperangan) Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam, sedangkan benderanya (liwa-nya) berwarna putih.” (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah)
Riwayat lain,

كَانَتْ رَايَةُ رَسُوْلِ اللهِ –صلعم- سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ

“Panji (rayah) Nabi saw berwarna hitam, sedangkan liwa-nya (benderanya) berwarna putih. Meskipun terdapat juga hadits-hadits lain yang menggambarkan warna-warna lain untuk liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang), akan tetapi sebagian besar ahli hadits meriwayatkan warna liwa dengan warna putih, dan rayah dengan warna hitam.”
Panji-panji Nabi saw dikenal dengan sebutan al-‘uqab, sebagaimana yang dituturkan:
إِسْمُ رَايَةِ رَسُوْلِ اللهِ –صلعم- الْعُقَابُ
Nama panji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-‘uqab. Tidak terdapat keterangan (teks nash) yang menjelaskan ukuran bendera dan panji-panji Islam di masa Rasulullah saw, tetapi terdapat keterangan tentang bentuknya, yaitu persegi empat.
Dalam hadist lain
كَانَتْ رَايَتُهُ سَوْدَاءَ مُرَبِّعَةً مِنْ نَمْرَةٍ
“Panji Rasulullah saw berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol.” (HR. Tirmidzi)
Al-Kittani mengetengahkan sebuah hadits yang menyebutkan:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ –صلعم- عَقَدَ لَهُ رَايَةً، رُقْعَةً بَيْضَاءَ ذِرَاعًا فِيْ ذِرَاعٍ
“Rasulullah saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta. Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan Lâ ilâha illa Allah, Muhammad Rasulullah.
Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih”. (Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas)
Imam Thabrani meriwayatkannya melalui jalur Buraidah al-Aslami, sedangkan Ibnu Adi melalui jalur Abu Hurairah.
Begitu juga hadits-hadits yang menunjukkan adanya lafadz Lâ ilâha illa Allah, Muhammad Rasulullah, pada bendera tauhid dan panji-panji, terdapat pada kitab Fathul Bari.
Sebagian besar para fuqaha dan ahli hadits menganggap bahwa keberadaan liwa dan rayah adalah sunnah.
Kisah panji Islam di masa Rasulullah
Ibnul Qayyim berkata: Pasukan disunnahkan membawa bendera tauhid besar dan panji-panji. Warna liwa (bendera besar) disunnahkan berwarna putih, sedangkan panji-panjinya boleh berwarna hitam’.
Kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengangkat orang-orang tertentu sebagai pemegang panji-panji, juga dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar ra, sebagaimana yang dituturkan Abu Yusuf:
‘Rasulullah saw biasa menyerahkan liwa kepada pemimpin pasukan, yang diikatkan di ujung tombaknya. Rasulullah saw telah menyerahkan liwa kepada Amru bin Ash dalam perang Dzatu Salasil.
Setelah beliau saw wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq menyerahkan liwa kepada Khalid bin Walid, yang dipasang di ujung tombaknya’.
Imam Ibnu Hajar menyebutkan sunnah untuk membawa bendera tauhid Liwa dan Rayah di dalam pasukan.
 
Wallahu’alam Bishowab
 
Sumber : MuslimJurnalism/SejarahIslam