by Danu Wijaya danuw | Aug 28, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
MAKKAH – Pada Jumat kemarin merupakan pelaksanaan shalat Jumat terakhir jelang puncak haji Arafah, Muzdalifah, Mina (Armina) yang dimulai Kamis depan (31/8/2017).
Jamaah haji dari berbagai negara tumpah ruah di kawasan Masjid al-Haram. Tingkat kepadatan masjid sudah tampak sejak pukul 09.00 waktu Arab Saudi.
Pihak Kemanan Khusus Haji dan Umrah yang ditugaskan di sekitar al-Haram memasang portal beberapa pintu masuk, di Gerbang Marwah, Bab Ali, King Abdul Aziz, dan Gerbang King Fahd.
Tampil sebagai Imam dan Khatib pada pelaksanaan shalat Jumat hari itu adalah Syekh Shalih Alu Thalib. Dalam khutbahnya, dia menyampaikan beberapa pesan penting kepada para jamaah haji dari berbagai penjuru dunia.
Pesan tersebut antara lain, Syekh Shalih menyampaikan sambutan hangat kepada para jamaah haji. Dirinya mengingatkan keutamaan dan keistimewaan Makkah. Lokasi Masjid al-Haram berada, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, lokasi turunnya wahyu yang menjadi titik tolak kebangkitan umat Islam.
”Di sinilah rukun Islam kelima ditunaikan dan semoga kedatangan semua jamaah haji di berkahi,” katanya.
Menurut Shalih, ibadah haji adalah ibadah totalitas yang menghapus dosa, menampilkan syiar dan symbol persatuan, menjunjung kehormatan dan keindahan, memupuk kebersamaan dengan bersama-sama melantunkan kalimat talbiyah.
Berhaji, katanya mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan angkara murka, nafsu duniawi dan kecintaan terhadap materi. Dirinya pun mengutip surah al-Hajj ayat ke-28:
”Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.”
Berhaji, kata Syekh Shalih, adalah memenuhi sunah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Maka, sambutlah keutamaan berhaji.
Dengan mengutip sabda Rasulullah SAW, mereka yang berhaji lalu tanpa disertai dengan perbuatan keji dan fasik, dia akan dihapus dosanya, seperti bayi yang terlahir kembali.
Syekh Shalih juga mengingatkan jamaah haji memperbanyak amal ibadah, berzikir, bertahmid, beristighfar, membaca Alquran, dan bershalawat selama berada di tanah suci. Musim haji adalah momentum memperbanyak kebaikan.
Dan terpenting, katanya, memperbanyak doa. Perbanyaklah doa selama di tanah suci. Berdoalah sewaktu wukuf di Padang Arafah, berdoalah di Muzdalifah, dan berdoalah di tiap habis melempar jumrah.
Dalam khutbahnya, Syekh Shalih juga mengingatkan jamaah haji tentang pesan dan subtansi haji. Haji adalah simbol persatuan umat Islam. Mereka datang dari berbagai suku, etnis, dan negara bersama-sama melaksanakan manasik, berjamaah membaca talbiyah, mengenyampingkan perbedaan.
“Begitu indahnya perkumpulan jamaah haji ini,” ujarnya.
Dia mengajak jamaah haji untuk kembali mempelajari sejarah. Ketidaktahuan sejarah adalah salah satu faktor penyebab mudahnya pertikaian di antara umat Islam muncul.
Pada pengujung khutbahnya, selain mengajak kembali kepada ajaran Alquran dan sunah, dia juga mengingkatkan jamaah tetap menjaga kesehatan, saling menghargai satu sama lain, tidak saling mendorong, dan menjaga perilaku.
”Otoritas Arab Saudi akan memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah haji,”pungkasnya.
Sumber: ihram.co.id
by Danu Wijaya danuw | Aug 1, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Pemuda asal Pekalongan Mochammad Khamim Setiawan (28) yang ingin menunaikan ibadah haji ditempuh dengan berjalan kaki dari Pekalongan ke Tanah Suci tidak sia-sia.
Khamim pemuda Sarjana Ekonomi dari Universitas Negeri Semarang itu menunaikan Ibadah Haji ditempuh dengan jalan kaki berangkat dari kampung halamannya di Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan pada 28 Agustus 2016 lalu. Tentu saja ia melewati beberapa negara dengan terus berjalan kaki, tak peduli panas maupun hujan.
Kadang ia harus istirahat di masjid, menumpang di rumah orang yang ditemui, atau bahkan bermalam di hutan di berbagai negara.
Pada 19 Mei 2017, ia telah tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dengan niat Bismillah dia memulai perjalanan itu untuk menempuh jarak kira-kira 9.000 kilometer. Sesuai dalam kalender Indonesia, Hari Raya Idul Adha bertepatan tanggal 1 September 2017.
Khamim menargetkan akan tiba di Kota Mekah tanggal 30 Agustus 2017 atau sebelum Wukuf. Yang berarti Khamim jalan kaki selama 1 tahun untuk naik haji menempuh perjalanan 9 ribu kilometer dan melintasi banyak negara.
Ternyata kenyataannya, dia lebih cepat sampai di Kota Mekkah dari yang diperhitungkan.
Dalam postingan di facebook, Kamis 27 Juli 2017 dia berfoto dengan background Kakbah di Masjidil Haram. Dia mengenakan pakain ihram.
Tertulis begini : Muhammad Khamim (28), pemuda asal Wonopringgo, Kab.Pekalongan yang berjalan kaki dari Pekalongan menuju Mekkah selama berbulan-bulan ini, alhamdulillah dia sudah sampai di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji.
Syaufani Solichin (73), ayah Khamim saat ditemui tribunjateng.com beberapa waktu lalu mengatakan, selama perjalanan, Khamim sering puasa Dawud yaitu sehari puasa sehari tidak puasa.
Saat awal berangkat Khamim ditemani dua orang rekannya. Namun sesampai di Kabupaten Tegal, kedua temannya menyerah dan tidak melanjutkan perjalanan. Hanya tinggal Khamim yang kemudian benar-benar bisa sampai di Mekkah, sebagaimana niat awalnya.
Kondisinya yang berpuasa, membuatnya hanya berjalan di malam hari. Dalam kondisi fisik yang baik, ia dapat menempuh perjalanan sepanjang 50 kilometer, dan hanya sekitar 15 kilometer jika kakinya merasa capek.
Selama perjalanan dari Pekalongan Jateng ke Tanah Suci mengalami sakit sebanyak dua kali. Yaitu ketika di Malaysia dan India.
Ia tidak meminum suplemen khusus, melainkan campuran air dan madu untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya dari perubahan cuaca di negara-negara yang dilalui.
Perbekalan yang Khamim bawa yaitu kaos dan celana, dua pasang sepatu, kaus kaki, pakaian dalam, kantung tidur dan tenda, lampu, telepon pintar dan GPS
Seluruh perlengkapan dimasukkan dalam sebuah tas punggung yang di luarnya terpasang sebuah bendera mini Indonesia, Merah Putih.
“I’m on my way to Mecca by foot” tulisan itu ada di kausnya.
Maksud Khamim untuk memberi pesan kepada orang-orang yang ditemui di perjalanan tentang misinya menuju Mekah di Arab Saudi.
Mochammad Khamim Setiawan meski masih pemuda, dia bukan orang miskin. Dia punya usaha kontraktor yang lagi berkembang. Semua itu dia tinggalkan demi menjalankan misi ini. Dia bawa sejumlah uang secukupnya selama di perjalanan.
“Saya tak pernah meminta-minta. Namun saya selalu bertemu orang yang memberi makanan dan bekal lain,” kata Mochammad Khamim Setiawan dikutip Khaleej Times sebuah media besar di Uni Emirat Arab.
Khamim pun sering bermalam di rumah ibadah agama lain. Itu tak jadi masalah. Dan dia akui mendapat sambutan yang baik serta toleransi yang sangat bagus.
Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi merasa bangga atas semangat dan kesungguhan Mochammad Khamim yang berjalan kaki dari Pekalonan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.
Menurut Bupati, perjalanan haji Khamim adalah resmi atau legal. Karena semua perizinan dia tunaikan dan lengkapi dengan baik. Paspor dan visa semua lengkap.
Sumber: tribunnews.com
by Danu Wijaya danuw | Jun 10, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Banyak peristiwa luar biasa yang dialami oleh Calon Gubernur DKI Terpilih Anies Baswedan, saat umrah di Mekkah.
Setelah berkesempatan bertemu Imam Masjid Nabawi dan Imam Masjidil Haram, kali ini Anies mendapat kain kiswah (kain penutup kakbah) dan Al-Quran bercover kain serupa dari para ulama di Kota Mekkah.
Juru bicara Anies-Sandi, Naufal Firman Yursak, mengatakan peristiwa itu terjadi usai melaksanakan tarawih, Kamis (8/6) sekitar pukul 01.00 waktu setempat.

Anies diundang jamuan makan malam dengan sejumlah ulama dan tokoh masyarakat Kota Mekkah.
“Usai pertemuan, para ulama itu memberikan Pak Anies potongan kiswah,” ujar Naufal, Jumat (9/6).
Kiswah adalah selimut penutup Kakbah. Potongan yang diberikan kepada Anies adalah kaligrafi bertuliskan Yaa Hayyu Yaa Qayyum berukuran 80 cm x 60 cm.
Selimut Kakbah itu dibuat dari sutera murni dengan warna hitam pekat.
Sementara benang bordir kaligrafi terbuat dari semacam kawat lembut yang berlapiskan emas dan perak yang membentuk kaligrafi ataupun ornamen.
Yang menarik, awalnya mereka tidak memberitahu dari bagian mana potongan kiswah tersebut.
Setelah itu, baru diberitahu bahwa tulisan yang berarti ‘Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri’ itu berasal di Multazam. Yakni area antara pintu Kakbah dan Hajar Aswad.

“Salah satu tempat mustajab untuk berdoa,” ucapnya.
Usai memberi kiswah, para ulama berpesan kepada Anies bahwa kiswah itu sebagai pengingat dari Baitullah bahwa manusia adalah makhluk dan harus beribadah kepada Allah.
“Yakni nanti saat bertugas menjadi Gubernur, apa yang dilakukan itu adalah bagian dari ibadah,” lanjut Naufal.
Tak hanya itu, Syekh Khalid al Hamudi, salah seorang ulama terkemuka Mekkah juga memberikan satu set Alquran.

Alquran tersebut juga spesial karena cover-nya juga bagian dari kiswah. Aromanya pun angat khas parfum Kakbah. “Pesannya juga agar selalu mengamalkan Alquran,” ucap Naufal.
Sumber : Anies Baswedan Official/Kumparan