0878 8077 4762 [email protected]

Prinsip Islam Moderat : Ibadah

Oleh: Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad li Ulama al Muslimin)
 
Kita meyakini bahwa Allah telah menciptakan makhluk yang mukallaf (diberi tugas) untuk beribadah secara benar kepada Allah, sebagai Zat yang telah memberikan karunia. Sehingga menjadi hak Tuhan yang Mahatinggi agar manusia beribadah kepada-Nya sebagai tujuan penciptaan mereka.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku “ (Q.S. Adz Dzariyat : 56)
Ibadah memiliki sejumlah tujuan yaitu

  1. Merealisasikan pengabdian antara hamba dengan Tuhannya
  2. Menguatkan kasih sayang antara hamba dan seluruh manusia sampai makhluk yang terkecil sekalipun
  3. Membersihkan jiwa hamba itu sendiri

Diantara ibadah, ada yang bersifat wajib, ada yang bersifat sunnah, ada yang bersifat lahiriah dan ada pula yang bersifat batiniah.
Dan diantara ibadah wajib yang bersifat lahiri adalah ibadah yang menjadi syiar utama Islam dimana ia termasuk rukun Islam dan bangunannya yang besar. Yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji ke baitullah. Siapa yang mengingkari kedudukannya yang wajib atau meremehkan kemuliaannya maka ia keluar dari Islam.
Selanjutnya ada ibadah sunah yang menyertai ibadah di atas. Misalnya shalat sunah, sedekah sunah, puasa sunah, dan haji sunah.
Kemudian terdapat sejumlah ibadah tathawwu’ (sunnah) lainnya seperti membaca Al Qur’an, zikir yang berupa tasbih, tahmid, tahlil, takbir, doa, istighfar dan shalawat atas Nabi saw.
Selain itu ada ibadah yang bersifat batini yang memiliki kedudukan tersendiri dalam agama dan posisi khusus di sisi Allah, misalnya

  • Mengikhlaskan niat untukNya
  • Malu kepadaNya
  • Bersyukur atas nikmatNya
  • Sabar dalam menghadapi ujianNya
  • Ridha dengan ketentuanNya
  • Mengharap rahmatNya
  • Menyadari pengawasanNya

Lalu ada sejumlah ibadah yang bukan berupa ritual, dimana sebagian besarnya untuk menguatkan kasih sayang antara hamba dan seluruh manusia, bahkan kepada makhluk lain dan alam yaitu

  • Berbakti kepada orangtua
  • Berbuat baik kepada tetangga
  • Menolong orang yang tidak punya
  • Amar maruf dan nahi mungkar
  • Memuliakan anak yatim
  • Melawan kezaliman dan kerusakan
  • Serta segala kebaikan yang dipersembahkan muslim bagi manusia meski hanya berupa senyum manis, ucapan yang baik, atau menyingkirkan gangguan dari jalan

Semua itu merupakan makna ibadah. Sebab ibadah adalah istilah untuk semua ucapan, perbuatan yang Allah cintai dan Allah ridhai, entah itu perbuatan anggota badan atau perbuatan hati.
Bahkan kesibukan seseorang dalam bekerja mencari nafkah jika niatnya benar, lalu menjaga batasan-batasan yang Allah tentukan serta memperhatikan hak-hak manusia, maka ia termasuk bentuk ibadah yang paling utama.
Termasuk ibadah yang mensucikan hubungan antara hamba dengan syahwat dirinya yaitu ketika seorang muslim memenuhi syahwatnya dengan cara yang halal, hal itu dianggap sebagai salah satu ibadah. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadist
Persetubuhan yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jika ada diantara kita yang memenuhi syahwatnya hal itu mendatangkan pahala?” Beliau menjawab, “Ya, bukankah jika ia diletakkan pada yang haram akan mendatangkan dosa? Demikian pula ketika diletakkan pada yang halal, hal itu menjadi pahala untuknya.” (HR. Muslim dari Abi Dzar, HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Dengan demikian ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan dan maliputi seluruh perbuatan manusia baik lahir maupun yang batin. Dengan cara pandang dan niat yang benar, seorang muslim bisa merubah adat dan kebiasaan serta segala hal mubah menjadi ibadah dan taqarrub kepada Tuhan.
Seluruh amal perbuatan tergantung kepada niat. Dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Muttafaq alaih).
Jadi bagi seorang muslim seluruh bumi menjadi mihrab dan masjid. Didalamnya ia beribadah kepada Allah lewat amal dan aktivitas yang ia lakukan.

  • Seorang petani beribadah kepada Allah dengan bercocok tanam secara profesional
  • Seorang pedagang beribadah kepada Allah dengan berbisnis secara profesional
  • Seorang pegawai beribadah kepada Allah dengan melakukan tugas secara profesional
  • Seorang murid beribadah kepada Allah dengan belajar secara sungguh-sungguh

Demikianlah, seluruh manusia beribadah kepada Tuhan dengan mengerjakan apa yang ditugaskan dan diamanahkan kepadanya secara baik. Dengan cara ini kehidupannya menjadi mulia, manusia menjadi bersih, serta umat benar-benar majuselama bersambung kepada Allah. Ketika itulah setan keluar dari sarangnya dalam kondisi kalah.
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

Ringkasan Taklim : Hubungan Muslim dan Non Muslim

Ringkasan Kajian Tadabbur Al Qur’an Surat Al Mumtahanah ayat 8-9
Hubungan Muslim & Non Muslim
Ahad, 10 Januari 2016
Pkl. 18.00-18.30
Di Majelis Ta’lim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
Bersama:
Ust. Fauzi Bahreisy
 
Surat Al Mumtahanah Ayat 8:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ .﴿سورة الممتحنة : ٨
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Surat Al Mumtahanah Ayat 9:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Tadabbur ayat 8-9
Allah tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada orang-orang non muslim selama mereka tidak memerangi umat Islam dan selama mereka tidak mengusir umat Islam dari negerinya.
Namun yang disuruh adalah berbuat baik, bukan memberikan loyalitas. Memberikan loyalitas dalam berbagai bentuknya (seperti menyerupai mereka, membantu mereka dalam memerangi umat Islam, mengangkat mereka sebagai orang-orang dekat dan hadir dalam upacara ritual mereka) adalah tetap dilarang.
Contoh berbuat baik kepada non-muslim adalah seperti

  • Memberikan shadaqah kepada mereka
  • Menyambung tali silaturrahmi
  • Menjenguk mereka saat sakit, dan lain sebagainya

Berbuat baik kepada non muslim pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan juga para sahabat. Di antaranya Rasul SAW menjenguk pelayannya yang Yahudi di saat ia sakit.
Ibnu Mubarrak sering membelikan makanan & pakaian kepada tetangganya yang non-muslim.
Adapun kepada non-muslim yang memerangi umat Islam dilarang menunjukkan kebaikan dan kedekatan kita sampai mereka menunjukkan sikap damai. Wallahu a’lam.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ingin Menikah Dengan Pacar Non-Muslim

Assalamualaikum wr. wb. Saya sedang pacaran dengan seorang laki laki non muslim. Saya dan dia sudah merasa cocok satu sama lain. Memang usia kami berbeda jauh yaitu 20 tahun. Maka dari itu kami ingin segera menikah. Dia ingin menjadi mualaf. Tapi ibu nya melarang. Bahkan, ibu nya sampai menjauhi keluarga saya dan ingin memutus silaturahmi. Apa yg harus saya lakukan? Terima kasih. Wassalamualaikum.
 
Jawaban :
Assalamu alaikum wr.wb. Bismilllahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Asyrafil anbiya’ wal Mursalin. amma ba’du:
Rumah tangga dan keluarga adalah sesuatu yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Bahagia dan tidaknya seseorang di dunia dan akhirat kerapkali ditentukan oleh kondisi keluarga dan rumah tangganya. Karena itu, urusan membentuk rumah tangga bukan main-main atau coba-coba. Islam telah memberikan rambu yang sangat ketat ttg hal ini dan bahkan menyebutnya sebagai mitsaqan ghalizha (perjanjian yang sangat berat).
Karena itu, untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang pertama kali harus diperhatikan adalah kesiapan kita dan siapa calon pendamping hidup kita. Untuk ke arah pernikahan, tidak boleh diawali dengan interaksi, sentuhan, dan pergaulan yang dilarang agama.
Lalu Islam menggariskan bahwa seorang wanita muslimah tidak boleh menikah dengan pria non-muslim. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 221).
Kalau kemudian calon suami yang saat ini masih non-muslim berniat masuk Islam, maka hendaknya hal itu dipastikan terlebih dahulu dan benar-benar didorong oleh kesadaran berislam; bukan sekedar karena ingin menikah dengan Anda. Sebab, banyak kasus di mana wanita muslimah dinikahi dengan pria muallaf, namun tidak lama kemudian si suami pindah ke agama asli. Kalau ini yang terjadi, maka sungguh sebuah petaka. Oleh sebab itu, kami sarankan agar Anda mempelajari sosok calon Anda dengan baik.
Untuk mengetahui keseriusannya berislam, harus disertai oleh orang yang memang mengerti agama dan bisa mendidiknya dengan baik. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan dengan serius kondisi keluarga, apakah memang kondusif atau tidak. Terutama terkait kesiapan keluarga Anda dalam menerima kehadirannya dan kesiapan keluarganya dalam menerima kehadiran Anda. Juga dukungan untuk melaksanakan agama dengan benar. Hal ini penting sebab sangat mempengaruhi perjalanan rumah tangga ke depan.
Jadi, ada banyak hal yang harus Anda pertimbangkan. Anda harus banyak meminta petunjuk dan nasihat orang-orang saleh di sekitar Anda di samping juga banyak berdoa kepada Allah agar diberi yang terbaik untuk dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb. 
Ustadz Fauzi Bahreisy
Ingin konsultasi seputar ibadah, keluarga, dan muamalah? Kirimkan pertanyaan Anda kesini