0878 8077 4762 [email protected]

Pemuda Sejati : Terlibat Aktif Dalam Usaha Perbaikan Negeri

 
Bagaimana kabar kalian ?
Semoga menjadi sebagai pemuda-pemudi harapan bangsa, adik-adik semua tetap bersemangat mengejar cita-cita, serta selalu dalam bimbingan dan penjagaan Allah Yang Maha Kuasa.
Adik-adikku semua…
Bila kita simak dengan seksama kehidupan Sejumlah Nabi dalam Al Quran yang suci, akan kita dapati bahwa mereka adalah :

  1. Pemuda Yang Mencintai Negerinya
  2. Pemuda Yang Aktif Mengambil Peran Kenegaraan
  3. Pemuda Yang Aktif Menegakkan Kebenaran & Menentang Kedzaliman

Mari kita simak bersama rincian dari 3 Point diatas.
1. Pemuda Yang Mencintai Negerinya
Para Nabi yang diutus Allah swt adalah pemuda yang mencintai dan peduli dengan negerinya.
Hal ini dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam , sebagaimana Allah swt telah mengabadikan doa beliau :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian” (Al Baqarah : 126)
Pelajaran dari ayat diatas :
Maka kitapun sebagai Pemuda-Pemudi Indonesia harus peduli dengan kebaikan negeri ini, minimal dengan berdoa sebagaimana dahulu Nabi Ibrahim berdoa untuk kebaikan negeri dan para penduduknya.
Jangan sampai kita menjadi pemuda yang bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan kebaikan negeri ini.
2. Pemuda Yang Aktif Mengambil Peran Kenegaraan
Maksudnya adalah, ketika kita memiliki peluang untuk berkontribusi aktif untuk perbaikan negeri maka jangan sampai kita sia-siakan kesempatan yang telah Allah swt berikan.
Agar doa-doa yang telah kita panjatkan kita sempurnakan dengan ikhtiar dan usaha yang nyata.
Hal ini telah dicontohkan Nabi Yusuf alaihissalam saat beliau berkata dihadapan Raja atau Penguasa saat itu :

قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

“Berkata Yusuf : “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) ini ; sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (Q.S Yusuf : 55)
Pelajaran dari Ayat diatas :
Maka adik-adik sebagai pemuda harus mengambil peluang saat ada kesempatan untuk terlibat dalam proses perbaikan.
Misalnya, besok hari Rabu 15 Februari 2017 adalah moment penting bagi warga DKI Jakarta dan daerah-daerah lainnya yang akan mengadakan Pilkada serentak.
Bentuk keterlibatan adik-adik sebagai Pelajar & Mahasiswa adalah memberikan hak pilih dengan hadir ke TPS bagi yang sudah memiliki hak pilih.
Bagi yang belum punya hak pilih bisa mengajak Ayah, Ibu, Kakak, Tetangga dan lainnya untuk hadir memilih pasangan yang terbaik yang amanah dan berilmu pengetahuan sebagaimana disebutkan dalam surat Yusuf diatas.
Selain itu pilih juga yang mencintai Allah dan berakhlak mulia lagi terjaga lidahnya dari perkataan kasar dan mudah mencela, karena bagaimanapun pemimpin adalah teladan bagi rakyatnya.
3. Pemuda Yang Aktif Menegakkan Kebenaran dan Menentang Kedzaliman
Bagaimanapun pemuda dari zaman ke zaman adalah tumpuan harapan, serta pasukan yang terdepan dalam penegakan kebenaran dan keadilan.
Hal ini misalnya di contohkan oleh Nabi Musa ‘alaihissalam.
Setelah terjadi dialog dan adu argumentasi yang panjang dengan Fir’aun, bahkan setelah Musa menampakkan berbagai Mu’jizat sebagai bukti atas kebenaran yang Ia bawa, maka Musa berkata :

قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

Musa berkata : “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa”. (Q.S. Al Israa : 102)
Maka Fir’aun merasa marah dan gerah atas keberanian Musa, bahkan ingin menghabisi Musa dan para pengikutnya. Tetapi Allah hancurkan Fir’aun yang telah berlaku sombong :

فَأَرَادَ أَنْ يَسْتَفِزَّهُمْ مِنَ الْأَرْضِ فَأَغْرَقْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ جَمِيعًا

“Kemudian (Fir’aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikut-pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia (Fir’aun) serta orang-orang yang bersama-sama dia seluruhnya” (Q.S. Al Israa : 103)
Adik-adikku semua…
Itulah contoh betapa aktifnya para pemuda sebelum kita, dalam berbagai aktifitas perbaikan, penegakan kebenaran dan penentangan terhadap kedzaliman.
Semoga kita bisa meneladani mereka semua. Amin.
Yang Mencintai Kalian
Kak Bagus Ferry Setiawan
( Yayasan Tunas Bangsa Indonesia – SatuAsa)

Makna Politik Islam Sesungguhnya

Oleh: DR. Yusuf Al-Qardhawi
 
Tema utama yang sering dihembuskan oleh kaum sekuler adalah bahwa jika politik dikaitkan dengan agama, maka politik tersebut akan terkekang olehnya. Agama akan membatasi ruang geraknya, terlebih lagi jika agama dimaknai sebagai sebuah bentuk komitmen secara menyeluruh terhadap dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Pasalnya, politik membutuhkan ruang gerak yang luas dengan segala pertimbangan maslahat dan mudharat.
Selain itu, politik sangat membutuhkan strategi dan tipu daya melawan musuh, sedangkan agama seringkali menutup celah ini. Akibatnya, para musuh agamalah yang mendapatkan kemenangan, sebab mereka terbebas dari segala bentuk ikatan dan aturan agama. Adapun umat Islam terus tertawan dalam aturan-aturan perintah dan larangan.
Oleh sebab itulah, kaum sekuler berpendapat mengambil jalan lain dalam memaknai agama, yaitu dengan cara melihat pada maqashid (tujuan-tujuan) umum dari agama, bukan dengan melihat pada dalil-dalil saja. Mereka menganggap, ini adalah metode yang juga dipakai oleh Umar bin Khattab, dimana ia telah membatalkan beberapa dalil demi terciptanya kemaslahatan bagi kaum muslimin. Jika tidak demikian, maka agama akan menjadi penghalang dan batu sandungan dalam berpolitik, terutama dalam sistem politik modern.
Tentu ucapan itu penuh dengan kerancuan dan kesesatan. Inilah anggapan yang diyakini oleh mereka kaum sekuler. Jika kita benar-benar memahami syari’at Islam, maka kita akan dapat menyimpulkan bahwa ia bukanlah sebuah penghalang, akan tetapi ia adalah pelita.
Syari’at Islam sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim adalah aturan yang adil dan bijak serta mengandung kemaslahatan yang luas. Maka, setiap aturan yang menjauhkan manusia dari rasa keadilan menuju kezaliman, dari kemaslahatan menuju kerusakan, dan dari manfaat menuju kesia-siaan, maka itu semua bukanlah bagian dari syariat, meskipun ada yang memaksakannya masuk menjadi bagian dari syariat dengan cara ditakwil [1].
Oleh sebab itu, mengajak manusia untuk memahami Islam dan syariatnya secara benar merupakan bagian dari dakwah, bukan dengan menjauhkan mereka dari syariat agar menjadi bebas merdeka. Sebagian manusia ada yang berpandangan bahwa Islam adalah sebuah teori yang bersifat idealis namun tak bisa direalisasikan dalam kehidupan yang nyata. Ini adalah cara pandang yang keliru, sebab Islam dengan teorinya yang bersifat idealis, ia juga dapat menjadi solusi dalam kehidupan yang nyata.
Islam juga membolehkan umatnya untuk mempergunakan siasat dan tipuan disaat berhadapan dengan kelompok yang juga melakukan makar dan tipuan. Sebagaimana dalam sebuah hadits Bukhari, “Perang adalah sebuah tipuan.”
Islam juga menerapkan kaidah bahwa “Kondisi darurat memperbolehkan umatnya untuk melakukan hal-hal yang terlarang.
Begitu juga dengan kaidah, “Memilih salah satu diantara dua hal yang lebih ringan mudharatnya dan lebih kecil keburukannya. Diperbolehkan menanggung mudharat yang bersifat khusus untuk menghindar dari mudharat yang bersifat umum. Dan diperbolehkan juga untuk mengambil mudharat yang lebih kecil untuk menjauh dari mudharat yang lebih besar, sebagaimana diperbolehkan juga untuk membuang kemashlahatan yang lebih kecil demi terwujudnya kemashlahatan yang lebih besar.”
Semua teori tersebut merupakan teori terapan yang menjadi salah satu karakteristik dari syari’at Islam. Selain itu, syariat Islam berada juga mengusung teori orientatif, bahkan ia berada di garis terdepan diantara aturan lainnya.
Akan tetapi, kita selalu memperingatkan jangan sampai orientasi dan kemashlahatan menjadi alat untuk menggugurkan nash-nash dari Al-Qur’an dan Sunnah, terutama jika nash-nash tersebut bersifat muhkamah dan pasti. “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. (QS. al-Ahzab : 36).
Kita selalu mengajak agar bisa menempatkan antara tujuan-tujuan dari syariat dengan nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah secara seimbang. Kita tidak boleh membenturkan antara yang satu dengan yang lainnya, sebab mereka saling melengkapi bukan saling bertentangan. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam ijma’ ulama, bahwa kemaslahatan yang hakiki tidak akan pernah bertentangan dengan nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah.
Apabila ada anggapan bahwa keduanya ada pertentangan, maka ada dua kemungkinan.
Pertama, boleh jadi kemaslahatan tersebut hanya bersifat dugaan saja dan belum pasti. Contohnya adalah kemaslahatan dalam riba agar menarik investor atau kemaslahatan khamr untuk menarik para turis, atau yang lainnya yang mana semua itu hanyalah dugaan-dugaan saja.
Kedua, atau bisa juga nash tersebut tidak bersifat qath’i (pasti). Hal ini biasanya terjadi manakala nash-nash tersebut dikaji dan dianalisa oleh kalangan orang-orang yang tidak memahami syariat Islam, semisal pakar ekonomi, politisi, dan lainnya yang mana mereka mengira bahwa nash tersebut bersifat qath’i padahal tidaklah demikian.
Dengan demikian, politik Islam bersifat luwes karena ia selalu memandang kemaslahatan yang akan diwujudkan dalam setiap sikap berpolitik, dengan tetap memegang teguh nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah sebagai pijakan dan landasan utamanya. Maka dari itu, tidak ada benturan antara syari’at Islam dengan politik, karena keduanya akan membawa kemaslahatan yang hakiki terhadap kehidupan manusia secara utuh.
Referensi :
[1] I’lam Al-Muwaqqi’in (3/3)
*Penerjemah: Fahmi Bahreisy, Lc
**Sumber: http://iumsonline.org