Kisah Hikmah: Syar’iat-Mu lah yang Benar Ya Rabb

Oleh: Muhammad Syukron Muchtar
 
Abdullah adalah hamba Allah yang beruntung, ia sosok seorang muslim yang gigih dalam bekerja. Karena kegigihannya Allah menjadikanya seorang yang kaya raya, kebahagiaan Abdullah semakin lengkap karena ia dikaruniai beberapa orang anak yang sehat tanpa cacat.
Abdullah mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan, segala apa yang diinginkan mampu untuk ia hadirkan, karena memang ia mampu untuk memilikinya. Ia sangat mencintai anak-anaknya, karena mereka anak-anak yang rajin juga berbakti kepadanya.
Di usia senjanya, Abdullah merasa senang karena anak-anaknya dengan sukarela bergantian merawatnya. Setiap hari mereka bergantian datang ke rumah sang ayah untuk memberikan pengabdiannya. Abdullah sangat senang dengan bentuk pengabdian yang diberikan oleh anak-anaknya, ia pun berencana memberikan hadiah yan sangat spesial kepada anak-anaknya.
Setelah berpikir, akhirnya Abdullah berencana membahagiakan anak-anaknya dengan cara membagikan seluruh harta yang dimilikinya sebelum kematiaannya, agar kelak anak-anaknya tidak ribut soal pembagian hartanya.
Abdullah sadar dan paham, bahwa syari’at agama mengatur pembagian harta warisan setelah kematian namun, karena kecintaan yang besar kepada anak-anaknya maka Abdullah tetap membagikan seluruh hartanya kepada anak-anaknya sebelum kematiannya.
Tibalah hari, dimana Abdullah mengumpulkan semua anak-anaknya dan kemudian membagiakan seluruh hartanya kepada mereka. Di hari itu pula Abdullah berwasiat agar mereka tetap akur dan bersedia menjaga ayahnya.
Setelah pembagian harta dilakukan, ternyata semuanya berubah, anak-anak yang tadinya silih berganti merawat sang ayah, kini satu persatu mulai enggan meneruskan pengabdiannya, harta yang telah dibagikan satu persatu mulai diambil dan diganti kepemilikannya, bahkan hingga akhirnya yang sangat menyedihkan adalah salah seorang anak mengusir sang ayah dari rumahnya sendiri karena sang anak menganggap bahwa rumah tersebut sudah diberikan kepadanya dan rumah itu akan ia jual.
Abdullah pun mengisi hari-harinya dengan kesedihan dan penderitaan, ia heran dan sempat tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh anak-anaknya kepadanya setelah semua harta yang dimilikinya dibagikan kepada mereka.
Abdullah menangis dan menyadari bahwasannya syari’at Allah-lah yang benar dan sempurna, ia pun menyesal telah melanggar syari’at dengan membagikan harta warisan sebelum kematian. Ia menyesal, sangat menyesal.
Ibrah :
Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya segala peraturan kehidupan yang telah Allah tetapkan itu amatlah tepat buat kita, meskipun terkadang kita belum tahu apa hikmah dibalik ketetapan yang Allah berikan. Maka terimalah ketetapan Allah dan jalanilah apa yag telah Allah tetapkan buat kita semua.
* Kisah nyata terjadi dinegeri Arab, berdasarkan penuturan syaikh DR. Muhammad Shofa (Dosen Tafsir LIPIA asal Saudi Arabia)
**Abdullah bukan nama sebenarnya
ed : danw

X