0878 8077 4762 [email protected]

3 Waktu Tidur Yang Dilarang Rasulullah

Tidur merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Rasul mengatakan bahwa tubuh kita mempunyai hak untuk beristirahat.
Namun, ternyata ada tiga waktu tidur yang menurut Rasulullah shalallahu alaihi wassalam hendaknya dihindari :
1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh
Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya,”
(HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).
Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata:
“Termasuk hal yang makruh bagi mereka yaitu orang shalih adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali.
“Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam, mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit.”
“Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).
2. Tidur setelah Shalat Ashar Menjelang Maghrib
Biasanya kalau kita tidur di sore hari yakni pada waktu ashar sampai menjelang magrib, akan membuat keadaan seperti linglung, pusing, badan sakit, dan justru seperti orang sakit.
Sebagian ulama mengatakan “Siapa saja yang tidur selepas waktu ashar sehingga terganggu kejiwaannya, maka janganlah ia mencaci selain dirinya sendiri“
Jika terlalu sering tidur di sore hari akan membuat jiwa atau pikiran semakin buruk.
3. Tidur Sebelum Shalat Isya’
Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).
Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’.
Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini.
Abdullah bin Mubarak mengatakan : “Kebanyakan hadits-hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadhan saja”.
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat.”

Romantisme Ketika Rasulullah Tidur Di Depan Pintu

Aisyah ra mengerti betul kepribadian suaminya, Rasulullah SAW. Hidup dalam suasana keluarga memberinya kenangan indah yang kaya dari sikap keseharian utusan Allah itu. Nabi diketahui tak pernah mengeluh meski keadaan kurang mendukung. Hatinya sangat lapang.
Pernah Nabi tak medapati makanan apapun untuk sarapan di meja dapurnya. Seketika Nabi berniat puasa untuk hari itu. Begitulah. Rasulullah tak ingin menjadi beban orang lain, termasuk keluarganya sendiri.
Nabi bahkan selalu memanggil Aisyah dengan sapaan mesra ”ya humaira” (wahai pemilik pipi kemerah-merahan).
Pengalaman lain yang tetap membekas di hati Aisyah adalah “peristiwa di pagi buta”.
Suatu hari Aisyah dicengkram rasa khawatir. Hingga menjelang shubuh ia tidak menjumpai suaminya tersebut tidur di sebelahnya.
Dengan gelisah Aisyah pun mencoba berjalan keluar. Ketika pintu dibuka, Aisyah terbelalak kaget. Rasulullah sedang tidur di depan pintu.
“Mengapa Nabi tidur di sini?” tanyanya.
“Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu,” jawab Nabi.
Dengan demikian, tidak aneh, setiap Aisyah ditanya soal kepribadian Nabi, ia selalu menjawab tegas, “Kana khuluquhu al-qur’an. Akhlaknya tak ubahnya al-Qur’an” Subhanallah!
 
Sumber : SirahNabawiyah/Ruang Muslimah

Tetap Taat di dalam Tidur

Oleh : M. Lili Nur Aulia
 
Salah seorang salaf berjalan di jalan raya dan matanya melihat seorang perempuan.
Maka dia memukul kedua matanya hingga bengkak dan mengatakan kepadanya, “Kenapa kamu melihat kepada sesuatu yang tidak halal bagimu.”
Diceritakan, Muhammad bin Sirin berkata, “Tidaklah aku melihat seorang wanita yang sama sekali tidak halal bagiku, sehingga dalam mimpiku perempuan itu datang dan aku melihatnya.
Ternyata dia bukan Ummu Abdullah – istrinya – kemudian aku tundukkan pandanganku, karena takut dosa.“
Tanyaku : Dalam tidur?
Jawabnya : Iya.
 
Sumber
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia