Oleh: Lia Nurbaiti
Shahabiyah yang kali ini kita akan ceritakan kisah imannya dan keteguhannya dalam berjuang di jalan Allah adalah Ummu Aiman.
Seorang wanita pengasuh Rasulullah SAW. Dialah ibu kedua bagi Rasulullah SAW. Ibu dari Aiman ra yang merupakan seorang sahabat yang ikut dalam berbagai peristiwa besar bersama Rasulullah SAW.
Ummu Aiman adalah istri dari Zaid bin Haritsah ra, anak angkat kesayangan Nabi SAW yang juga ibu dari Usamah bin Zaid ra, cucu kesayangan beliau.
Abu Nu’aim berkata, “Ummu Aiman adalah wanita yang ikut dalam peristiwa hijrah, mampu menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki, rajin berpuasa, tahan terhadap lapar, dan mudah menangis (karena takut kepada Allah). Dia akan mendapatkan minuman dari surga yang dapat mengobati semua kepedihan yang pernah ia rasakan”.
Pasti kita sangat penasaran akan kepribadian seorang Ummu Aiman bukan? Siapakah Ummu Aiman?
Ummu Aiman adalah wanita keturunan Habasyah. Budak yang diwarisi Rasulullah dari ayah beliau. Kemudian Rasulullah SAW memerdekakannya setelah Rasul menikahi Khadijah. Dia termasuk rombongan kaum muslimin yang hijrah pada gelombang pertama.
Nama aslinya adalah Barakah. Ummu Aiman adalah nama panggilannya, karena anaknya bernama Aiman. Ia menikah dengan Ubaid bin Harits Al-Khazraji, yang kemudian memiliki anak yang bernama Aiman.
Nama Aiman sendiri terukir dalam peristiwa hijrah dan jihad. Ia gugur sebagai syahid dalam perang Hunain.
Abdullah (ayah Nabi) adalah putra kesayangan Abdul Muthalib (kakek Nabi). Abdullah meninggal dunia saat Nabi Muhammad masih di dalam kandungan. Dan pada suatu hari, Aminah (ibunda Nabi) berniat berziarah ke makam suaminya di Madinah yang berjarak 500 km dari Makkah. Bersama ayah mertuanya (Abdul Muthalib), pembantunya (Ummu Aiman) dan Nabi Muhammad yang masih kecil, Aminah pun berangkat menuju Madinah.
Setelah satu bulan di Madinah, mereka memutuskan untuk pulang kembali ke Makkah. Diperjalanan pulang, Aminah sakit keras hingga meninggal dunia di ‘Abwa, perkampungan antara Madinah dan Makkah.
Disaat-saat sulit inilah, keistimewaan Ummu Aiman terlihat. Allah swt menghendakinya menghimpun semua kebajikan. Ia membawa Nabi Muhammad kecil kembali ke Madinah dan mengasuhnya dengan segenap kasih sayang. Abdul Muthalib tidak bisa mengasuh Nabi Muhammad selamanya. Ia sudah tua dan akhirnya meninggal dunia. Namun sebelumnya ia sudah berpesan kepada Abu Thalib (seorang anaknya) untuk mengasuh Nabi Muhammad. Nabi Muhammad kecil sangat sedih dengan meninggalnya sang kakek.
Keberkahan yang Datang Melalui Rasulullah SAW
Sepeninggal Abdul Muthalib, Nabi Muhammad kecil tinggal bersama Abu Thalib. Sejak saat itu ia diasuh oleh Fatimah binti Asad (istri Abu Thalib) dan Ummu Aiman dengan penuh kasih sayang. Keluarga Abu Thalib adalah keluarga yang serba kekurangan, namun semenjak kehadiran Nabi Muhammad. Kondisi keluarga Abu Thalib selalu baik, makanan dan minuman selalu tercukupi.
Abu Thalib sering berkata kepada Nabi Muhammad, “Kamu anak yang diberkahi”.
Bahkan Ummu Aiman pernah berkisah, “Rasulullah tidak pernah mengeluh lapar dan haus. Di pagi hari, beliau minum seteguk air zam-zam. Siang harinya ketika saya tawari makan, beliau berkata,”Tidak usah, aku tidak lapar”.
Nabi SAW Memerdekakannya dan Ubaid ra Menikahinya
Nabi Muhammad kecil tumbuh dalam dekapan kasih sayang dua wanita mulia: Fatimah binti Asad dan Ummu Aiman. Mereka memperlakukan Nabi Muhammad seperti anak mereka sendiri. Ketika Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau memerdekakan Ummu Aiman yang pada saat itu statusnya adalah budak Abdullah.
Setelah ia menjadi wanita merdeka ia menikah dengan Ubaid bin Harits Al-Khazraji. Ummu Aiman termasuk orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Hanya saja langkah baiknya tidak diikuti oleh suaminya. Ia tidak mau masuk Islam. Akhirnya keduanya berpisah.
Tetapi setelah kejadian tersebut Allah berikan kebahagian lainnya yaitu ia dinikahi oleh seorang budak Khadijah yang bernama Zaid bin Haritsah. Mereka dikaruniai anak bernama Usamah bin Zaid.
Rasulullah pernah berkata “Zaid, kamu adalah budak yang kumerdekakan. Kamu bagian dariku dan akan bersamaku, orang yang paling aku sayangi adalah kamu” *bersambung