Oleh: Lia Nurbaiti
 
Hijrah Yang Penuh Berkah
Ketika penderitaan dan siksaan yang dialami kaum muslimin di Makkah semakin berat, maka Rasulullah mengizinkan kaum muslimin berhijrah ke Madinah. Di perjalanan, ada kejadian luar biasa yang dialami Ummu Aiman. Bahkan sulit untuk dilukiskan.
Ustman bin Qasim menceritakan, “Ummu Aiman ikut dalam rombongan kaum muslimin yg hijrah ke Madinah. Sore hari ketika sampai di daerah Mansharif (sebelum Rauha), Ummu Aiman yang pada saat itu sedang berpuasa merasa sangat lelah dan haus. Tiba-tiba ada wadah berisikan air terikat tali putih menjulur dari langit. Lalu Ummu Aiman meminumnya. Setelah kejadian itu,ia berkata “Setelah kejadian itu, saya tidak pernah merasakan haus, meskipun sedang berpuasa“. [HR. Ibnu Sa’d (8/224) Ibnu hajar (Al-Ishabah : 13/178].
Lembaran Emas Perjalanan Jihad Ummu Aiman
Usia yang semakin beranjak tua tak menyurutkan Ummu Aiman untuk ikut berjuang mengibarkan panji Islam di setiap perang Kaum Muslimin. Ia selalu ikut berjihad bersama Rasulullah SAW
Simaklah lembar demi lembar perjalanan jihad seorang Ummu Aiman.
1. Ummu Aiman di Perang Uhud
Di perang ini Ummu Aiman bertugas sebagai tim kesehatan dan penyiapan makanan pasukan di Perang Uhud.
2. Ummu Aiman di Perang Khaibar
Dalam perang ini pun ia tak luput untuk ikut sebagai tahapan penting dalam penegakan Agama Allah.
3. Ummu Aiman di Perang Mu’tah
Allah memberikan cobaan dan ujian untuk Ummu Aiman yang tidak pernah gentar ataupun takut terhadap musuh-musuh kaum muslimin.
Namun di dalam perang ini, Allah menguji keimanan Ummu Aiman dengan terbunuhnya Zaid bin Haritsah (suaminya) sebagai syahid.
Ia hanya bisa tegar dan tetap berharap agar suaminya diterima di sisi Allah.
4. Ummu Aiman di Perang Hunain
Tiba saatnya kaum muslimin berhadapan dengan kaum kafir di perang Hunain. Ummu Aiman tentu tidak mau ketinggalan. Ia ikut dalam pasukan Islam untuk memperjuangkan agama Tuhannya, walaupum hanya dalam bentuk menyiapkan minum para mujahid.
Allah pun memberikan kembali ujian kepadanya yaitu, putranya gugur sebagai syahid dalam perang ini. Tapi lagi-lagi, ia begitu bersabar dan berdoa semoga putranya diterima di sisi Allah.
Posisi Ummu Aiman di hati Rasulullah tidak tergeser. Rasulullah tidak pernah lupa bahwa Ummu Aiman adalah ibu kedua beliau. Ibu keduanya itu rela berkorban apa saja demi keselamatan beliau juga mencurahkan semua kasih sayangnya kepada Rasulullah.
Begitupun Ummu Aiman, ia sangat terpukul ketika Rasulullah meninggal dunia. Ia hanya bisa berdiri kaku, dan air matanya terus berderai. Semua kenangan indah saat bersama beliau kecil, kemudian menjadi pemuda, lalu menjadi seorang Nabi bagi umat terbaik. Dan sekarang, dia pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. *bersambung