Oleh: Lia Nurbaiti
 
Sepeninggal Rasulullah SAW, Ummu Aiman tetap dihormati oleh para sahabat. Ketika itu Abu Bakar ra. berkata kepada Umar, “Mari kita mengunjungi Ummu Aiman sebagaimana Rasulullah mengunjunginya.”
Ketika sampai di rumah Ummu Aiman, ditemuinya Ummu Aiman dalam keadaan sedang menangis. Mereka bertanya “Apa yang membuat ibunda menangis? Apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah.” Ummu Aiman menjawab, “Aku menangis bukan karena aku tidak tahu apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah. Akan tetapi, aku menangis karena sekarang tidak ada wahyu lagi.” Jawaban itu membuat keduanya menangis.
Begitulah rasa cinta dan sayangnya Ummu Aiman yang begitu dalam terhadap Rasulullah SAW.
Ummu Aiman diberi umur panjang oleh Allah SWT. Ia mengikuti masa pemerintahan Abu Bakar ra. hingga pemerintahan Umar ra. Bahkan ketika Umar ra. terbunuh, Ummu Aiman menangis dan berkata, “Hari ini Islam mulai lemah”.
Saatnya Berpisah
Umur panjang yang dikaruniakan kepada Ummu Aiman sungguh sangat bermakna perannya terhadap perjuangan Islam akan selalu tercatat dalam sejarah. Namun setiap manusia akan mati, begitu juga dengan ibunda kita ini. Pada masa pemerintahan Utsman ra. Allah memanggilnya untuk berkumpul dengan orang yang dicintainya (Rasulullah) di surga, yang kenikmatannya tiada terkira.
Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.  Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.“(QS. Al-Baqarah: 155-157).
Teriring doa, Semoga Allah meridhai pengasuh Rasul-Nya. Dia-lah panutan sejati wanita dunia. Kejernihan hati, semangat perjuangan dan pengorbanan untuk kebenaran, semuanya ada padanya.
 
Referensi:
35 Shirah Shahabiyah, Jilid 2, Mahmud Al-Mishri