by Danu Wijaya danuw | Mar 21, 2017 | Artikel, Muslimah
Telinga ini seakan lelah mendengar maraknya terjadi perceraian. Rumah tangga seolah-olah menjadi permainan. Banyak suami istri yang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan rumah tangganya. Alhasil, perpisahan menjadi langkah yang banyak diambil oleh mereka.
Padahal, keawetan rumah tangga itu harus diperjuangkan. Sebab, suami istri sudah terikat janji dalam ikatan suci pernikahan untuk saling melengkapi satu sama lain. Tentunya, sehidup semati mereka harus berusaha untuk tetap bersama. Tapi, bagaimana caranya agar rumah tangga bisa awet?
Perceraian tidak akan terjadi jika suami dan istri saling mengedepankan prinsip baik dalam berumah tangga. Prinsip apakah itu?
1. Prinsip yang pertama ialah kesetiaan.
Ya, setia memang terlihat mudah untuk dilakukan. Tetapi ternyata, banyak sekali godaannya. Setia berarti tetap menjaga hati hanya untuk pasangan kita, dan tidak mudah tertarik pada yang lain. Maka, suami istri harus mampu memantapkan hatinya satu sama lain untuk saling menjaga cinta dan kasih sayangnya.
2. Prinsip kedua ialah taat.
Sikap taat menunjukkan kepadatuhan kita kepada Sang Pencipta. Dialah yang menyatukan seorang perempuan dan lelaki untuk menjalin rumah tangga. Maka, dalam menjaga keutuhan rumah tangga, kita harus taat terhadap perintah-Nya. Sebab, melalui perintah-Nya itulah yang akan menentukan jalan menuju kebahagiaan.
3. Prinsip selanjutnya ialah takut pada azab Allah.
Jika kita bisa menerapkan rasa takut pada azab Allah, maka sepasang suami istri akan lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Sebab, segala sesuatu pasti diperhitungkan.
Ketiga prinsip itulah yang bisa membuat rumah tangga awet. Di mana satu sama lain saling menjaga hati untuk pasangannya.
Sepasang suami istri yang taat dan beriman kepada Allah, akan lebih mudah menggapai kebahagiaan berumah tangga. Sebab, ketenangan dan kedamaian tercipta di dalamnya.
Dan rasa takut akan azab Allah, menguatkan cinta mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya, demi menggapai ridha-Nya.
Referensi: Sang Bidadari, Karya: Sendi Rizaldi Supriadi Putra, Penerbit: Hakim Publishing
by Danu Wijaya danuw | Mar 21, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Terkadang karena merasa telah banyak berbuat baik untuk Islam dan kaum muslimin, kita merasa telah melakukan sesuatu untuk membela Allah, Rasul-Nya dan Al-Qur’an, lalu hati kita menganggap remeh orang yang tak seperti kita. Atau bahkan menganggap mereka lemah dan tak berguna. Secara tak sadar bahwa perasaan seperti ini bisa membatalkan amalnya.
Ibnul Mubaarok rahimahullah berkata :
“Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang shalat perkara yang lebih buruk daripada ujub (berbangga diri)” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sy’abul Iman no 8260).
Syaikh Ibnu Al Utsaimin mengatakan bahwa ujub itu dapat membatalkan amal. Beliau mengatakan, “kelompok yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memiliki tahqiq (kesungguhan) dalam pokok iman kepada takdir. Mereka melakukan ibadah sekadar yang mereka lakukan. Namun mereka sungguh-sungguh dalam ber-isti’anah kepada Allah dan tidak bersabar dalam menjalankan hukum-hukum Allah yang kauni maupun syar’i.
Sehingga dalam beramal mereka pun malas dan lemah, yang terkadang membuat mereka terhalang dari beramal dan menghalangi kesempurnaan amal mereka. Dan membuat mereka ujub dan sombong setelah beramal yang terkadang bisa menjadi sebab amalan mereka hangus dan terhapus” (Majmu’ Fatawa war Rasail, 4/250).
Perkataan beliau sejurus dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri”
(HR at-Thabrani dalam Al-Awshath no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1802).
Demikian pula sabda Rasulullah saw :
“Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub! ujub!”
(HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 6868, hadits ini dinyatakan oleh Al-Munaawi bahwasanya isnadnya jayyid (baik) dalam at-Taisiir, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no 5303).
Bila kita merasa telah menjadi orang yang baik saja dianggap ujub, sebagaimana ditanyakan kepada Aisyah radliyallahu anha siapakah orang yang terkena ujub, beliau menjawab: “Bila ia memandang bahwa ia telah menjadi orang yang baik” (Syarah Jami As Shoghier).
Bagaimana bila disertai dengan menganggap remeh orang lain? Inilah kesombongan. Semoga Allah melindungi kita dari ujub dan kesombongan.
sumber: Ust. Abu Yahya Badrusalam, Lc oleh Muslim
by Danu Wijaya danuw | Mar 20, 2017 | Artikel, Dakwah
Ulama dunia Dr Zakir Naik akan melakukan safari dakwah di Indonesia selama 10 hari di enam kota. Safari dakwah Zakir Naik dilakukan mulai 01 hingga 10 April 2017.
Safari dakwah bertajuk “Dr Zakir Naik Visit Indonesia 2017” itu akan dimulai dari Masjid Kota Wisata Cibubur dan berakhir di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Ketua Humas Panitia Zakir Naik Visit Indonesia 2017 Budhi Setiawan mengatakan, Dr Zakir Naik akan selalu membuka sesi tanya jawab pada setiap ceramahnya.
“Model penyampaiannya ceramah biasa dilanjutkan dengan tanya jawab dengan peserta. Bukan debat,” ujar Budhi dalam keterangan persnya, Minggu, Ahad, 12 Maret 2017.
Budhi menambahkan, Zakir Naik akan menyampaikan ceramahnya di enam kota, yakni Cibubur, Bekasi, Bandung, Jogja, Ponorogo, dan berakhir di Unhas Makassar.
Saat ini panitia sedang mengurus segala perizinan dari Kepolisian terkait semua rencana safari dakwah Dr Zakir Naik.
“Kami mohon doa umat Islam di Indonesia supaya semua proses dan persiapan berjalan baik dan lancar,” tandas Budhi.
Inilah Jadwal Ceramah Dr Zakir Naik di enam kota di Indonesia
1. Sabtu, 1 April 2017
Dr Zakir Naik akan memulai safari dakwahnya di Masjid Kota Wisata, Cibubur mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Di masjid ini, istri Dr Zakir Naik, Ustazah Farhat Zakir Naik, akan menyampaikan ceramah yang akan dihadiri 2.500 orang muslimah.
2. Minggu, 2 April 2017
Zakir Naik akan ceramah di Auditorium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ceramah terbuka untuk umum itu akan dilangsungkan mulai pukul 08.00-12.00 WIB dengan target peserta 10 ribu orang.
3. Senin, 3 April 2017
Zakir Naik akan menyampaikan ceramahnya Kota Yogyakarta mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Dr Zakir Naik dijadwalkan menyampaikan ceramah umum dengan tema “Misconseption of Islam” di Auditorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
4. Rabu, 5 April 2017
Zakir Naik akan menyampaikan ceramah umum di Auditorium Universitas Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur mulai pukul 08.00-12.00 WIB. Zakir Naik akan berceramah dengan tema “Religion in Right Perspective” dan akan diikuti sekira 10 ribu peserta.
5. Sabtu, 8 April 2017
Dr Zakir Naik akan menyampaikan ceramahnya di Stadion Patriot, Bekasi Jawa Barat. Zakir Naik akan menyampaikan ceramah umum di yang akan dihadiri sekitar 40 ribu peserta, mulai pukul 19.00-24.00 WIB.
6. Senin, 10 April 2017
Safari dakwah terakhir Dr Zakir Naik akan berakhir di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Zakir Naik akan menyampaikan ceramah ceramah bertema “Quran and Modern Science” di Auditorium Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Ceramah yang dimulai pukul 08.00-12.00 WITA itu direncanakan akan dihadiri 10 ribu peserta.
Sumber : www.zakirnaikvisit.id
by Danu Wijaya danuw | Mar 20, 2017 | Artikel, Kisah Sahabat
Panah yang beracun adalah pandangan, jika kita tidak mampu mejaga pandangan maka kemaksiatan dan segala sesuatu yang haram didepan mata kita akan terlihat.
Dan kita gunakan kedua bola mata yang sudah Allah amanahkan ini untuk melihat yang haram. Memang tak semudah membalikan telapak tangan untuk menjaga pandangan.
Akan tetapi hamba yang patuh dan tunduk kepad Allah akan senantiasa berusah sekuat mungkin untuk menjaga pandanganya.
Seperti kisah seorang tabiin bernama Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah yang dikenal senantiasa menundukkan pandangannya.
Suatu hari ia melewati sekumpulan wanita. Ia tidak sanggup memandang wanita-wanita tersebut. Yang ia lakukan adalah menundukkan pandangannya dan memandang dadanya sendiri.
Sampai para wanita pun menyangka, jangan-jangan Rabi’ itu buta. Padahal Rabi’ bin Khutsaim hanya ingin menjaga pandangannya, ia tak ingin melihat suatu yang haram, yang jelas di benci oleh Allah.
Sedangkan kita? Semoga kita berusaha menjadi Rabi’ bin Khutsaim di zaman sekarang, yang ujian pandanganya lebih besar dari pada di zaman Rabi’ bin Khutsaim, semoga pahalanya pun semakin berlipat.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai macam godaan yang merusak.
by Danu Wijaya danuw | Mar 19, 2017 | Artikel, Dakwah
“Pak, ini uang untuk bapak. Nanti habis kampanye ini saat Pemilu nanti tolong coblos partai saya ya.”
Ternyata orang yang nyogok dan yang menerima sogokan kena laknat Rasul. Artinya didoakan jauh dari rahmat Allah. Namun itulah yang nyata terjadi pada masa kampanye saat ini.
Ingatlah bahwa uang sogok, suap dan risywah adalah uang yang haram. Uang tersebut diharamkan bagi yang memberi, yang menerima, bahkan termasuk pula yang menjadi perantara.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ.
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap”. (HR. Abu Daud no. 3580, Tirmidzi no. 1337, Ibnu Majah no. 2313. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).
Dalam riwayat yang lain Nabi melaknat al Raisy (الرَّائِشَ) yaitu penghubung antara penyuap dan yang disuap (HR. Ahmad 5/279).
Meski hadits ini dhaif/lemah, namun maknanya benar. Orang yang menjadi penghubung antara penyuap dan yang disuap berarti membantu orang untuk berbuat dosa dan ini adalah suatu yang terlarang.
Hadits di atas menunjukkan bahwa suap termasuk dosa besar, karena ancamannya adalah laknat. Yaitu terjauhkan dari rahmat Allah. Bahkan sogok itu haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan ulama).
Uang sogok atau suap atau disebut risywah dikatakan oleh Ibnul ‘Arobi,
كُلّ مَال دُفِعَ لِيَبْتَاعَ بِهِ مِنْ ذِي جَاهُ عَوْنًا عَلَى مَا لَا يَحِلُّ
“Segala sesuatu yang diserahkan untuk membayar orang yang punya kedudukan supaya menolong dalam hal yang tidak halal.”
Mereka yang memberi sogok seperti ini hakekatnya adalah orang-orang yang tamak dan gila pada kekuasaan. Saat sudah memegang tampuk kekuasaan, mereka cuma ingin harta sogoknya kembali, sehingga korupsi dan pencurian uang rakyat yang terjadi. Orang yang tamak pada kekuasaan ini dicela oleh Rasul dan akan menyesal pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإمَارَةِ ، وَسَتَكونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَة
“Nanti engkau akan begitu tamak pada kekuasaan. Namun kelak di hari kiamat, engkau akan benar-benar menyesal” (HR. Bukhari no. 7148).
Ibnu Hajar berkata, “Siapa yang mencari kekuasaan dengan begitu tamaknya, maka ia tidak ditolong oleh Allah.” (Fathul Bari, 13: 124). –rumasyo