TAFSIR AL QUR’AN SURAT AN NABA

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AN NABA

TAFSIR AL QUR’AN SURAT AN NABA

KAJIAN MUSLIMAH
MAJELIS TAKLIM Al IMAN

🎤 NARASUMBER OLEH :
UST. FAUZI BAHREISY

KAJIAN TAFSIR AL QUR’AN JUZ 30 SURAT AN NABA

🕌 WAKTU & TEMPAT:
📆 Hari/tgl: Sabtu, 06 agustus 2022
🕙 Waktu : 09:00 – 11:00 WIB
🕌 Tempat : Mushallah Al iman jalan H. Mursid no.99 B

Kajian ini juga dapat disaksikan melalui streaming YouTube
▶️ Youtube Channel : https://youtube.com/alimancentertv/live

============================
💵 DONASI DAKWAH:
Transfer ke: Bank Syariah Indonesia
No. Rek. 703 7427 734
a.n Yayasan Telaga Insan Beriman
========================
Semoga Allah memberikan pahala bagi yg menyimak dan menyebarkan!

Keinginan Berhijab yang Kuat

Apa itu Hijab? Hijab adalah penghalang atau kerudung yang digunakan oleh wanita muslim yang biasa disebut juga dengan jilbab. Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama. Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam.
Perintah Berhijab Dalam Alqur’an
Perintah berjilbab berdasarkan Al Quran; kerudung menutupi rambut hingga pinggang, dan tidak boleh menunjukan lekuk tubuh. Hanya tangan dan wajah yang boleh tidak tertutup. Niqab dan burqa tidak wajib.
Dalam Al Qur’an surat Al-Ahzab : 59 Allah swt berfirman
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam Al Qur’an surat An-Nur ayat 31 Allah swt berfirman
“…dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya… “.
Dalam Al Qur’an surat  Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir Allah swt berfirman
“….. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.
Rasulullah saw bersabda,
Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab).”(HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah).
Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan di zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka.
Telah diisyaratkan Rasulullah saw dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:
“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka”.
Sebagian besar wanita akan menghadapi godaan besar sebelum berhijab seperti godaan untuk membatalkan berhijab, terpengaruh oleh teman lain, lebih suka memadukan tren baju dengan gaya hijab, atau yang lainnya.
Untuk berhijab, keinginan yang kuat dan percaya diri adalah kunci utama. Dengan memiliki kunci utama tersebut, muslimah tidak akan mudah terpengaruh dengan godaan orang lain dan pekerjaan.
Bagi wanita yang berani untuk tampil sopan dengan berhijab adalah pilihan yang tepat. Dengan berhijab, kita dapat menutupi aurat, InsyaAllah akan terhindar dari perbuatan-perbuatan jahat yang akan dilakukan oleh orang lain.
Semoga para muslimah mempunyai semangat tampil menawan dengan berhijab sesuai perintah agama Islam yang diterangkan dalam Al Qur’an.
 
Sumber :  Seputarpengertian.blogspot

Mengapa Perempuan Lebih Utama Shalat Di Rumah?

Islam sangat menjaga dan melindungi kehormatan dan kemuliaan wanita. Karena itulah Islam memerintahkan para wanita untuk menetap di dalam rumahnya.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنّ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu …” (Al-Ahzab: 33)
Islam juga menganjurkan kepadanya agar melaksanakan shalat di rumahnya dan menjelaskan bahwasanya hal itu lebih baik baginya daripada shalat di masjid, demi menjaga kehormatan, kesucian diri dan kemuliaannya.
Sikap berikut ini menggambarkan kepada kita sebuah akhlak yang mulia dari seorang shahabiyah (sahabat dari kalangan perempuan) dalam melaksanakan petunjuk Nabi Shalallaahu’alaihi wa Sallam untuknya, yaitu menunaikan shalat di rumah, karena hal ini adalah yang lebih afdhal baginya.
Ath-Thabrani dan lainnya meriwayatkan dari Ummu Humaid, istri Abu Hamid as-Sa’idi radhiyallahu ‘anha :
Ummu Humaid berkata, “Saya berkata (kepada Rasulullah), ‘Wahai Rasulullah! Para suami kami melarang kami shalat bersamamu (di masjid).’
Rasulullah Shalallaahu’alaihi wa Sallam berkata,

صَلَاتُكُنَّ فِي بُيُوتِكُنَّ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكُنَّ فِي حُجَرِكُنَّ، وَصَلَاتُكُنَّ فِي حُجَرِِكُنَّ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِكُنَّ فِي دُوْرِكُنَّ وَ صَلَاتِكُنَّ فِي دُوْرِكُنَّ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِكُنَّ فِي الجَمَاعَةِ

‘Shalat kalian di tempat tidur kalian lebih baik daripada shalat kalian di kamar kalian, shalat kalian di kamar kalian lebih baik daripada shalat kalian di rumah kalian, dan shalat kalian di rumah lebih baik daripada shalat kalian berjamaah (di masjid)’.”
Hadist riwayat Ahmad (6/371), Shahih Ibnu Hibban (5/595), dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (2/295).
Penggalan kisah dalam hadits tersebut menjelaskan kepada setiap muslimah betapa kesungguhan seorang shahabiyah yang mulia ini selalu mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullaah Shalallaahu’alaihi wa Sallam.
Sebab, saat Nabi Shalallaahu’alaihi wa Sallam menjelaskan kepadanya bahwa shalatnya di dalam rumah lebih baik baginya, ia tidak membantahnya, tidak mengajukan protes dan juga tidak mengeluh.
Ia telah mengetahui seyakin-yakinnya bahwa Rasulullah Shalallaahu’alaihi wa Sallam tidak memerintahkan sesuatu kepadanya kecuali apa yang terbaik baginya untuk dunia dan agamanya.
 
Sumber: muslimah.or.id

Syajarat Ad-Durr, Wanita Pertama Penguasa Kairo

Peradaban Islam pada masa lampau tak bisa dilepaskan dari peranan dan sumbangsih kaum Muslimah. Hebatnya, tokoh-tokoh wanita Muslim itu memberikan banyak kontribusi di berbagai  bidang.
Ada yang aktif di bidang agama, sastra dan juga pendidikan. Bahkan, sejumlah studi dan penelitian membuktikan, perempuan dalam konteks sejarah perkembangan peradaban Islam ternyata aktif mengembangkan ilmu pengetahuan alam, teknologi, ilmu kedokteran, dan farmasi.
Dalam bidang kePemimpinan, sejarah peradaban Islam mencatatkan sejumlah nama tokoh perempuan yang sukses melaksanakan tugas. Salah satunya adalah Syajarat ad-Durr.
Syajarat Ad-Durr merupakan penguasa Kairo, Mesir, pada 1250 M. Meski seorang perempuan, Syajarat cerdik dalam menyusun siasat peperangan menghadapi musuh-musuh.
Dialah tokoh sentral yang berperan memenangkan Mesir ketika Perang Salib ketujuh pecah pada 1249-1250 M. Bahkan, kala itu, Syajarat berhasil menangkap Raja Louis IX yang terjun dalam peperangan tersebut.
Kemampuan dan jasa Syajarat sebagai pemimpin pun diakui oleh para sejarawan Islam. Namun, masa kepemimpinannya tidak lama, sebab, ia wafat pada 1257 M.
Walaupun begitu, kemampuannya dalam memimpin sebuah pemerintahan menjadikannya sebagai tokoh wanita yang luar biasa dalam sejarah Islam.
 
Sumber: Islamic center.or.id

Ukhti, Isilah Masa Mudamu Dengan Amal Shalih

 
Ukhti, sebagian kita mungkin beranggapan bahwa akan sayang sekali jika bersenang-senang dan berfoya-foya tidak dilakukan saat masih muda.
Padahal tidak demikian, ukh. Justru masa muda perlulah dijauhkan dari hal-hal seperti itu. Karena kita tidak tahu kapan maut menjemput.
Rugilah diri kita, bila Allah memanggil di usia muda, sedang belum cukup bekal kita untuk bisa berangkat menuju surgaNya.
Ukhti, manfaatkanlah usia mudamu untuk terus beramal shalih dan beribadah kepada Allah SWT. Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi yaitu
[1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-,
[2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam,
[3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun melanjutkan firmanNya,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95] : 4-6)
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ada empat pendapat.
Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, sebagaimana di waktu muda yaitu masa kuat dan semangat untuk beramal.”
Pendapat ini dipilih oleh ‘Ikrimah. Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qotadah, juga Adh Dhohak, yang dimaksudkan dengan bagian ayat ini adalah “dikembalikan ke masa tua renta setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal”. Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda.
An Nakho’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda.”
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.
Jika Anda masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan beramal.
Daud Ath Tho’i mengatakan, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah.“
 
Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap pemuda yang membaca risalah ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Sebagaimana perkataan Nabi Syu’aib dalam Q.S. Hud ayat 88,

إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan, selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku, melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shohbihi wa sallam.
 
Disadur : Rumasyo

Seuntai Syair Malam Untukmu

Untukmu, ya Untukmu….
Secuek apapun seorang lelaki dalam benak dan hatinya tersimpan gundah yang mampu menggetarkan Bumi.
Gelisahnya tak selalu terdengar desah rana.
Kemampuan dan kekuatan selalu dicoba untuk mendekatkan pada harapan.
Sehingga mampu untuk memberikan ketenangan.
Untukmu, ya Untukmu,
Terima Kasih telah mau berjuang dan bersabar.
Sekalipun air mata harus jatuh dan dibayar mahal dengan rasa yang belum tentu dapat dirasa olehku.
Hal ini kau lakukan demi cita bersama, yaitu melahirkan dan membangun bata-bata peradaban yang akan gemilang diakhir zaman.
Sekalipun ragamu dan ragaku lenyap dari peredaran….
Untukmu, ya Untukmu,
Terima kasih telah mau berpeluh dan bersusah payah.
Sekalipun ada semilir angin yang hampir membuatmu goyah, menggenggam erat tanganku agar kau tetap kuat.
Dan mendapatkan kekuatan untuk tetap melangkah, mengambil bagian dari estafet risalah nubuwah…
Untukmu, ya Untukmu,
Syukurku tidaklah sebanding dengan syukurmu.
Usahaku tidaklah sebanding denganmu tapi bukan perihal comparatif.
Tujuan kita hidup satu atap, berlayar dan nantinya berlabuh pada dermaga cita dan cinta.
Namun adanya nota kesepahaman yang tak tertulis
Terpatri dalam hati, bahwa Robbul Izzati adalah titik akhir dan tujuan kita untuk kembali.
Untukmu, ya Untukmu,
Segala kecemasanmu atas hari ini maupun esok seringkali tak mampu kutangkap.
Namun dari detik aku memetik, dari menit kudapat secelumit, dari jam beberapa asa kugenggam.
Dari hari ku pasrahkan setiap ikhtiar yang sudah kujalani dan terlewati, hanya mampu berdo’a.
Dan mendo’akan yang terbaik untukmu, untukku, untuknya (anak-anak kita) dan untuk mereka (orang tua, saudara, dan sahabat seperjuangan)
Untukmu, ya Untukmu
Aku hadir sebagai pendampingmu.
Dan Kau Hadir sebagai sayap kehidupan yang melengkapi hingga menjadi sepasang sayap untuk meraih mimpi dan harapan bersama.
Terima Kasih, Semoga Allah SWT senantiasa merahmati kita dengan kebaikan dan keistiqomahan dalam berbuat baik….
Uhibbuki Fillahi Yaa Zaujati
أحبُّك فِ اللّه يازوجتي