0878 8077 4762 [email protected]

Sindiran Dahlan Iskan : Saya Kira Pakai Baju Kotak-kotak Sakti, Ternyata Tidak

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan dijatuhi vonis dua tahun penjara dalam perkara korupsi pelepasan aset PT Panca Wira Usaha yang divonis oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Surabaya.
Kendati kecewa, Dahlan tetap menyempatkan berkelakar kala disapa pendukungnya usai sidang.
Kelakar Dahlan yang paling menarik ialah soal kemeja bermotif kotak-kotak yang dia kenakan saat mengikuti sidang vonis di Pengadilan Tipikor Surabaya Jalan Raya Juanda, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada Jumat, 21 April 2017.
Selama ini, baju kotak-kotak identik dengan Joko Widodo, terutama berita Ahok yang dilindungi dalam hukum kala menjadi Gubernur DKI Jakarta
Kelakar baju kotak-kotak itu disindirkan Dahlan setelah keluar dari Ruang Cakra, ruang sidang perkaranya. Dia lalu berjalan menuju ruang lobi Pengadilan Tipikor untuk menemui awak media yang menanti.
Sembari menanti tim penasihat hukumnya, dia mengeluh soal panasnya ruangan.
“Panas, ya, AC-nya mati. Saya pikir pakai baju seperti ini (sambil menyentuh kemeja kotak-kotak yang dia kenakan) sakti. Ternyata tidak,” kata Dahlan sembari tersenyum.
Dia kemudian berlalu dan mengarahkan wartawan untuk mewawancara penasihat hukumnya.
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Surabaya menjatuhkan vonis dua tahun penjara ditambah denda Rp100 juta subsider dua bulan kurungan.
Dia dinyatakan terbukti bersalah melakukan korupsi secara bersama-sama pada pelepasan aset PT PWU, sebagaimana disebutkan dalam dakwaan subsider, Pasal 3 Undang-undang Korupsi.
Vonis itu jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa. Sebelumnya, jaksa penuntut umum Trimo dari Kejati Jatim menuntut Dahlan enam tahun penjara plus denda Rp750 juta subsider enam bulan kurungan. Dahlan juga dituntut ganti rugi negara Rp4,1 miliar subsider tiga tahun enam bulan kurungan.
Kendati vonis lebih ringan dari tuntutan, Dahlan langsung menyatakan banding. “Saat ini juga kami langsung menyatakan banding, Yang Mulia,” kata Dahlan. Jaksa Penuntut Umum menyatakan pikir-pik

Dhuha dan Sikap Sederhana Dibalik Kesuksesan Sandiaga Uno

Kisah nyata & langka!
Cum laude dari Amerika, itulah prestasi akademisnya. Distinguished Research Professor di bidang entrepreneurship dari George Washington University, itulah gelar akademisnya. Boleh dibilang, dia seorang entrepreneur yang sangat cerdas.
Tahun 2011, saya tanya langsung ke orangnya. Apa amalannya sejak dulu. Dia mengelak. Merasa nggak enak kalau mengumbar-ngumbar amal.
Setelah saya desak-desak, akhirnya dia jawab juga, “Saya rutin ber-dhuha sejak SMA.” Masya Allah!
Yang menakjubkan, di usia 40-an, ia berhasil masuk dalam 100 orang terkaya di Indonesia dengan lebih 50.000 karyawan!
Bukan sekadar wacana tapi ia juga membuktikan kata-katanya. Beneran. Sejak dulu sampai sekarang, ia rutin keliling Indonesia menjadi narasumber seminar wirausaha. Tanpa bayaran. Tanpa motif politik.
Belakangan ini, berbagai fitnah dialamatkan kepada dirinya. Tapi kalau Anda bertemu dia satu menit saja, Anda akan tahu bahwa fitnah itu beneran fitnah. Nggak lebih dari itu. Saya lihat sendiri bagaimana ia memperlakukan keluarganya. Santun dan penuh kasih-sayang.
Demikian pula perlakuannya terhadap orang-orang yang belajar dan ngefans sama dia. Sangat sabar dan bisa mengingat orang satu per satu.
Jujur saja, saya saja sering lupa kalau ketemu banyak orang. Tapi, dia beda. Dia bisa mengingat orang satu per satu.
Beberapa kali saya bertemu dia di airport atau di pesawat terbang. Ternyata pernah juga dia duduk di kelas ekonomi. Bayangkan, maskapai saja sanggup dia beli, tapi ia kadang duduk di kelas ekonomi. Bukan kelas bisnis!
Saya juga melihat ponsel dan arlojinya biasa-biasa saja. Bahkan gores-gores dan sompel-sompel. Saya melihat itu selama sekian tahun. Bukan sebulan dua bulan. Dan ketika saya lunch semeja bareng dia, nggak disangka-sangka dia mengambilkan lauk untuk saya. Masya Allah!
Terlepas dari itu, fisiknya kuat. Berenang antar pulau, ia sanggup. Kalau berlari, jangan ditanya.
Sangat cerdas, sangat kaya, sangat kuat, sangat santun, dan sangat sederhana.
Hampir 40 tahun umur saya dan menurut pengalaman saya, amat langka ada orang seperti itu.
Saat lunch dan ngobrol-ngobrol bareng Ust Yusuf Mansur, sang ustadz juga sempat geleng-geleng kepala, “Kok ada ya orang seperti itu.”
Kemudian, saya sempat menyesalkan manakala mendengar dia nyemplung ke dunia politik. Sayang, menurut saya. Tapi, yah sudahlah. Alasannya, dia ingin membenahi negeri ini ‘dari dalam’. Mungkin Anda sudah bisa menebak siapa orang yang saya maksud. Dialah Sandiaga Uno.
Dia pun bertekad, kalau terpilih jadi wakil gubernur DKI, tidak akan mengambil gajinya.
Yah, kita sama-sama tahu, buat apa pembangunan fisik, kalau warganya berantem tiap sebentar, karena si pemimpin tidak bisa mengontrol ucapannya.
Di sini saya hanya ingin berbagi pengalaman dan menyampaikan kebenaran. Setidaknya, kisah ini menjadi inspirasi keteladanan bagi Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Yah sudah saatnya kita memiliki pemimpin yang layak dicontoh ucapannya dan tindakannya.
 
Ippo santoso

Berkah Pemimpin Sholeh

Abdurrahman An-Nashir, adalah salah satu sosok Pemimpin yang dikenal sholeh, alim dan adil di masa kejayaan Andalusia. Dengan kepemimpinannya atas izin Allah SWT, ia membawa Andalusia ke puncak kemakmuran dan kesejahteraannya, sehingga tak sedikit bangsa Eropa yang datang dan belajar kesana.
Dalam masa kepemimpinannya, ia juga mengangkat sosok-sosok yang shalih untuk menduduki jabatan penting dalam pemerintahan, semisal Munzir ibn Said Al-Baluthi yang diangkat menjadi qadhi kota Andalusia.
Kesholehan seorang pemimpin menjadi berkah tersendiri bagi negri ndan rakyat yang dipimpinnya. Ini terlihat saat suatu ketika wilayah Andalusia mengalami kekeringan akibat hujan yang tak kunjung tiba. Tanah-tanahnya mulai retak, para petani harus menggantung cangkulnya karena tak ada air untuk mengairi sawah dan kebun mereka. Ditengah kemarau yang panjang itu, sang Khalifah berupaya untuk mencari solusi.
Ia memerintahkan rakyatnya untuk melaksanakan shalat Itisqa guna memohon turunnya hujan. Sang Khalifah menunjuk Munzir ibn Said Al-Baluthi untuk menjadi imam dan khatib.
Di hari yang disepakati, rakyat mulai hadir dan memadati dilapangan tampat pelaksanaan shalat isitisqa, namun prosesi shalat belum juga dimulai karena sang khalifah yang ditunggu belum hadir. Salah seorang warga diutus oleh Munzir ibn Said Al-Baluthi menemui Khalifah untuk menyatakan bahwa rakyat telah berkumpul dan siap melaksanakan shalat istisqa.
Tak lama kemudian Ia kembali dan menyampaikan kepada qadhi Munzir ibn Said Al-Baluthi, “Aku melihat Khalifah sedang dalam keadaan sujud yang sangat lama. Belum pernah aku melihat Khalifah berdoa kepada Allah sekhusyu itu”.
Qadhi Munzir ibn Said Al-Baluthi yang sangat mengenal karakter dan kepribadian sang khalifah memerintah salah seorang jamaah untuk mengambilkan payung.
Ia pun berkata dengan penuh keyakinan, “Demi Allah hujan akan segera tiba, kalau pemimpin di muka bumi ini khusyu hatinya, tunduk pada Allah, bukan orang yang angkuh dalam syariat ini, maka pasti Sang penguasa hujan (Allah Swt.) akan menurunkan rahmatNya”.
Tak berselang lama hujanpun turun membasahi tanah Andalusia.
Kita meyakini, dalam membangun sebuah negeri yang makmur dan berkeadilan, tak hanya dibutuhkan seorang pemimpin yang alim dan shalih, tetapi juga dibutuhkan sosok-sosok rakyat yang shalih, dan ringan tangan dalam mengawal kepemimpinan sang khalifah.
Sosok yang tegas diatas kebenaran dan tidak mau mempermainkan syariat. Sejarah mencatat bahwa sosok seperti qadhi Munzir ibn Said Al-Baluthi pernah menyampaikan nasehat dengan tegas sehingga membuat khalifah tersinggung. Namun bagi sang qadhi, ini bukan menjadi persoalan karena Ia berbicara atas dasar al haq.
 
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=5d2hYSfIH-I

Untold Story : Kartini Mengaji dengan Kiyai Sholeh Darat

Dalam sejarah masyarakat umumnya, banyak yang tidak mengetahui Kartini melakukan pertemuan untuk mengaji dengan Kyai Sholeh bin Umar, dari Darat, Semarang, lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat.
Adalah Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini.
Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholeh Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.
Kiyai Sholeh Darat Menjelaskan tafsir Al Fatihah
Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.
Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil.
Kartini Mengusulkan Penerjemahan AlQur’an kedalam Bahasa Indonesia
Berikut dialog Kartini dengan Kyai Sholeh saat bertemu.
“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.
“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.
Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan;
“Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa? Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”
Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa, kecuali subhanallah.
Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.
Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tak ternilai saat menikah dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang.
Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an itu diberi nama Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an. Tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Jilid pertama yang terdiri dari 13 juz.
Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya.
Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan: “Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”
Pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur’an. Dan para ulama waktu juga mengharamkannya. Mbah Shaleh Darat menentang larangan ini. Karena permintaan Kartini itu, dan panggilan untuk berdakwah, beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf Arab pegon sehingga tak dicurigai penjajah.
Melalui kitab itu pula Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya. Yaitu Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minadh-Dhulumaati ilan Nuur).
Kartini terkesan dengan kalimat Minadh-Dhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya.
Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.
Kiyai Sholeh Mentransformasi Pemahaman Islam Kartini
Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.
Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.
 
Sumber : Kisah ini sahih, dinukil dari Prof KH Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Soleh Darat.

Wapres AS Kagum dengan Kemegahan Masjid Istiqlal

Wakil Presiden Amerika Serikat, Michael Richard Pence beserta istri dan kedua anaknya mengunjungi Masjid Istiqlal, Kamis (20/4/2017). Kunjungan ini dilakukan setelah bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.
Usai bertemu Jokowi, Michael Richard Pence melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kedua negara membahas kerja sama bidang investasi dan perdagangan.
Michael Richard Pence bergerak menuju Masjid Istiqlal sekitar pukul 14.50 WIB. Michael Richard Pence mengaku bersemangat mengunjungi masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
“Saya dengan rendah hati memiliki kesempatan untuk mengunjungi masjid nasional Indonesia (Masjid Istiqlal),” ujar Michael Richard Pence di Jakarta, Kamis (20/4/2017) seperti dikutip dari Merdeka
Pence sapaan akrabnya mengaku kagum dengan keragaman di Indonesia yang dikenal negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.
“Sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, Islam moderat di Indonesia dan keberagamannya menjadi inspirasi dunia. Dan kami, sangat kagum dengan hal itu,” ucap.
Pence mengatakan persatuan dalam keragaman di Indonesia bisa membawa kebaikan bagi dunia. Hal tersebut yang menjadi alasan Indonesia menginspirasi tak hanya Amerika Serikat, tapi juga internasional.
“Sebagai negara muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia kita juga sepakat untuk menguatkan kerja sama di bidang perdamaian,” pungkasnya.
Pence diajak berkeliling masjid oleh Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar. Selain diajak melihat beduk, Pence sekeluarga juga berpose dengan latar Gereja Katedral, berada di seberang Istiqlal.
Dengan berfoto dengan latar belakang gereja Katedral, Pence, kata Nasaruddin, bermaksud ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa toleransi di Indonesia merupakan suatu hal yang dijaga dan dipertahankan bersama, dan ini tampak dengan begitu dekatnya tempat-tempat beribadah warga yang berbeda keyakinan, seperti Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta.
Selasai berkeliling Masjid Istiqlal, Pence bertemu beberapa tokoh lintas agama selama sekitar setengah jam.
 
Keterangan Foto :
Wapres AS Mike Pence (dua dari kanan) foto bersama dari kiri ke kanan: Putrinya Audrey dan Charlotte, istrinya, Karen, Kepala Masjid Istiqlal Muhammad Muzammil Basyuni dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Masjid Istiqlal, Jakarta, 20 April 2017