0878 8077 4762 [email protected]

Jangan Pilih Dua Keburukan Ketika Memilih Pemimpin

Kalau Anda tidak mampu meninggalkan kedua Keburukan itu, yaitu menerima suap dan memilih pemimpin kafir; jangan sampai melakukan keduanya.
1. Saudaraku kaum muslimin, Suaramu adalah amanah yang akan kalian pertanggung-jawabkan di hadapan Allah.
Sehingga berikanlah suara itu kepada paslon yg dihalalkan oleh Allah. Jangan sampai memberikannya kepada paslon yang diharamkan oleh Allah dan diselisihi ulama
“Wahai orang-orang yg beriman, janganlah kalian menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai Aulia”. [Almaidah:51].
Kata “aulia” bisa bermakna PEMIMPIN, teman setia, pelindung, penolong, pembela, dan lain-lain. Itu semua tercakup dalam kata “aulia”.
Sungguh inilah kehebatan Alquran Kalamullah, dengan redaksi yang singkat, bisa mencakup makna yang sangat luas.
2. Menjual suara adalah tindakan mengkhianati amanah yang ada di pundak kita.
Seharusnya ini tidak dilakukan seorang yang mengaku muslim. Pilihlah paslon berdasarkan dalil dan bukti yang kuat akan mensejahterakan kita semua selama masa kepemimpinannya. Terutama kesejahteraan dari sisi Agama.
Jangan sampai memilih paslon karena uang yang diberikan saat akan pencalonan. Karena itu bukan uang halal, itu juga hanya sesaat dirasakan, setelah itu kita akan ‘diperas’ selama masa kepemimpinannya.
3. Bagaimana dengan pembagian uang atau sembako dari para paslon, bolehkah kita mengambilnya?
Itu adalah bentuk lain dari suap menyuap, dan ini merupakan dosa besar, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:
Allah MELAKNAT orang yg menyuap, dan orang yg menerima suap!“. [HR. Abu Dawud: 3580, shahih].
Pantaskah kita memilih calon yg jelas-jelas melakukan dosa besar di hadapan kita?
Bagaimana jika dua-duanya melakukan dosa besar itu?
Kita pilih yg PALING SEDIKIT dalam menyuapnya. Mana yang lebih ringan keburukannya, itu yang kita pilih.
4. Bagaimana kalau kita sudah mengambil uang suap.
Pertama: Kita harus bertaubat kepada Allah dari dosa besar tersebut.
Kedua: Kita harus mengembalikan uang itu bila dimungkinkan.
Bila tidak mungkin mengembalikan kepada penyuap, maka kita bisa memberikan kepada fakir miskin, atau lembaga yang menyalurkan harta haram tersebut untuk fasilitas umum -misalnya- dengan niat membebaskan diri dari harta haram.
5. Bagaimana jika sudah BERJANJI, bahkan sudah BERSUMPAH untuk memilih paslon tertentu, padahal Allah melarang kita memilihnya.
Jika hanya berjanji saja tanpa sumpah dengan nama Allah, maka tidak menjadi masalah untuk mengingkari janji tersebut, karena itu adalah janji bermaksiat. Bahkan “janji bermaksiat” SEHARUSNYA tidak kita tepati.
Jika pun kita sampai bersumpah dengan nama Allah, bahwa kita akan memilih calon yang diharamkan Allah, maka ini masuk dalam bab sumpah “ghomus”, yakni sumpah yg bisa menjerumuskan seseorang ke dalam neraka.
Sumpah seperti ini harus TIDAK ditepati. Dan tidak ada tebusan untuk sumpah jenis ini. Kecuali bertaubat dan meminta ampun kepada Allah, karena bersumpah untuk melakukan kemaksiatan adalah perbuatan dosa.
6. Jika kita tidak kuat menolak “godaan suap”. Baik berupa uang atau sembako atau yang lainnya, karena berbagai alasan. Maka jangan sampai kita mengumpulkan dua keburukan sekaligus.
Jangan sampai kita “mengambil suap” dan memilih paslon yg diharamkan oleh Allah. Sungguh keduanya merupakan keburukan yg sangat nyata. Kalau kita tidak mampu meninggalkan dua-duanya, maka paling tidak jangan melakukan dua-duanya.
7. Kaum Muslimin -semoga Allah memuliakan kalian-. Penulis yakin masih ada kebaikan dan semangat iman di dada-dada kalian. Di sisi lain, penulis juga yakin, bahwa kalian sadar betul, bahwa sangat jarang dari kaum nasrani dan etnis ‘tionghoa’ yang akan memilih paslon kaum muslimin.
Oleh karena itu, janganlah ragu untuk menguatkan barisan kaum muslimin dengan memilih pemimpin dari kaum muslimin.
Ingatlah, karena tugas dan kewajiban memilih pemimpin sudah ditaruh di pundak kita, maka wajib bagi kita menunaikan tugas kewajiban tersebut sebaik-baiknya.
Jangan sampai kita menyia-nyiakannya, atau bahkan mengkhianatinya, karena itu semua akan kita pertanggung-jawabkan di hadapan-Nya.
Silahkan dishare. Semoga bermanfaat.
 
Ust. Musyaffa Ad Darini

Doa Perang Badar untuk Kemenangan Umat Islam Jakarta

Sejarah peperangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membuktikan pentingnya doa dalam amaliyah jihad.
Yakni saat perang Badar, tepatnya pada malam peperangan, di mana para sahabat tertidur kecuali Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Beliau tidak tidur di malam itu. Beliau shalat di bawah batang pohon dan banyak berdoa di sujudnya…
Ya Hayyu Ya Qayyum,” beliau mengulang-ulangnya dengan meminta pertolongan kepada Allah. (Al-Bidayah wa al-Nihayah: 5/82)
Doa Nabi Muhammad saw Saat Perang Badar
Kemudian saat pagi tiba dan terlihatlah pasukan Quraisy, beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa,

اللّهُمّ هَذِهِ قُرَيْشٌ قَدْ أَقْبَلَتْ بِخُيَلَائِهَا وَفَخْرِهَا ، تُحَادّك وَتُكَذّبُ رَسُولَك ، اللّهُمّ فَنَصْرَك الّذِي وَعَدْتنِي ، اللّهُمّ أَحِنْهُمْ الْغَدَاةَ

“Ya Allah, Inilah Quraisy, mereka datang dengan segala kesombongan dan kebanggan mereka. Mereka menantang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, kurniakan kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pada pagi ini.” (Sirah Ibnu Hisyam: 3/164)
Diriwayatkan dari Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Pada perang Badar, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat para sahabatnya berjumlah 300 lebih sedikit, dan melihat kepada kaum musyrikin berjumlah seribu lebih. Kemudian beliau menghadap kiblat sambil mengangkat tangan dengan selendang dan surban di pundaknya, beliau berdoa,

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ

“Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Beliau terus menerus meminta pertolongan dan berdoa kepada Allah sehingga jatuhlah kain surban dari kedua pundaknya. Abu Bakar menghampiri dan meletakkan kembali kain surban itu di pundaknya. Abu Bakar terus berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu berkata:

يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ

“Wahai Nabi Allah! Inilah sumpahmu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia akan memenuhi apa yang dijanjikan-Nya kepadamu.”
Inilah keadaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya dalam perang Badar, mereka banyak berdoa kepada Allah. karenanya, Allah mensifati mereka sebagai orang-orang yang banyak beristighatsah (memohon pertolongan) kepada-Nya, banyak berharap dan berdoa kepada-Nya,

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِينَ

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.” (QS. Al-Anfal: 9)
Marilah kita banyak berdoa utk kemenangan ummat Islam. Aamiin.

Hadist Nabi saw : Tidak Pilih Pemimpin Curang

Seorang pemimpin akan menjadi salah satu pemandu yang mengantarkan masyarakatnya menuju surga atau neraka.
Namun, ternyata banyak pemimpin yang tidak bisa mengemban amanahnya dengan baik di atas jalan kebenaran yang diperintahkan oleh Allah. Ia tidak memberikan ketenteraman dan keadilan bagi masyarakatnya
Pemimpin seperti inilah yang kelak akan membawa diri dan rakyatnya ke dalam api neraka
Sesungguhnya seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang mempersulit (menyusahkan) rakyatnya. Oleh karena itu, janganlah sampai kamu tergolong dari mereka,” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Aidz bin Amar).
Rasulullah saw mengingatkan kepada para pemimpin untuk tidak berbuat zalim dan curang dengan menyusahkan kehidupan rakyatnya.
Tidaklah seorang hamba dianugerahi kepemimpinan oleh Allah atas suatu rakyat, lalu ia mati dalam keadaan curang (mengkhianati rakyatnya) melainkan Allah mengharamkan surga baginya,” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Ya’la Ma’qil bin Yasar).
Hadis tentang pemimpin tersebut menyatakan bahwa Allah mengharamkan surga bagi orang-orang yang memimpin masyarakat dengan cara yang curang, yaitu dengan berkhianat.
Jika seorang pemimpin memiliki sifat khianat, dapat dipastikan sebagian rakyatnya pun akan mengikuti jejak yang sama. Apakah kita juga ingin menjadi manusia yang diharamkan untuk memasuki surga hanya karena mengikuti contoh pemimpin seperti itu?
Apabila para pemimpin curang (zalim), langit tidak akan menurunkan keberkahannya. Apabila zina merajalela, kefakiran dan kemiskinan pun akan merajalela” (H.R. Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).
Jika pemimpin-pemimpin kita saat ini justru dekat dengan maksiat dan juga mengarahkan rakyatnya untuk ikut bermaksiat, pemimpin seperti inilah yang harus ditolak dan tidak wajib ditaati karena hanya akan membawa kesengsaraan dan kemurkaan Allah.
Pemimpin tersebut berpotensi menjerumuskan kita ke neraka yang tidak ada satu pun manusia sanggup menahan panas percikan apinya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara memilih pemimpin yang dicintai dan mencintai Allah.
Bacalah berbagai referensi, baik ayat Alquran atau hadis tentang pemimpin yang menjadi petunjuk cara memilih pemimpin yang benar.
Jangan memilih seorang pemimpin atas dasar ikut-ikutan karena Allah telah menjelaskan dalam Alquran dan hadis.

Tentang Hujan Sembako sebelum Pilkada Sudah Diberitakan dalam Alqur'an

Sejak hari tenang kampanye, banyak berita tentang orang yang bagi-bagi sembako beserta amplop berisi uang yang tergolong money politic.
Miris dan sedih karena tidak dapat berbuat apa-apa. Dahsyat sekali dana yang mereka punya.
Namun tadi malam seorang Ustad memberikan pencerahan, jangan kaget dan kuatir dan merasa lemah, karena apa yang mereka lakukan sudah di beritahu dalam Al Quran Surat Al Anfal Ayat 36 :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka jahannam-lah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. 8:36)
Masya Allah, ayat ini sesuai benar dengan Realita saat ini, Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya
Maaf status ini hanya untuk yang percaya Al Quran, bagi yang tidak percaya, jangan baca dan komen. Wallahu A’lam.

Kisah Masjid Dhirar, yang Dibangun Nasrani dan Munafik di Hancurkan Rasulullah

Ibnu Katsir meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, Urwah, Qatadah, dan lainnya bahwa di Madinah ada seorang pendeta yang bernama Abu Amir dari Khazraj. Dia adalah seorang pemeluk nasrani yang memilki posisi penting di kalangan kaum Khazraj.
Ketika Rasulullah SAW masuk ke Madinah, menghimpun kekuatan islam dan membangun peradaban kaum muslimin disana, pendeta Abu Amir merasa tidak suka dengan keberadaan Rasulullah SAW dan menunjukkan bibit permusuhan. Kemudian dia pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan dukungan kaum Kafir Quraisy untuk melawan Rasulullah SAW.
Melihat Dakwah rasulullah yang sudah menyebar luas, semakin kuat dan maju, diapun pergi mencari dukungan kepada Raja Romawi, Heraclius. Heraclius menyambut baik kedatangan pendeta Abu Amir dan menjanjikan apa yang diinginkannya. Pendeta Abu Amir pun tinggal di Negeri Heraclius sembari mengendalikan kaum munafik di Madinah
Pendeta Abu Amir mengirim sebuah surat kepada kaum munafik Madinah. Ia mengabarkan bahwa Heraclius akan memberi apa yang mereka inginkan. Pendeta Abu Amir memerintahkan kaum munafik untuk membuat markas tempat mereka berkumpul untuk merencanakan aksi-aksi jahat mereka kepada kaum muslimin.
Kaum Munafik kemudian membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Dhirar. Masjid tersebut dibangun di dekat masjid Quba’.
Ketika masjid Dhirar telah berdiri, kaum munafik menemui Rasulullah SAW dan meminta beliau untuk Shalat di masjid Dhirar sebagai tanda persetujuan Rasul atas berdirinya masjid tersebut. Mereka berdalih masjid ini didirikan untuk orang-orang yang tidak dapat keluar saat malam sangat dingin.
Pada waktu itu Rasul hendak berangkat ke Tabuk, dan beliau mengatakan kepada kaum munafik, “Kami sekarang mau berangkat, Insya Allah nanti setelah pulang”. Allah swt melindungi Rasul untuk tidak shalat di masjid tersebut.
Beberapa hari sebelum Rasulullah SAW tiba di Madinah, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang sengaja dibuat untuk memecah belah kaum muslimin.
Rasulullah SAW kemudian mengutus Sahabat untuk menghancurkan masjid tersebut sebelum Rasul tiba di Madinah.
Berkenaan dengan Masjid ini turunlah Firman Allah SWT : “Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), dan karena kekafirannya, dan untuk memecah belah orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu.
Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘kami tidak menghendaki selain kebaikan. ‘Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka adalah pendusta (dalam sumpahnya).
Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba’) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-taubah : 107-108)
Dari kisah diatas bisa kita simpulkan bahwa Kaum Munafik telah melakukan perbuatan konspirasi kejahatan untuk memerangi dan memecah belah Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
Karena itu Rasulullah SAW tidak membiarkan tindakan ini, dan langsung mengambil tindakan tegas dan keras.
Dalam menyikapi makar jahat dan konspirasi kaum munafik yang membahayakan kaum muslimin, kita sebagai umat Islam harus tegas tanpa kompromi dalam menghancurkan setiap perangkat jahat dan tipu daya yang mereka bangun.
Orang-orang munafik senantiasa bersujud di telapak kaki penjajah asing, orang-orang kafir, untuk membantu mereka memerangi umat muslim. Tetapi, ketika bertemu kaum muslimin, mereka bersikap seperti saudara, yang sama-sama mengagungkan agama islam. Namun bila ada kesempatan, mereka akan menusuk kaum muslimin dari belakang.
Selain itu, tindakan Rasulullah SAW terhadap masjid Dhirar menunjukkan perlunya menghancurkan tempat-tempat kemaksiatan, tempat yang tidak diridhai Allah SWT, tempat yang dapat membahayakan kehidupan dan kemashalahatan umat islam, sekalipun tempat tersebut disembunyikan dan disampuli dengan berbagai kebaikan sosial.
 
Sumber: Buku Sirah Nabawiyah, karya Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy