0878 8077 4762 [email protected]

OKI Desak Myanmar Akui Etnis Rohingya Sebagai Etnis Resmi

Organisasi Kerja Sama Negara Islam (OKI) mendesak Myanmar mengakui kaum minoritas Muslim Rohingya sebagai etnis resmi dengan memperbaiki undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 yang diterapkan pemerintah mereka.
“Negara OKI mendesak pemerintah Myanmar menghilangkan akar masalah dengan mengembalikan status kewarganegaraan kaum Rohingya yang dicabut dalam UU Kewarganegaraan Tahun 1982,” kutip komunike resmi hasil pertemuan luar biasa OKI di Kuala Lumpur, Malaysia, pa
Selama ini, status kaum Rohingya memang tidak diakui dalam konstitusi Myanmar, sehingga mereka kerap jadi sasaran diskriminasi. Mereka tidak memiliki akta kelahiran, surat kematian, serta tidak dapat bersekolah dan bekerja.
OKI menganggap, pengakuan dan pemenuhan hak, serta kebijakan transparan terhadap etnis beragama merupakan salah satu solusi mengakhiri diskriminasi dan konflik kemanusiaan yang menimpa kaum minoritas di Myanmar selama ini.
“OKI meminta Myanmar memastikan kebijakan yang transparan dan inklusif pada komunitas keagamaan dengan melibatkan Rohingya sebagai bagian integral dari negara dan mempertimbangkan mereka sebagai etnis minoritas, seperti yang diserukan PBB,” tulis OKI.
Dalam pertemuan tingkat menteri yang dihadiri sekitar 56 negara itu, OKI juga mengadposi sebuah resolusi yang mendorong negara anggota untuk turut memberikan bantuan kemanusiaan yang inklusif bagi Myanmar.
Resolusi itu juga meminta pemerintahan de facto, Aung San Suu Kyi untuk membuka akses bagi bantuan kemanusiaan ke negara bagian Rakhine, tempat bentrokan dan kekerasan terhadap kaum Rohingya marak terjadi.
Kelompok pemerhati HAM di Myanmar, Burma Human Rights Network (BHRN), mengapresiasi upaya OKI yang mau turun tangan menangani konflik kemanusiaan dan dugaan pelanggaran HAM ini.
Direktur Eksekutif BHRN, Kyaw Win, berharap usaha OKI dan negara ASEAN benar-benar bisa membantu mengurangi penderitaan yang dialami oleh kaum Rohingya.
Win menilai, tekanan dan perhatian dunia internasional yang besar terhadap nasib kaum Rohingya ini telah mengurangi intensitas “penyerangan membabi-buta pasukan keamanan Myanmar terhadap penduduk Rohingya di Rakhine.”
“OKI harus mendukung pembentukan komisi investigasi PBB untuk menyelidiki situasi di rakhine, termasuk pelanggaran HAM yang terjadi pada 2012 lalu. Kami juga berharap OKI mau bekerja sama dengan negara lain memastikan PBB terus membahas resolusi pelanggaran HAM di Myanmar setiap tahunnya dalam sidang umum,” tutur Win dalam keterangan resminya.
Beberapa bulan belakangan, Rohingya kembali menjadi sorotan akibat kekerasan dan sikap represif aparat keamanan terhadap mereka.
Kekerasan terhadap etnis Muslim di Myanmar ini bukan yang pertama kali terjadi. Kekerasan sektarian terparah terhadap warga Rohingya dilakukan oleh kelompok Buddha pada 2012 lalu. Insiden ini menewaskan sekitar 200 orang dan menyebabkan 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
 
Sumber : cnn

Diundang Raja Salman, Anies Baswedan Tunaikan Ibadah Haji 

 
Jakarta – Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Fery Farhati, dan ibunya, Aliyah Rasyid. Anies mengatakan ini merupakan ibadah hajinya yang pertama.
“Alhamdulilah ini perjalanan pertama saya, bersyukur bisa bersama-sama dengan ibu. Kesempatan ini saya mengajak ibu dan istri,” katanya, Jumat, 25 Agustus 2017
Menurut Anies, dirinya mendapat undangan menunaikan ibadah haji dari Raja Salman. Kanomas Travel ditunjuk Raja Salman mengatur perjalanan Anies selama di Tanah Suci. “Iya, memang mendapat undangan dari sana. Nanti di sana mereka yang mengatur,” ucapnya.
Anies bersama istri dan ibunya berangkat ke Mekkah menggunakan maskapai Saudi Arabia Airlines. Rencananya Anies akan berada di Mekkah hingga 5 atau 6 September 2017.
Selanjutnya Anies melanjutkan perjalanan ke Madinah. “Di sana sampai tanggal 11 (September 2017),” ujarnya.
Selama dua pekan meninggalkan Tanah Air, Anies menitipkan anak-anaknya ke para tetangga. “Saya titip ke tetangga juga. Kan mereka sudah seperti saudara saya sendiri. Nanti orang tua Ferry juga akan menginap di sini (rumah Anies),” tuturnya.
Anies mengaku tak khawatir meninggalkan anak-anaknya di rumah selama 15 hari. “Mereka biasa main sama tetangga. Insya Allah mereka relatif sudah biasa (ditinggal),” katanya.
Rumah Anies di Jalan Lebak Bulus Dalam II, Jakarta Selatan, Jumat pagi, 25 Agustus 2017 didatangi keluarga, teman-teman, serta tetangganya. Salah satu tamu yang datang adalah artis Neno Warisman.
Mereka berkumpul dan berdoa bersama melepas Anies dan keluarga untuk menunaikan rukun Islam kelima. Dalam pesan singkat yang dikirimkan kepada media, Anies memohon doa atas rencana keberangkatan ini.
“Sebuah perjalanan menuju Baitullah, menuju tanah di mana Ibrahim bersama Ismail membangun Kakbah. Pada semua, kami memohon maaf dan mohon diikhlaskan atas semua kesalahan dan kekhilafan kami sekeluarga dalam berinteraksi selama ini,” ujarnya.
Anies juga memohonkan doa, semoga diberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan keselamatan selama menjalankan ibadah hingga kembali ke Tanah Air, serta bisa menjadi haji mabrur.
Anies Baswedan bersama Sandiaga Uno akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017.
 
Sumber : Antara
 

Kemegahan Masjid Namirah di Arafah

Banyak jamaah merasa takjub menyaksikan megahnya Masjid Namirah. Masjid ini terletak di atas padang pasir di Kota Arafah, sekitar 22 kilometer arah timur Kota Makkah.
Dinamai Namirah atau Namrah, dinisbatkan kepada sebuah gunung yang berada di sebelah barat masjid.
Masjid Namirah pada mulanya adalah sebuah masjid kecil yang dinamai Masjid Arafah atau Masjid Ibrahim. Masjid ini pernah menjadi tempat shalat oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW.
Menurut hikayat setempat, masjid ini merupakan salah satu saksi pertama kali Rasulullah melaksanakan ibadah haji. Pada 9 Dzulhijah, ketika Rasulullah melaksanakan haji dalam perjalanannya dari Mina menuju Arafah, ia sempat menghentikan unta yang dibawanya.
Ketika itu, sekitar waktu Dhuha, Rasulullah berhenti di Wadi Uranah dan mendirikan tenda berwarna merah. Rasulullah sempat beristirahat di tenda merahnya hingga waktu Zhuhur tiba.
Dalam perjalanan waktu setelah Rasulullah, wadi tempat mendirikan tenda tersebut dibangunlah sebuah masjid, yang kemudian diberi nama Namirah.
Masjid itu kemudian dibangun mulai secara besar oleh salah seorang khalifah dari Dinasti Abbasiyah sekitar abad kedua Hijriyah.
Sejarah mencatat, perluasan masjid dilakukan secara terus-menerus. Pada masa Pemerintahan Raja Qatyinbay 873-901 Hijriyah, masjid ini diperluas dan terus direnovasi.
Pada tahun 2001 dari 12 proyek pembangunan yang menghabiskan biaya hingga 144 juta riyal, Masjid Namirah merupakan salah satu proyek yang mendapat kucuran dana terbesar.
Sampai saat ini, setiap 9 Dzulhijah, aktivitas Rasulullah yang melakukan shalat Zhuhur dijamak dengan Ashar, masih tetap dilakukan oleh para jamaah haji. Dan, baru selepas Maghrib, jamaah meninggalkan tempat tersebut untuk kemudian menuju Muzdalifah.
Masjid yang memiliki luas 110 ribu meter persegi dengan rincian panjang 340 meter dan lebar 240 meter ini ditopang enam buah menara besar.
Masing-masing menara memiliki ketinggian sekitar 60 meter. Selain itu, masjid ini memiliki tiga buah kubah besar. Setidaknya, akan ditemukan sekitar 10 pintu masuk utama dan 64 pintu pendamping.
Untuk bisa menampung jamaah dalam jumlah banyak, masjid ini menyediakan pula sekitar 1.000 kamar mandi dan 15 ribu tempat wudhu. Untuk menambah kenyamanan para jamaah yang beribadah, pengelola masjid memasang ratusan mesin penyejuk udara.
Masjid ini mampu menampung hingga 350 ribu orang. Ketika musim haji tiba, masjid ini bisa menampung lebih banyak lagi jamaah. Megahnya masjid ini, memang tidak lepas dari peran serta Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
 
Sumber : Ihram.co.id

Hari Raya, Ini Adab-Adabnya

HARI raya atau ‘id dalam Islam hanya ada 3, yaitu ‘Idul Fithri ,‘Idul Adha, kemudian yang ketiga adalah Hari Jum’at.
Dinamakan ‘Id, yang bermakna kembali atau berulang, karena memang hari raya tersebut senantiasa kembali dan berulang setiap tahunnya.
Seperti halnya sekarang, waktu terasa berjalan begitu cepat. Betapa tidak, rasanya kita akan merayakan hari raya Idul Adha, dengan prosesi Shalat sunah Idul Adha dilanjutkan penyembelihan hewan Qurban di depan masjid, kemudian dilanjut makan Sate ramai-ramai. Sekarang tinggal menghitung waktu menuju tanggal 10 Dzulhijjah 1438 H, prosesi atau ritual itu akan terulang kembali.
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan ketika kita memasuki hari raya, diantaranya adalah :
1. Mandi Sebelum Shalat ‘Id
Ibnul Qayyim dalam Za’dul Maad mengatakan, Nabi mandi pada dua hari raya, telah terdapat hadits shahih tentang itu, dan ada pula dua hadits dhaif.
Pertama, hadits Ibnu Abbas, dari riwayat Jabarah Mughallis, dan hadits Al Fakih bin Sa’ad, dari riwayat Yusuf bin Khalid As Samtiy. Tetapi telah shahih dari Ibnu Umar –yang memiliki sikap begitu keras mengikuti sunnah- bahwa beliau mandi pada hari raya sebelum keluar rumah.
2. Memakai Pakaian Terbaik dan Minyak Wangi
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami punya, dan berkurban dengan hewan yang paling mahal yang kami punya. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, hasan)
Nafi’ menceritakan tentang Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu saat hari raya: “Beliau shalat subuh berjamaah bersama imam, lalu dia pulang untuk mandi sebagaimana mandi janabah, lalu dia berpakaian yang terbaik, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang dia miliki, lalu dia keluar menuju lapangan tempat shalat lalu duduk sampai datangnya imam, lalu ketika imam datang dia shalat bersamanya, setelah itu dia menuju masjid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan shalat dua rakaat, lalu pulang ke rumahnya.”
3. Makan Dulu Sebelum Shalat ‘Idul Fitri, Sebaliknya Tidak Makan Dulu Sebelum Shalat Idul Adha
“Pada saat Idul Fitri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah berangkat untuk shalat sebelum makan beberapa kurma.”
Murajja bin Raja berkata, berkata kepadaku ‘Ubaidullah, katanya: berkata kepadaku Anas, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Beliau memakannya berjumlah ganjil.” (HR. Bukhari No. 953)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah, mengutip dari Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah, mengatakan, “Kami tidak ketahui adanya perselisihan pendapat tentang sunahnya mendahulukan makan pada hari ‘Idul Fithri.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah keluar pada hari Idul Fitri sampai dia makan dulu, dan janganlah makan ketika hari Idul Adha sampai dia shalat dulu.” (HR. At Tirmidzi No. 542, Ibnu Majah No. 1756, Ibnu Hibban No. 2812, Ahmad No. 22984, shahih)
4. Melaksanakan Shalat ‘Id di Lapangan
Shalat hari raya di lapangan adalah sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena Beliau tidak pernah shalat Id, kecuali di lapangan (mushalla).
Namun, jika ada halangan seperti hujan, lapangan yang berlumpur atau becek, tidak mengapa dilakukan di dalam masjid.
Dikecualikan bagi penduduk Mekkah, shalat ‘Id di Masjidil Haram adalah lebih utama.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata, “Shalat Id boleh dilakukan di dalam masjid, tetapi melakukannya di mushalla (lapangan) yang berada di luar adalah lebih utama, hal ini selama tidak ada ‘udzur seperti hujan dan semisalnya, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat dua hari raya di lapangan, tidak pernah Beliau shalat di masjidnya kecuali sekali karena adanya hujan.”
Dari Abu Hurairah, “Bahwasanya mereka ditimpa hujan pada hari raya, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat ‘Id bersama mereka di masjid. (HR. Abu Daud)
5. Dianjurkan Kaum Wanita dan Anak-anak Hadir di Lapangan
Mereka dianjurkan untuk keluar karena memang ini adalah hari raya mesti disambut dengan suka cita. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan: “Dianjurkan keluarnya anak-anak dan kaum wanita pada dua hari raya menuju lapangan, tanpa ada perbedaan, baik itu gadis, dewasa, pemudi, tua renta, dan juga wnaita haid.”
Ummu ‘Athiyah Radhiallahu ‘Anha berkata: “Kami diperintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan idul Adha.
“Ada pun wanita haid, mereka terpisah dari tempat shalat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab.” Beliau menjawab: “Hendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dan ini lafaznya Imam Muslim).

Pembangunan RS Indonesia di Rakhine tidak Terganggu Konflik

Medical Rescue Commite (MER-C) yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Myanmar berharap pihak-pihak yang sedang bentrok segera mengambil jalan diskusi agar tidak banyak jatuh korban.
Presidium MER-C, Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan, proses pembangunan RSI tidak terganggu dengan bentrokan yang terjadi pada Jumat (25/8).
Pembangunan RSI didukung semua pihak, termasuk Pemerintah Myanmar, umat Islam, Buddha dan masyarakat umum lainnya.
Rumah Sakit Indonesia akan dibangun di Desa Muaung Bwe, Negara Bagian Rakhine Myanmar dengan luas lahan mencapai lebih dari 7.000 meter persegi. RSI dibuat oleh MER-C, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan TNI.
“Sebelumnya kami telah membeli tanah seluas 4.000 meter persegi, kemudian ditambah 3.000 meter persegi oleh pemerintah setempat. Lokasi tersebut berada di perbatasan permukiman warga Buddha dan Muslim, sehingga mudah dijangkau oleh mereka,” tuturnya.
Pembangunan rumah sakit tersebut direncanakan menggunakan biaya sebesar Rp25 miliar. Saat ini, dana yang terkumpul baru sekitar Rp12 miliar.
“Kami mengundang rakyat Indonesia untuk ikut berpartisipasi. September 2017 direncanakan akan mulai pengerjaan konstruksi dan diharapkan rumah sakit selesai pada awal 2018,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, setelah berdirinya RSI diharapkan dapat menjadi peredam konflik di Myanmar. “Diharapkan dengan cepatnya berdirinya Rumah Sakit, mudah-mudah bisa menjadi simbol perdamaian dengan adanya Rumah Sakit Indonesia itu,” kata Sarbini kepada Republika, Ahad (27/8).
MER-C meyakini kekuatan dialog dapat menyelesaikan konflik, seperti di Aceh, bisa damai karena dialog. Terutama antara warga Rohingya, gerilyawan dan pemerintah Myanmar.
“Kalau dialog tidak dibangun, akan sulit saling pengertian, dialog inilah yang akan membuat saling pengertian antara semua elemen di Myanmar,” ujarnya.
Sarbini menerangkan, RSI yang sedang dibangun MER-C diperuntukkan untuk umum, artinya untuk semua komunitas agama. RSI ini akan menjadi simbol netralitas. Masyarakat Muslim dan non-Muslim akan berobat bersama-sama di RSI.
Masyarakat yang sedang berobat akan bertemu, saling sapa dan berbicara. Secara perlahan akan membuka pintu saling percaya antara semua komunitas di Myanmar.
“Jadi dengan ada Rumah Sakit ini maka masyarakat dan Pemerintah Myanmar bisa melihat di Indonesia harmonis antar umat beragama, buktinya RSI ini didirikan oleh komunitas Muslim dan Buddha,” jelasnya.
MER-C menginformasikan, pada Oktober mendatang akan dibuat rumah untuk dokter dan paramedis. Setelah itu baru akan dibangun bangunan Rumah Sakit. Ditargetkan pertengahan 2018 RSI bisa dioperasikan.
MER-C juga akan membangun sarana air bersih di sekitar RSI. Sebab, masyarakat di sana kesulitan mendapatkan air bersih. Dokter dan paramedis dari Myanmar akan dilatih di Indonesia.
 
Sumber : Republika/Antara