by Danu Wijaya danuw | Aug 20, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Ada seorang laki-laki, entah sudah berapa tahun ia mengaji, tapi mengerikan. Ia mencaci maki seorang ustadz, hanya karena berbeda manhaj.
Mengomentari status dengan kata-katanya yang kasar lagi buruk.
Saya liat profil picture laki-laki itu. Apa tulisannya?
“Kata-katamu adalah kualitas dirimu.”
Saya tersenyum sendiri. Lalu ingat sebuah pepatah : “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Meludah ke atas, jatuh menimpa muka sendiri”.
Mungkin terlalu banyak menggeluti ilmu sampai lupa mempelajari adab dan akhlak.
Imam Malik pernah menasehati murid-muridnya, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Mencaci maki itu tiada gunanya. Jika cacianmu benar, tiada menambah kemuliaanmu. Bila cacianmu salah, pastilah merendahkan kehormatanmu.
Para ulama dulu mempelajari adab lebih panjang dari mempelajari ilmu.
“Kami memperlajari adab 30 tahun,” kata Imam Ibnu Mubarak, “Lalu mempelajari ilmu 20 tahun.”
Mereka, orang-orang besar itu, menjadikan ilmu sebagai garam. Dan adab sebagai tepungnya.
Para ulama juga saling mengoreksi. Tapi tak ada yang paling mereka jaga kecuali kemuliaan akhlak. Seorang ulama pernah bersaksi mengenai Imam Asy Syafii.
“Ada dua keperihan berdebat dengan Imam Asy Syafii.
Pertama, kau akan dikalahkan, dengan kecerdasan pikirannya.
Kedua, kalaupun kau menang, kau akan dikalahkan oleh akhlaknya.”
Seberapa berat ilmu-mu?
Seberapa dalam sumur yang kau gali menampung mata air guru-gurumu? Beratnya ilmu akan membuatmu merunduk.
Dalamnya ilmu, akan membuatmu tenggelam dalam kerendahan hati.
Jika tidak: ringan dan dangkal keilmuanmu.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengutip perkataan sebagian ulama, “Diantara tanda tawadhu adalah seseorang meyakini bahwa setiap muslim lebih baik daripada dirinya.”
Lalu dimana kita?
Aina nahnu min akhlaqis salaf?
Ingat, daging ulama itu beracun. Kebenaran yang ingin kau sampaikan, tak menghalalkanmu untuk mencaci maki mereka.
Barakallahu fiikum..
Oleh : Ustadz Bakhabazy
by Danu Wijaya danuw | Aug 20, 2017 | Artikel, Dakwah
DALAM banyak riwayat, tersebutlah 4 raja dunia yang menguasai dunia ini. Riwayat dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu,
ملك الأرض أربعة: سليمان بن داود وذو القرنين ورجل من أهل حلوان ورجل آخر
Raja bumi ada 4 : Sulaiman bin Daud, Dzul Qarnain, Seseorang dari penduduk Halwan, dan satu orang lagi. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 4143 tanpa komentar dari ad-Dzahabi).
Riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),
ملك الأرض أربعة: مؤمنان وكافران؛ فالمؤمنان: ذو القرنين وسليمان، والكافران: نمرود وبختنصر، وسيملكها خامس من أهل بيتي
Raja bumi ada 4, dua mukmin dan dua kafir. Untuk dua raja mukmin, Dzulqarnain dan Sulaiman. Sedangkan 2 raja yang kafir: Namrudz dan Bukhtanshar. Dan bumi akan dikuasai seseorang dari ahli baitku. (Disebutkan Ibnul Jauzi dalam al-Muntadzam fi at-Tarikh)
Riwayat dari ulama Tabiin, Muhajid bin Jabr – murid senior Ibnu Abbas – mengatakan,
ملك الأرض مشرقها ومغربها أربعة نفر: مؤمنان وكافران، فالمؤمنان: سليمان بن داود وذو القرنين، والكافران: بختنصر ونمرود بن كنعان، لم يملكها غيرهم
Raja seluruh bumi, dari timur sampai barat ada 4 orang, dua mukmin dan dua kafir. Dua raja mukmin, Sulaiman bin Daud dan Dzulqarnain. Dua raja kafir, Bukhtanshar dan Namrud bin Kan’an. (Riwayat Thabari dalam tafsirnnya, 5/433).
Siapa raja-raja dunia itu?
Pertama, Sulaiman bin Daud alaihimas shalatu was salam
Beliau seorang nabi sekaligus raja di kalangan Bani Israil. Nama beliau disebutkan 17 kali dalam al-Quran.
Beliau disebut oleh Allah sebagai hamba terbaik dan rajin bersyukur,
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Aku berikan kepada Daud seorang putra, Sulaiman. Beliau sebaik-baik hamba dan dia sangat taat.” (QS. Shad: 30)
Mengenai kehebatan Sulaiman selain dari mukjizat yang beliau miliki, tidak terhitung. Anda bisa banyak mendapatkannya di al-Quran.
Kedua, Dzulqarnain
Kisah panjang tentang raja Dzulqarnain disebutkan oleh Allah di akhir surat al-Kahfi. Kekuasaannya mencapai ujung timur dan barat bumi ini.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا , إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآَتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya” Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” (QS. al-Kahfi: 83-84)
Beliau mengajak rakyatnya untuk masuk islam dan memerangi yang menolak islam.
Apakah Dzulqarnain seorang nabi?
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
وَقَدْ اُخْتُلِفَ فِي ذِي الْقَرْنَيْنِ فَقِيلَ كَانَ نَبِيًّا ، وَقِيلَ : كَانَ مَلَكًا مِنْ الْمَلَائِكَة ، وقيل لَمْ يَكُنْ نَبِيًّا وَلَا مَلَكًا , وَقِيلَ : كَانَ مِنْ الْمُلُوك . وَعَلَيْهِ الْأَكْثَر
Ada perbedaan tentang Dzulqarnain, ada yang mengatakan, beliau nabi, ada yang mengatakan, beliau seorang Malaikat. Dan ada yang mengatakan, bukan nabi dan bukan Malaikat. Dan ada yang mengatakan, beliau hanya seorang raja, dan ini pendapat mayoritas ulama. (Fathul Bari)
Ada hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang menyatakan,
مَا أَدْرِي أَتُبَّعٌ أَنَبِيّاً كانَ أَمْ لاَ ، وَمَا أَدْرِي ذَا الْقَرْنَيْنِ أَنَبِيّاً كانَ أَمْ لاَ
“Saya tidak tahu, apakah Tubba’ itu nabi atau bukan. Saya tidak tahu, apakah Dzulqarnain itu nabi atau bukan,” (HR. Hakim 104 dan Baihaqi 18050).
Ketiga, Namrud bin Kan’an
Namrud seorang raja kafir penguasa seluruh bumi dari ujung timur hingga ujung barat. Dia mengaku sebagai tuhan dan minta disembah. Pernah berdebat dengan Ibrahim tentang tuhan, dan dia kalah. Dialah yang diceritakan Allah dalam al-Qur’an,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan).
Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,”
Orang itu (Namrudz) berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”.
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Baqarah: 258)
Keempat, Bukhtanshar
Raja Bukhtanshar seorang penguasa kafir yang menjajah Bani Israil. Membunuh banyak kaum muslimin di kalangan bani Israil. Ulama Tabiin, Said bin Musayib mengatakan,
Bukhtanshar menyerang Syam, membakar baitul Maqdis, dan membunuh mereka. Kemudian dia datang ke Damaskus dan membunuh ribuan umat islam di kalangan Bani Israil. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/48).
Sumber: Konsultasi Syariah
by Danu Wijaya danuw | Aug 20, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Kementerian Agama akan kembali mengambil tindakan terhadap biro perjalanan umrah yang melakukan pelanggaran. Tindakan itu berupa pencabutan izin.
Sebelumnya, pada 1 Agustus 2017, Kemenag telah mencabut izin penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah PT First Anugerah Karya Wisata atau First Travel.
“Ada beberapa yang sedang kami telusuri, lalu kami akan menentukan sikap terhadap travel itu,” kata Lukman, di Komplek Parlemen, Jakarta, Jumat (18/8/2017).
Kementerian Agama tengah melakukan kajian terhadap pelanggaran-pelanggaran yang diduga dilakukan oleh biro perjalanan umrah tersebut.
“Selalu kami lakukan kajian. Kan sudah ada beberapa izin biro travel perjalanan yang dicabut. Kenapa First Travel ini besar? Ya karena korbannya sangat besar,” kata Lukman.
“Sebelumnya ada biro-biro travel umrah juga yang dicabut izinnya. Tapi tidak bergejolak di masyarakat karena korbannya itu tidak sebesar First Travel. First Travel ini kan besar sekali dan masif,” tambah dia.
Baca: Tolong Pak, Kalau Bisa Pertemukan Kami dengan Pemilik First Travel
Lukman mengatakan, pengawasan yang dilakukan Kementerian Agama hanya sebatas pada standar minimal pelayanan kepada jemaah yang harus dipenuhi biro perjalanan.
Standar minimal itu, misalnya, terkait hotel, katering, pesawat udara, dan sistem manasik umrah.
“Nah di situlah pemerintah melihat apakah standar minimal pelayanan itu diberikan atau tidak. Kalau tidak terpenuhi maka pemerintah akan memberikan sanksi,” kata Lukman.
Pemerintah, kata Lukman, tidak sampai pada audit penggunaan dana biro perjalanan umrah.
“Itu bukan lagi kewenangan Kemenag. Ibarat pemerintah daerah berikan izin untuk warteg. Kan Pemda yang berikan izin tidak sampai menelusuri dana yang diputar oleh si pemilik warteg itu untuk apa saja,” kata dia.
“Lalu kemudian kalau ada konsumen yang perutnya sakit lantaran mengonsumsi makanan yang disediakan warteg. Kalau itu juga bukan tanggung jawab Pemda yang memberikan izin,” ujar Lukman.
Moh. Nadlir/Kompas
by Danu Wijaya danuw | Aug 19, 2017 | Artikel, Dakwah
Menikah adalah ibadah. Ibadah tidaklah bisa dilakukan dengan sembarangan, harus seuai dengan syariah islamiah seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Oleh karenanya sangat dianjurkan bagi seorang Muslim yang hendak melaksanakan pernikahan, untuk mengenal dan menggali ilmu tentang tata cara pernikahan yang syar’i, adab-adab dan fadhilah-fadhilah nikah sebagai persiapan spiritual pra nikah.
Ukhti tentu ingin memiliki imam yang baik bukan?
Kuncinya adalah apabila seseorang telah berusaha memperbaiki diri, maka Allah SWT akan memasangkannya dengan pasangan yang baik pula.
Allah SWT berfirman:
“….Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” ( QS. an-Nur [24]: 26 )
Berikut adalah Persiapan Wajib Muslimah Sebelum Menikah:
1. Niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam melaksanakan pernikahan, karena segala amal ibadah bergantung pada niat yang tulus hanya kepada Allh SWT.
2. Lebih giat dan rajin membaca, menelaah dan memahami seluk beluk pernikahan mulai dari ta’aruf sampai pernikahan dan hidup berkeluarga yang sesuai dengan syari’at yang Allah tetapkan melalui sunnah Rasul-Nya.
3. Berusaha memperbaiki akhlak dengan banyak membaca buku tentang akhlak, serta berusaha mengamalkannya, karena Allah akan memberatkan timbangan seorang Mukmin yang berakhlak
Rasulullah saw bersabda:
أَثْقَلُ شَيْءٍ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ خُلُقٌ حَسَنٌ, إِنَّ اللهَ يَبْغَضُ اْلفَاحِشَ اْلمُتَفَحِّشَ الْبَذِيْءَ
“Sesuatu yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin adalah akhlak yang baik. Alloh murka kepada orang yang bertutur keji dan jorok”. (HR. al-Baihaqi )
4. Membiasakan diri mengamalkan hal-hal yang sunnah, agar terbiasa membina keluarga yang penuh dengan amalan-amalan sunnah seperti, bersiwak, berdzikir di waktu pagi dan petang, melaksanakan sholat-sholat sunnah seperti, tahajjud, rowatib, dan lain sebagainya.
5. Berusaha dan berantusias untuk menuntut ilmu, memiliki suatu metode ilmiah yang sesuai dengan kemampuan, meneladani para sahabat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Karena menuntut ilmu merupakan suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah di samping suatu keharusan yang di syari’atkan dan bukan pekerjaan sambilan. Karena hanya dengan ilmulah yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.
Allah swt berfirman :
“ Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” ( QS. az-Zumar [39]: 9 )
6. Berusaha melengkapi perpustakaan pribadi dengan buku-buku syar’i seperti, buku tafsir, hadits dan buku-buku lainnya, sebagai rujukan agar hidup dalam berkeluarga lebih terarah dengan syari’at Islam yang benar.
Demikianlah persiapan-persiapan yang perlu di lengkapi untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Selamat menempuh hidup baru bagi Akhwat yang segera melangkah ke dalam ibadah menikah.
Sumber : Ruang Muslimah
by Danu Wijaya danuw | Aug 18, 2017 | Artikel, Dakwah
MERDEKA merupakan suatu anugerah dari Allah kepada manusia. Kita sebagai bangsa Indonesia yang negeri telah sah merdeka dengan ditandai sebuah proklamasi kemerdekaan, adalah nikmat yang harus disyukuri.
Sebab tidak semua negara merasakan sebagaimana kita rasakan. Seperti Palestina. Negara yang masuk pada wilayah Syam itu telah lama menjadi bulan-bulanan Israel yang tak punya sifat manusiawi.
Berpuluh tahun tetesan darah tumpah demi memperebutkan tanah yang Allah berkahi itu. Negara-negara lainnya pun masih dalam keseteruan panjang.
Jika dipandang dari sisi rasa aman, kondisi mereka belum merdeka. Keamanan seakan dicabut pada hati para penghuninya. Tapi kalau dilihat dari sisi Islam, bisa jadi mereka adalah orang yang merdeka. Lalu seperti apa merdeka dalam pandang Islam?
Merdeka, seperti yang dikatakan oleh salah seorang Ulama, “Keberadaan manusia sebagai hamba Allah baik dari sudut penciptaan, perasaan maupun akhlaq.”
Maknanya bahwa seorang muslim hakekatnya tidak merdeka ketika belum berusaha melepas diri dari belenggu penghambaan kepada selain Allah.
Keberadaan diri sebagai makhluk yang ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan, tentu bakal menjadi asfalas safilin, menjadi orang yang hina-dina saat merasa nyaman dalam lingkaran penghambaan selain-Nya.
Mudah ditemukan orang yang telah biasa berharap banyak kepada manusia. Padahal bila berharap kepada makhluk tentu sering kecewa. Karena manusia memiliki kelemahan dan kekurangan.
Tak hanya itu saja. Seringkali manusia dalam suatu urusan, rasanya sulit untuk melibatkan Allah. Padahal Dialah yang Maha Berkehendak pada segala rencana manusia.
Hal seperti itu akhirnya dipandu pada sikap praduga belaka, nasib baik dan buruk seseorang. Bukan lagi diatas landasan keyakinan penuh kepada-Nya, bahwa apa yang telah terjadi pasti mengandung hikmah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, sebagai penyampai kabar gembira sekaligus peringatan, telah memutus rantai penghambaan kepada selain Allah ta’ala. Apa yang beliau dakwahkan merupakan estafet para nabi yang telah disampaikan kepada setiap umat.
Seruannya berbentuk ajakan agar menyembah Allah dan menjauhi thagut. Menetapkan Allah sebagai Rabb yang berhak diibadahi dan meniadakan segala sekutu bagi-Nya.
Hal ini pula sebagaimana yang disampaikan Rib’iy bin Amir, saat di utus Oleh khalifah Umar bin Khattab ke salah satu negara adidaya, Persia. Dengan gagahnya, utusan Khalifah ini berkata didepan panglima persia Rustum, “
ابتعثنا الله لنخرج الناس من عبادة العباد لعبادة الله وحده
“Kami (umat Islam) diutus Allah untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba untuk menghamba kepada Allah semata.”
Maka, suatu prestasi yang gemilang dengan melihat generasi terbaik. Suatu bibit yang tumbuh dibawah naungan wahyu ilahi, yaitu jaman Rasulullah dan para sahabat.
Generasi yang sampai disebut sebagai Khoirul Ummah, melihat semua manusia yang berdiri dalam penghambaan kepada manusia, berubah begitu kerdil dimata mereka.
Sebab hati mereka telah terpaut kepada Dzat yang tidak pernah berhenti mengawasi hambanya. Yang menjadikan hati hamba-Nya merdeka dari segala penghambaan kepada yang fana dan nista.
Mereka adalah generasi merdeka. Jiwa dan raga bebas dari segala bentuk kekangan yang membuat terpenjara pada sikap bergantung pada selain-nya.
Merekapun telah berhasil merdeka dari belitan nafsu yang tidak pernah berhenti menyerang. Mereka tundukkan sebagaimana penunggang kuda telah menguasai kudanya.
Jadi, kemerdekaan adalah suatu keniscayaan saat kita berusaha membuang seluruh penghambaan kepada manusia, dan termasuk penghambaan pada nafsu kita.
Mari, jadikan totalitas kemerdekaan dengan menjadi hamba yang hanya bergantung penuh kepada-Nya. Wallahu a’lam.
Oleh: Rohmat Saputra
Anggota Kelas Menulis Islampos