0878 8077 4762 [email protected]

Ghirah Umat Islam di Asmat Papua

Adzan Ashar mulai berkumandang di Distrik Agats, Kabupaten Asmat. Umat Islam, khususnya kaum pria mulai pergi ke Masjid An-Nur yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan Agats.
Ternyata di daerah yang berpenduduk mayoritas non muslim ini banyak juga yang melakukan shalat berjamaah di masjid. Bahkan, jamaahnya tampak jauh lebih banyak daripada jamaah yang shalat di masjid perkotaan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Kamis (8/2), saat itu umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Ashar setidaknya ada enam shaf (baris, red). Shalat jamaah pun berlangsung khusyu’. Jamaahnya terdiri orang tua maupun anak-anak. Ada juga jamaah perempuan yang shalat di area yang ditutupi dengan kain.
Setelah imam menutup salam, kemudian seorang ustadz muda tiba-tiba naik ke tangga mimbar. Ia langsung membacakan beberapa hadis nabi menggunakan pengeras suara. Salah satu hadis yang dibacakannya saat itu yaitu hadis nabi yang diriwayatkan Anas bin Malik .
“Barang siapa yang menjaga lidahnya Allah akan menutupi aibnya. Barang siapa menahan kemarahannya, Allah akan menahan azabnya pada hari kiamat,” kata ustadz Lukman (17 tahun).
Ustadz Lukman mengatakan, pengajian hadist itu memang dilaksanakan secara rutin setiap ba’da Ashar di Masjid An-Nur.
“Setiap Ashar memang begini, gantian membacakannya,” ujar ustadz muda yang pernah belajar di Pondok Pesantren Darussalam, Timika ini.
Usai shalat, jamaah langsung kembali melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Sementara, anak-anak kecil langsung belajar mengaji kepada para ustadzah. Ada 40 anak yang mengaji.
Di sela-sela kegiatan mengaji anak-anak itu, saya pun menemui salah satu ustadz atau pengurus Masjid An-Nur, Abdul Somad. Ustadz berjenggot ini juga merupakan Sekertaris MUI Kabupaten Asmat.
Ustadz Somad menjelaskan, ghirah umat Islam untuk mengikuti kegiatan keagamaan di masjid ini cukup besar, baik yang muda ataupun yang tua. Karena itu, pengurus Masjid An-Nur pun menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, seperti pengajian harian, bulanan dan juga pendidikan membaca Alquran untuk anak-anak.
“Pengajian wali santri dilaksanakan setiap bulan sekali. Pengajian dirosah setiap hari Ahad bagi ibu-ibu. Kemudian tiap malam ba’da maghrib bapak-bapak. Ba’da isya itu remaja dan pemuda. Alhamdulillah kegiatan ada terus,” kata Ustadz Somad.
Masjid An-Nur dibangun di atas tanah yang dihibahkan oleh umat Islam sekitar tahun 1972. Bangunan masjid ini rata-rata terbuat dari papan, termasuk lantainya, temboknya, dan pagarnya. Masjid Raya ini dibangun karena di daerah pelosok Papua ini juga terdapat banyak umat Islam.
Berdasarkan data tahun 2014, menurut dia, jumlah umat Islam di Kabupaten Asmat ada sekitar 8.000-an. Umat Islam di kabupaten ini terus meningkat.
Menurut dia, sejak adanya kasus kejadian luar biasa (KLB) Campak dan Gizi Buruk di Asmat pada awal tahun ini, umat Islam yang shalat di Masjid An Nur memang tambah banyak dibandingkan hari-hari biasa. Karena jamaahnya ditambah oleh para relawan yang rata-rata Muslim.
“Jamaah banyak karena ada kasus KLB. Biasanya cuma tiga sampai empat shaf. Kami juga sengaja menarik teman-teman remaja untuk meramaikan masjid,” kata Ustaz Somad.
Kerukunan umat beragama di Asmat juga cukup tinggi dan jika ada masalah, semua persoalan dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Apalagi, menurut Ustadz Somad di Kabupaten Asmad ini juga ada Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB), sehingga semua umat beragama menjadi bersaudara.
Hal ini juga dapat dilihat dari awal munculnya kasus KLB. Saat itu, pengurus Masjid An-Nur juga langsung bergerak untuk membantu saudaranya yang terkena campak dan gizi buruk. Bantuan tersebut dikumpulkan kepada pemerintah untuk menyalurkannya.
“Kami kumpulkan mewakili umat Islam di sini. Kedua kami juga membuat makanan siap saji yang diberikan kepada warga sebagai kepedulian kita. Kita tidak membeda-bedakan,” tegas Ustaz Somad.
Menurut Ustadz Somad, ghirah anak-anak itu juga sangat besar untuk belajar Alquran. Sayangnya, para ustadz yang bisa mengajar untuk menghafalkan Alquran tidak ada di Asmat.
Karena itu, Ustadz Somad pun menyambut baik mendengar kabar bahwa yayasan ustadz Yusuf Mansur, YPPA Darul Quran akan membangun pondok tahfidz di Distrik Agats.
“Pondok Tahfidz sangat dibutuhkan di sini, karena banyak yang tertarik. Cuma kami kan di sini kekurangan guru di bidang Alquran,” jelas Ustadz Somad.
Selain itu, ia juga berharap kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat untuk sering mengirimkan da’i ke Asmat, sehingga dapat meningkatkan ibadah umat Islam di Asmat.
“Kami sebenarnya pesannya cuma perlu banyak dai ke sini,” tutupnya
 
Sumber : Republika

Bolehkah Berdoa Memohon Kekayaan Seperti Nabi Sulaiman?

“Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang-pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad: 35)
Ayat di atas merupakan doa Nabi Sulaiman AS kepada Allah. Tentunya kita tahu bahwa Nabi Sulaiman adalah Nabi yang paling kaya di antara Nabi yang lainnya. Bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa kekayaan Nabi Sulaiman tidak pernah ada yang menandinginya hingga saat ini.
Kekayaan Nabi Sulaiman ini adalah jawaban dari doa-doa Nabi Sulaiman kepada Allah. Salah satu doanya adalah doa memohon kekayaan seperti yang tertera dalam al-Quran surat Shad ayat 35.
Lalu, bolehkan kita berdoa yang sama seperti halnya Nabi Sulaiman?
Adapaun makna dari doa Nabi Sulaiman sendiri adalah, “anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang-pun sesudahku,” di sana ada 2 pendapat ulama.
Pertama, beliau memohon kepada Allah agar tidak ada yang mampu menggulingkan kekuasaan beliau sampai beliau meninggal.
Kedua, beliau memohon kepada Allah agar beliau diberi kekuasaan yang tidak layak untuk dimiliki siapapun setelah beliau.
Al-Hafidz Ibnu Katsir lebih menguatkan pendapat kedua. Ibnu Katsir mengatakan, Yang benar, nabi Sulaiman memohon kepada Allah kerajaan yang tidak boleh dimiliki oleh manusia siapapun setelah beliau. (Tasir Ibnu Katsir, 7/70).
Karena itulah, siapapun manusia, dia tidak bisa memiliki kemampuan sebagaimana Sulaiman. Sehingga tidak ada manusia yang bisa menguasai jin atau binatang, kecuali atas mukjizat dari Allah, termasuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Beliau tidak mau melangkahi doa Sulaiman ini.
Suatu ketika, pada saat mengimami shalat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan gerakan yang berbeda di luar kebiasaannya. Pagi harinya, Beliau menceritakan,
“Ada jin ifrit menampakkan diri kepadaku tadi malam, untuk mengganggu shalatku. Kemudian Allah memberikan kemampuan kepadaku untuk memegangnya. Aku ingin untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid, sehingga pagi harinya kalian semua bisa melihatnya. Namun saya teringat doa saudaraku Sulaiman: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku.” Kemudian beliau melepaskan jin itu dalam keadaan terhina.” (HR. Bukhari 461 & Muslim 541).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau mengikat jin itu di tiang masjid. Karena jika hal itu beliau lakukan, berarti beliau telah menguasai jin. Sementara kemampuan bisa menguasai jin, merupakan keistimewaan Sulaiman. Karena teringat doa Sulaiman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melepaskan jin itu.
Ada beberapa doa nabi yang itu bagian dari mukjizat beliau. Sehingga hanya berlaku untuk beliau dan bukan untuk ditiru. Karena manusia selain mereka, tidak mungkin memiliki mukjizat.
Seperti doanya Nabi Isa ‘alaihis shalatuwassalam yang beliau memohon kepada Allah agar diturunkan hidangan dari langit. Allah mengisahkan doa Nabi Isa as dalam Al Qur’an,
Isa bin Maryam berdoa, “Ya Allah, turunkan untuk kami hidangan dari langit, yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau…” (QS. al-Maidah: 114).
Termasuk juga doa Nabi Musa ‘alaihis shalatu was salam, yang beliau memohon kepada Allah agar bisa melihat-Nya. Allah ceritakan dalam al-Quran,
Musa berdoa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.” (QS. al-A’raf: 143).
Atau doa Nabi Ibrahim, agar beliau diperlihatkan bagaimana cara Allah menghidupkan makhluk yang telah mati. Allah sebutkan doa ini dalam al-Quran,
“Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)…” (QS. al-Baqarah: 260).
Termasuk diantaranya adalah doa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Karena doa ini bagian dari mukjizat beliau, maka tidak berlaku untuk yang lain. Sehingga orang lain tidak boleh menjadikannya sebagai doa, baik tujuannya untuk mendapatkan kekuasaan atau memperlancar rizki atau tujuan lainnya. Allahu a’lam.
 
Referensi: KonsultasiSyariah

Ketika Sahabat Nabi, Sa'ad bin Abi Waqqash Menyebarkan Islam di China

Ketika Sahabat Nabi, Sa'ad bin Abi Waqqash Menyebarkan Islam di China

Awal mula interaksi dan penyebaran Islam di Cina berada di Kota Guangzhou. Kota ini disebut Khanfu oleh orang Arab. Kota Guangzhou menjadi pusat pengembangan Islam di China karena keberadaan pelabuhan laut internasionalnya.
Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M.
Disebutkan bahwa Islam masuk ke China melalui utusan Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M.
Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim China pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke China oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqash.
Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke China dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqash, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M.
Catatan tersebut menyebutkan bahwa Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabat lainnya datang ke China dari Abessinia atau yang sekarang dikenal dengan Ethiopia.
Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Dia kembali lagi ke China 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Al Qur’an.
Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Al Qur’an dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.
Pada kedatangannya kedua di tahun 650M, Saad bin Abi Waqqash kembali ke China dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou.
Kemudian ia berlayar ke Chang’an atau kini dikenal dengan nama Xi’an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan hangat oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683).
1427068721-0
Kaisar mengizinkan Saad bin Abi Waqqash dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou.
Oleh orang China, Islam disebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).
Saad bin Abi Waqqash kemudian menetap di Guangzhou dan dia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China.

masjid-huaisheng

Masjid Huasieng Didirikan Saad bin Abi Waqqash


Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan China dan usianya sudah melebihi 1.300 tahun. Masjid ini terus bertahan melewati berbagai momen sejarah China dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki dan direstorasi.
Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad SAW.
Dan alasan kaisar Cina mengizinkan pembangunan masjid ini adalah untuk menghormati Nabi Muhammad SAW. Dia berkata, “Kekhalifahan yang dimulai darinya (Rasulullah), dan hubungan yang kami miliki (dengan Muslim), aku ingin membangun masjid untuk menghormatinya.”
Dan di Masjid Huaisheng diriwayatkan bahwa ayah dari Sa’ad ibn Abi Waqqas, yaitu Abi Waqqas dikubur di sana. Subhanallah.
Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guangta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta.
Sebagian percaya bahwa Saad bin Abi Waqqash menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, China. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya.
saad-makam (1)

Makam Saad bin Abi Waqqash di Cina


GUangzhou#3

Bentuk ruang Makam Saad bin Abi Waqqash


IMG_1586_1492004609998

Tampak dalam ruang makam Saad bin Abi Waqqash


Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Saad meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat.
Meski tidak diketahui secara pasti dimana Saad bin Abi Waqqash meninggal dan dimakamkan dimana, namun dipastikan dia memiliki peran penting terhadap perkembangan Islam di China.
Jadi kita mengetahui dari Utsman r.a yang mengirim rombongannya, yaitu umat Muslim sudah mengunjungi Cina sejak awal. Mereka kesana untuk berdagang, dan orang-orang Cina juga ingin berdagang dengan Muslim. Umat muslim juga ingin berdagang dengan orang Cina.
Jadi terciptalah hubungan perdagangan, dan hal ini menjadi kuat. Dan kota yang dikunjungi Sa’ad adalah Kota Guangzhou.

Ketika Sahabat Nabi, Sa'ad bin Abi Waqqash Menyebarkan Islam di China

Turkistan Timur, Negeri Islam yang Hilang dan Perlu Merdeka

Banyak orang tak mengenal negeri Turkistan. Tetapi bagi umat Islam, tak kenal dengan salah satu negeri Islam yang kemasyhurannya hampir menyamai Andalusia, sangatlah aib.
Bukankah nama-nama ilmuwan kita berasal dari sana? Al-Bukhari, Al-Biruni, Al-Farabi, Abu Ali Ibnu Sina, dan sejumlah tokoh lainnya yang sampai kini merupakan tokoh-tokoh paling tak terlupakan umat Islam, berasal dari negeri tersebut.
Turkistan terletak di Asia Tengah dengan penduduk mayoritas keturunan Turki, merupakan salah satu benteng kebudayaan dan peradaban Islam.
Pada abad ke-16 sampai abad ke-18, bangsa Cina dan Rusia mulai mengerlingkan nafsu angkaranya ke Turkistan dan mulai berfikir tentang kemungkinan untuk melakukan ekspansi pencaplokan wilayah teritorial.
Cina mulai bergerak menaklukkan Turkistan Timur dan kemudian merubah namanya menjadi Xinjiang, sementara Turkistan Barat telah lebih dahulu dicaplok Rusia.
Atas aksi ekspansionis tersebut, Turkistan negeri Islam tersebut kini benar-benar telah raib (musnah) dari peta dunia. Penjajah Komunis Rusia dan Cina telah memecah-belahnya menjadi negara-negara boneka yang kini termasuk bagian dari Republik Sosialis Unisoviet dan Republik Rakyat Cina, dua komunis terbesar di dunia.
1. Turkistan Barat
Turkistan Barat telah lebih dahulu dicaplok Rusia. Dengan berbagai alasan politik, Soviet menghapuskan nama Turkistan dari peta dunia dan memancangkan nama Republik Soviet Uzbekistan, Republik Soviet Turkmenistan, Republik Soviet Tadzhikistan, Republik Soviet Kazakestan, dan Republik Soviet Kirgistan.
the-stans
Mereka akhirnya menjadi 5 negara kecil-kecil bernama Uzbekistan, Kazakstan, Turkmenistan, Kirzigistan dan Tazikistan.
Tidak itu saja, pada tahun 1928 Rusia membuat suatu tim untuk merubah Bahasa Turki dan Huruf Arab di 5 negara itu menjadi bahasa Latin dan kemudian diubah menjadi Bahasa Rusia.
Namun kelima negara yang berhasil merdeka itu masih bisa melakukan kegiatan keagamaan Islam dengan bebas dibanding Turkistan timur yang dikuasai Cina.
2. Turkistan Timur
GFX_CHINA-XINJIANG
Komunis Cina telah mengadakan penghancuran total di Turkistan Timur. Sering kita mendengar Cina melarang muslim xinjiang berpuasa, melarang shalat berjamaah terbuka, melarang kegiatan tabligh akbar, menangkap mahasiswa muslim yang kuliah di timur tengah dan sebagainya.
Agama Islam, umatnya, kebudayaan dan sejarahnya hendak dibumi-hanguskan dengan segala kekejaman yang kelewat batas. Cina sudah melanggar hak-hak beribadah agama muslim Turkistan timur.
Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan Cina yang kemudian diganti namanya menjadi Xin Jiang, yang artinya Negeri Baru.
Nama Turfan, juga adalah daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah Cina Utara.

Screenshot_2017-07-08-08-12-02_com.android.chrome_1499476636432_1499476646050

Deklarasi Turkistan Timur tahun 1933


Deklarasi Turkistan Timur (12 November 1933) di Kasghar. Diperkirakan dihadiri oleh 25,000 orang dan 12,000 diantaranya adalah angkatan bersenjata muslim.
Thifan Po Khan yang berarti kepalan tangan bangsawan Turkistan merupakan ilmu beladiri yang berasal dari perpaduan beragam aliran beladiri di dataran Saldsyuk sampai dataran Cina dari suku-suku tersebut.
Perlu kemerdekaan negara Turkistan Timur yaitu bagian Xinjiang, bila hak-hak keagamaan muslim cina utara dilanggar. Pemberian otonomi khusus wilayah Xinjiang dirasa tidak efektif.
Sebab Pemerintah Tiongkok berdasarkan laporan Amnesty Internasional Cina telah melakukan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang, di antaranya pelanggaran kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berpendapat, hambatan atas pendidikan, diskriminasi, serta hukuman mati terhadap tahanan politik.
Keberadaan sekolah Islam, masjid dan imam dikontrol secara ketat, dan para imam diharuskan “berdiri di sisi pemerintah dengan teguh dan menyampaikan pendapatnya dengan tidak samar-samar.”
Sejak 1995 hingga 1999, pemerintah telah meruntuhkan 70 tempat ibadah serta mencabut surat izin 44 imam.
Pemerintah juga secara resmi menerapkan larangan ibadah perorangan di tempat-tempat milik negara. Larangan ini juga mencakup larangan salat, puasa di bulan Ramadhan di kantor atau sekolah milik negara. Di bidang tenaga kerja bisnis dan pemerintahan, orang-orang Muslim sering dihambat dari jabatan yang tinggi.
 
Keterangan foto utama: Turkistan Timur yaitu Xinjiang Cina

Lelaki yang Bacaan Al Qur'an Terdengar di Syurga

Lelaki ini bernama Haritsah bin An Nu’man, dia adalah laki laki yang salamnya di jawab oleh malaikat Jibril ketika ia lewat di hadapan Nabi saw dan Jibril duduk disampingnya dalam rupa seorang laki laki .
Dia lah sahabat yang tilawah Al Qurannya terdengar di surga, karena ia begitu berbakti kepada orang tuanya .
Haritsah suka menyuapi ibunya dengan tangannya dan selalu melaksanakan perintah ibunya tanpa banyak tanya.
Ada dua orang dari sahabat nabi saw yang paling berbakti kepada ibunya , yaitu Usman bin Affan dan Haritsah bin Nu’man .
Ustman pernah berkata : Aku tidak kuasa memperhatikan wajah ibuku setelah aku masuk Islam .
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga, lalu aku mendengar suara seorang yang sedang membaca (al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demikianlah ganjaran dari berbakti, demikianlah ganjaran dari berbakti”
Beliau adalah orang yang paling berbakti terhadap ibunya. [HR. Ahmad dengan sanad yang shahih]
Subhanallah begitu agung pahala berbakti kepada ibu, hingga Allah swt meletakkan surga dibawah kakinya .
Begitu besar hak ibu, sampai Nabi saw menyebut 3 kali namanya dalam hal berbakti, baru kemudian ayah .
Jangan harap sukses hidupmu. Jika tidak memuliakan ibu. Alangkah ruginya seseorang yang mendapatkan orang tuanya sampai tua, namun ia tidak berhasil masuk surga.
 
Oleh : Ustad Faisal Kunhi