0878 8077 4762 [email protected]
Keutamaan dan Adab Rasulullah Ketika Menjenguk Orang Sakit

Keutamaan dan Adab Rasulullah Ketika Menjenguk Orang Sakit

Kunjungan kepada orang sakit termasuk salah satu hak seorang muslim dengan muslim lainnya. Hukumnya mustahab. Supaya setiap individu tidak hanya berpikir urusan pribadinya saja, tetapi juga memiliki kepedulian kepada orang lain.
⁠Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, dan terdapat keutamaan yang agung serta pahala yang sangat besar, dan merupakan salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya.
Untuk memotivasi umat supaya gemar melakukan kegiatan sosial ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَائِدُ الْمَرِيْضِ فِيْ مَخْرَفَةْ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجْعَ
“Orang yang menjenguk orang sakit akan berada di kebun-kebun surga sampai ia pulang.” [HR Muslim, no. 2568]
Dalam hadist lain Rasulullah saw bersabda
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras.
Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba.
Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
Kunjungan kepada orang sakit tidak terbatasi oleh sekat agama. Rasulullah Saw pernah menjenguk pamannya, Abu Thalib yang musyrik.
Saat berkunjung, Rasulullah Saw memotivasi dan menanamkan optimisme pada si sakit. Bahwa penyakit yang diderita bukan sebuah mimpi buruk. Ada rahasia Ilahi di baliknya.
Dengan demikian, si sakit akan merasa lebih tenang, tidak mengeluhkan takdir atau mencaci penyakit yang sedang dideritanya. Beliau Saw pernah menegur orang yang mencaci demam (alhumma) dengan sabdanya:
لَا تَسُبِّي الْحُمَّى
“Janganlah engkau cela demam itu….” [HR. Muslim, 2575]
Beliau Saw menyebut penyakit yang menimpa seorang muslim sebagai thahur (pembersih dosa) atau kaffarah (pelebur dosa).
Ucapan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengunjungi orang sakit:
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Tidak masalah, ia (penyakit ini) menjadi pembersih (dosa) insya Allah.” [HR al-Bukhari, 5656]
Beliau Saw membesarkan hati Ummu ‘Ala, bibi Hizam bin Hakim al-Anshari yang sedang sakit dengan berkata:
“Bergembiralah, wahai Ummu ‘Ala. Sesungguhnya Allah akan menggugurkan dosa-dosa orang yang sakit dengan penyakitnya, sebagaimana api menghilangkan kotoran-kotoran dari biji besi”. [Hadits hasan riwayat Abu Dawud, Shahih at-Targhib, 3438]
Dalam melakukan kunjungan kepada si sakit, Rasulullah Saw duduk berdekatan dengan arah kepala orang yang sakit. Atau meletakkan tangan di kening, wajah dan mengusap-usap dada dan perut si sakit. Beliau Saw menanyakan kondisinya.
Beliau Saw juga pernah menanyakan tentang apa yang diinginkan oleh orang sakit itu. Apabila menginginkan sesuatu yang tidak berbahaya, maka beliau Saw meminta seseorang untuk membawakannya. Dan sembari menempelkan tangan kanannya di tubuh orang yang sakit, beliau Saw melantunkan doa (di antaranya):
أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk menyembuhkanmu.” Dibaca tujuh kali. [Lihat Shahih Adabil-Mufrad, 416].
Kapan saja, seseorang dapat membesuk orang sakit. Akan tetapi, seyogyanya, pembesuk memilih waktu-waktu yang cocok untuk berkunjung, supaya tidak menjadi beban dan memberatkan orang yang sedang dikunjungi. Selain itu, kunjungan itu hendaklah singkat saja, kecuali jika dikehendaki oleh si sakit, atau jika memberikan maslahat baginya.
Inilah pemandangan yang begitu indah, ketika kaum mukminin memberi kegembiraan kepada seorang muslim untuk membuatnya tersenyum. Sekaligus sebagai bentuk kepedulian.
 
Disadur dari : majalah As-Sunnah, diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta

Beberapa Kesalahan dalam Berwudhu

Wudhu memiliki kedudukan yang penting dalam agama kita. Tidak sahnya wudhu seseorang dapat menyebabkan sholat yang ia kerjakan menjadi tidak sah, sedangkan sholat adalah salah satu rukun Islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Oleh karena itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk memperhatikan bagaimana dia berwudhu. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak diterima sholat yang dilakukan tanpa wudhu dan tidak diterima shodaqoh yang berasal dari harta yang didapat secara tidak halal.” (HR. Muslim)
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muslimin pada tata cara berwudhu diantaranya:
1. Tidak membaca “Bismillah”
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna wudhu’ sesorang yang tidak membaca basmallah.” (HR. Ahmad)
2. Hanya berkumur tanpa istinsyaq (memasukkan air ke hidung)
Padahal keduanya termasuk dalam membasuh wajah. Berkumur-kumur dangan beristinsyaq berdasarkan hadits Utsman bin Affan radhiyallohu ‘anhu tentang tata cara berwudhu. (HR. Bukhari, Muslim)
3. Tidak membasuh kedua tangan sampai siku.
Hal ini sering kita lihat pada orang yang berwudhu cepat bagaikan kilat sehingga tidak memperhatikan bahwa sikunya tidak terbasuh. Padahal Alloh Ta’ala berfirman, “Dan basuhlah kedua tanganmu hingga kedua siku.” (Al Maidah: 6)
5. Tidak memperhatikan kebagusan wudhunya, sehingga terkadang ada anggota wudhunya yang seharusnya terbasuh tetapi belum terkena air.
Rasulullah saw pernah melihat seorang yang sedang shalat sedangkan pada punggung telapak kakinya ada bagian seluas uang dirham yang belum terkena air, kemudian beliau memerintahkannya untuk mengulang wudhu dan sholatnya.
Tidak menyempurnakan wudhu’, seperti tumit tidak terkena air, kuku tidak terkena air, maka Rasulullah bersabda “ulangi lagi dan baguskan wudhu’mu”. (Hadits Riwayat Abu Daud).
6. Boros atau Berlebih lebihan dalam mengunakan air untuk Wudhu.
7. Mengobrol dan Berbicara ketika wudhu
8. Tidak membasuh sela sela jari tangan atau sela sela jari kaki saat berwudhu’.
9. Tidak membasuh semua permukaan muka dan meratakannya disaat berwudhu’.
10. Tidak membasuh jenggot dan kumis yang lebat.
11. Hanya mengusap rambut kepala bagian depan saja, hendaknya mengusap rambut kepala keseluruhan dengan sekali usap sambil membasuh telinga.
12. Membasuh berlebihan hingga lutut. Padahal cukup sampai mata kaki saja, dilebihkan sedikit.
13. Tidak melepas cincin, arloji ketika berwudhu sehingga tidak terkena air wudhu.
14. Mengenakan wewangian (parfum) beralkohol setelah berwudhu’, hendaknya memakai parfum tanpa alkohol.
15. Mengulangi wudhu tatkala pakaian terkena najis, hendaknya cukup dengan mencuci bagian yang terkena najis/ kencing (Fatwa Al lajnah ad Da’imah, 5/265)
16. Menyentuh kemaluan setelah wudhu. Sabda Rasulullah Shallallau alaihi wassalam, “Barangsiapa menyentuh kemaluannya,maka hendaklah wudhu’ (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidzi, An Nasa’I dan Ibnu Majah).
17. Tertidur setelah wudhu’, dalam hal ini dibolehkan tidur posisi duduk bersila tanpa senderan saat mendengar khotib jum’at. Karena perasaan dan kesadarannya hilang dan berpotensi buang angin.
18. Tidak bersiwak ketika hendak wudhu’, sunnahnya bersiwak ketika hendak wudhu’.
19. Berkeyakinan wudhu menjadi batal karena memotong kuku atau mencukur rambut. Fatwa Al lajnah ad Da’imah : jika seorang sudah berwudhu, lalu ia membasuh sebagian anggota wudhunya dengan sabun, atau mencukur rambut atau memotong kuku maka wudhu’nya tidak batal ( Fatwa Al lajnah ad Da’imah no.5/284)
20. Tayammun, padahal ada air didekatnya. Hendaknya ia berwudhu dengan air.
21. Tidak menghilangkan cat atau minyak di anggota-anggota wudhu, sehingga air tidak bisa membasahi kulit.
22. Memakai kutek (cat kuku) tanpa membersihkannya sebelum wudhu’.
23. Orang berkeyakinan tentang tidak boleh mendirikan dua shalat fardhu dengan satu wudhu’. Padahal wudhu bisa dipakai untuk dua kali shalat fardhu selama ia tidak batal.
24. Wudhu’ dan mandi menggunakan bejana dari emas atau perak.
25. Orang berkeyakinan berendam di air sudah termasuk wudhu. Sejatinya wudhu ada membasuh, mengusap, dan membersihkan kotoran tubuh.
26. Tidak menghindari percikan air kencing atau membersihkan percikan air kencing pada saat akan berwudhu’.
27. Mengulangi wudhu’ berkali-kali atau was-was dalam berwudhu’.
28. Mengulangi wudhu setelah makan minum. Padahal cukup berkumur dan bersiwak untuk membersihkan mulut saja.
29. Wudhu dibeberapa negara Timur tengah dan China dilakukan sambil duduk agar lebih khusyu
30. Menggunakan air suci mensucikan (air mutlaq) seperti air hujan, embun, salju, sungai, sumur, dan laut.
Demikianlah sedikit paparan mengenai sekelumit kesalahan dalam berwudhu yang banyak kita jumpai pada kaum Muslimin khususnya di negeri kita ini, semoga bermanfaat dan menjadikan kita lebih memperhatikannya lagi. Wallohu a’lam bish showab.
***
Disalin dan diringkas kembali dari buku Mukhalafah fith Thaharah, Penerbit Dar Islamiyah, 1414 H
 

Berobat dengan Sedekah

Al Aswad bin Yazid meriwayatkan dari Abdullah, ia berkata, “Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: ‘Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah, bentengilah harta kalian dengan zakat, dan siapkanlah doa untuk menghadapi musibah.“‘ (HR Baihaqi)
Hadits tersebut merupakan nash yang menyebutkan sedekah merupakan salah satu media pengobatan dan penyembuhan atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kata-kata tersebut diungkapkan oleh orang yang ma’shum yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu.
Ibnul Qayyim berkata, “Setiap dokter yang tidak mengobati pasiennya dengan memeriksa hati, kebaikan, kekuatan ruhani, dan tidak menguatkan itu semua dengan sedekah, berbuat kebaikan dan kebajikan serta kembali kepada Allah dan hari akhir, berarti ia bukan dokter sejati. Akan tetapi, seseorang yang baru belajar menjadi dokter.”
Sedekah bisa menghilangkan penyakit setelah terjangkit dan akan mencegahnya sebelum terjangkit. Ulama fikih dan dokter mengatakan bahwa tindakan pencegahan lebih mudah daripada pengobatan. Karena itu, mencegah sesuatu sebelum terjadi jauh lebih mudah daripada menghilangkannya setelah terjadi.
Pencegahan lebih berguna daripada pengobatan untuk menghilangkan penyakit. Atas dasar ini, obat yang mampu menghilangkan penyakit ialah obat yang dijadikan Allah mampu mencegah terjadinya penyakit itu. Sedekah bisa mencegah penyakit, sebagaimana juga bisa menghilangkan penyakit dengan izin Allah.
Dari titik tolak inilah seharusnya orang menaruh perhatian untuk suatu masalah penting, yakni seorang mukmin tidak bermualamah dengan Allah dalam bentuk coba-coba. Bila berhasil mendapatkan yang dikehendaki akan selalu dan konsisten melakukannya, sementara bila tidak berhasil akan melemah dan berhenti.
Orang mukmin haruslah bermuamalah dengan Rabbnya dengan keyakinan yang kuat, kepercayaan, dan tawakal yang benar, serta berbaik sangka kepada Allah.
 
Dari Hasan bin Ahmad Hamma, et.al. Buku Terapi dengan Ibadah

Kita Tahu Tapi Tidak Peduli

Kita mengetahui, Sholat secara berjamaah itu mendapat lebih 27 derajat dibanding Shalat bersendirian. Tetapi ruginya kita masih tidak mampu untuk berjamaah di Masjid atau Mushola.
Kita mengetahui, bahwa ucapan “Subhaanallaahi wa bihamdihi” sebanyak 100 kali dalam sehari akan menghapuskan dosa-dosa kita, walaupun dosa kita sebanyak buih di lautan. Akan tetapi sayang, berapa banyak hari kita yang berlalu tanpa kita mengucapkannya sedikitpun.
Kita mengetahui, bahwa pahala dua rakaat Dhuha setara dengan pahala 360 sedekah, akan tetapi sayang, hari berganti hari tanpa kita melakukan sholat Dhuha.
Kita mengetahui, bahwa orang yang berpuasa sunnah karena Allah satu hari saja, akan dijauhkan wajahnya dari api Neraka sejauh 70 musim atau 70 tahun perjalanan. Tetapi sayang, kita tidak mau menahan lapar.
Kita mengetahui, bahwa siapa yang menjenguk orang sakit akan diikuti oleh 70 ribu Malaikat yang memintakan ampun untuknya. Tetapi sayang, kita belum juga menjenguk satu orang sakit pun minggu ini.
Kita mengetahui, bahwa siapa yang membantu membangun Masjid karena Allah SWT walaupun hanya sebesar sarang burung, akan dibangunkan sebuah rumah di Surga. Tetapi sayang, kita tidak tergerak untuk membantu pembangunan Masjid walaupun hanya dengan beberapa puluh ribu atau seribu rupiah.
Kita mengetahui, bahwa siapa yang membantu ibu tunggal dan anak yatimnya, pahalanya seperti berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang berpuasa sepanjang hari tanpa berbuka, atau orang yang shalat sepanjang malam tanpa tidur. Tetapi sayang, sampai saat ini kita tidak berniat membantu seorang pun anak yatim.
Kita mengetahui, bahwa orang yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, baginya sepuluh kebaikan dan satu kebaikan akan di lipatgandakan sepuluh kali. Tetapi sayang, kita tidak pernah meluangkan waktu membaca Al-Qur’an dalam jadwal harian kita.
Kita mengetahui, bahwa Haji yang mabrur, tidak ada pahala baginya kecuali Surga, dan akan diampuni dosa-dosanya sehingga kembali suci seperti saat dilahirkan oleh ibunya. Tetapi sayang, kita tidak bersemangat untuk melaksanakan Haji, padahal kita mampu melaksanakannya.
Kita mengetahui, bahwa orang mukmin yang paling mulia adalah yang yang paling banyak shalat malam, dan bahwasanya Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah meremehkan sholat malam ditengah segala kesibukan dan jihad mereka. Tetapi sayang kita terlalu meremehkan sholat malam.
Kita mengetahui, bahwa hari Kiamat pasti terjadi, tanpa ada keraguan, dan pada hari itu Allah SWT akan membangkitkan semua yang ada di dalam kubur. Tetapi sayang, kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk hari itu.
Kita sering menyaksikan orang-orang yang kita kenal dan kita sayangi meninggal mendahului kita. Tetapi sayang, kita selalu hanyut dengan senda gurau dan permainan seakan kita mendapat jaminan hidup selamanya.
Astaghfirullah… Barokallaahu fiikum.

Gubernur

1) Ada zaman ketika Al Hajjaj ibn Yusuf yang ‘alim lagi faqih berkuasa & menindas di ‘Iraq hingga Hijjaz. Tapi nurani tak susah bersikap.
2) Al Hajjaj adalah “orang kuat”. Jabatannya Gubernur; tapi para Penguasa Bani ‘Umayyah tak berani mengambil tindakan apapun terhadapnya.
3) Ditulis Ibn Al Atsir dalam Al Kamil; jumlah yang dibunuhnya mencapai 120.000 orang; belum termasuk 80.000 yang mati di pemenjaraannya.
4) Semua karena pemaksaannya agar masyarakat tunduk pada kuasa Daulah ‘Umayyah; tak boleh ada tanya, masukan, nasehat, kritik, & oposisi.
5) Korban keganasannya yang paling masyhur: ‘Abdullah ibn Az Zubair Radhiyallahu ‘Anhuma; dalam kisah dimanjaniqnya Ka’bah hingga lantak.
6) Kali ini mohon izin bercerita tentang Sa’id ibn Jubair; si ‘alim murid kesayangan Ibn ‘Abbas yang menjadi penutup kejahatan Al Hajjaj.
7) Setelah beliau ditangkap, Al Hajjaj bertanya; “Siapa namamu?” Beliau menjawab; “Sa’id ibn Jubair (orang bahagia; putra orang jaya).”
8) “Tidak”, sergah Al Hajjaj, “Namamu Saqi ibn Kusair (orang celaka anak orang hancur)!” “Ibuku lebih tahu siapa namaku!”, timpal Sa’id.
9) Kemudian Al Hajjaj bertanya tentang Rasulullah & Khulafaur Rasyidin. Dia berharap Sa’id menjelekkan ‘Ali, tapi beliau muliakan semua.
10) Ditanya tentang siapa Khalifah Bani ‘Umayyah yang terbaik; jawabnya; “Yang paling diridhai Rabbnya!” “Siapa itu?”, kejar Al Hajjaj.
11) “Ilmu tentang itu di sisi Allah”; jawab Sa’id mengutip Quran. “Kalau tentang aku?”, tanya Al Hajjaj. “Kau lebih tahu tentang dirimu.”
12) “Aku ingin tahu pendapatmu!”, desak Al Hajjaj. “Itu akan menyedihkanmu & mengusir kegembiraanmu”, tukas Sa’id. “Katakan!”, geramnya.
13) “Kau telah menyelisihi Kitabullah. Kau lakukan hal yang kauharap berwibawa karenanya; tapi ia menghinakan & menjatuhkanmu ke neraka!”
14) “Demi Allah aku akan membunuhmu!”, kata Al Hajjaj. “Dengan itu kauhancurkan duniaku & kuhancurkan akhiratmu”, sahut Sa’id tersenyum.
15) “Dengan cara apa kau mau dibunuh?”, sergah Al Hajjaj. “Pilihlah untukmu; dengan cara yang sama kelak Allah membalasmu!”, jawab Sa’id.
16) “Apa kau mau kuampuni?”, tanya Al Hajjaj. “Sesungguhnya ampunan hanya dari Allah; kau tak punya & tak berhak atasnya!”, jawab Sa’id.
17) “Prajurit! Siapkan pedang & alas!”, perintah Al Hajjaj. Maka Sa’id mensenyumkan tawa. “Apa yang membuatmu tertawa?”, tanya Al Hajjaj.
18) “Aku takjub atas kelancanganmu kepada Allah & santun-lembutnya Allah padamu”, kata Sa’id. “Prajurit, penggal dia!”, teriak Al Hajjaj.
19) Sa’id menghadap kiblat & membaca {QS6:79}: “Kuhadapkan wajahku pada Yang Mencipta langit & bumi..” “Palingkan dia!”, ujar Al Hajjaj.
20) Sa’id pun lalu membaca {QS2:115}: “Ke manapun kamu menghadap; di sanalah wajah Allah.” “Telungkupkan dia ke tanah!”, gusar Al Hajjaj.
21) Maka Sa’id kemudian membaca {QS20:55}: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu..”
22) “Sembelih dia”, kata Al Hajjaj. “Sungguh tak ada orang yang lebih kuat hafalan Qurannya dari dia!” Maka Sa’id berdoa terakhir kali..
23) “Ya Allah; jangan kuasakan dia atas seorangpun sesudah diriku!” Lalu beliau dibunuh. Lima belas hari kemudian, Al Hajjaj mulai demam.
24) Sakit itu mengantarnya pada kematian. Dia terlelap sesaat lalu bangun berulang kali dalam ketakutan; “Sa’id ibn Jubair mencekikku!”
25) Punggawanya mengadu pada Hasan Al Bashri, memohonnya mendoakan sang majikan. Al Hasan berkata, “Sudah kukatakan padanya, jangan menzhalimi para ‘Ulama!”
26) Jelang sakaratul maut, doa-harapnya menakjubkan; “Ya Allah, orang-orang mengira Kau takkan mengampuniku. Sungguh buruk persangkaan mereka padaMu!”
27) Al Hajjaj mati bakda 40 hari; ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz & Hasan Al Bashri sujud syukur berulang kali. Kelak ‘Umar & beberapa ‘Alim lain bermimpi.
28) Bahwa Al Hajjaj dibunuh Allah sebanyak pembunuhan yang dia lakukan; kecuali atas Sa’id ibn Jubair; Allah membalasnya dengan 70 kali.
29) Benar; sungguh benar; “Hari keadilan bagi si zhalim; lebih berat daripada hari kezhaliman bagi mereka yang teraniaya.” Wallahu A’lam.
30) Islam adalah agama yang hendak menghapus kezhaliman; dari yang mengaku kafir maupun yang mendaku muslim. Tiap sikap; dicatat Allah & Sejarah.
31) Ya Allah; tunjuki kami yang haq itu haq; karuniai kami keteguhan Sa’id ibn Jubair, juga sikap ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz & Hasan Al Bashri.
32) Tunjukkan pada kami yang bathil itu bathil; seperti mereka lihat itu pada Al Hajjaj yang ‘alim tapi zhalim; juga pada sosok yang lebih tak samar lagi.
 
Dari twitter @salimafillah, 2013

Makna Kalimat Tauhid Mulia, La ilaha illallah

Kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” adalah sebuah ikatan yang kuat dan ia juga merupakan kalimat taqwa. Ia juga merupakan rukun agama dan cabang keimanan yang paling utama. Ia juga merupakan jalan kesuksesan meraih surga dan keselamatan dari api neraka.
Karena kalimat inilah, Allah menciptakan para makhluk dan menurunkan Al Qur’an serta mengutus para Rasul. Ia juga merupakan kalimat syahadat dan kunci dari pintu kebahagiaan. Ia juga merupakan landasan dan pondasi agama dan pokok semua urusan.
Firman Allah Ta’ala, “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Imran: 18)
Dalam hadist hasan riwayat Abu Dzar,
Abu Dzar berkata,”Wahai Rasulullah, apakah ’Laa ilaha illallah’ merupakan kebaikan?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Kalimat itu (laa ilaha illallah, pen) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 55)
Suatu saat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu alla ilaha illallah’. Lalu beliau mengatakan pada muadzin tadi, ”Engkau terbebas dari neraka.” (HR. Muslim no. 873)
Kalimat “Laa ilaaha illallah” adalah kalimat cinta. Ia wajib mencintai Allah, Rasul-Nya, agama Islam dan mencintai kaum Muslimin yang menegakkan perintah-perintah Allah dan menjaga batasan-batasannya. Dan membenci orang-orang yang bertentangan dengan kalimat “Laa ilaaha illallah” yaitu berupa kesyirikan atau kekufuran atau mereka mengerjakan hal yang mengurangi kesempurnaan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

وفضائل هذه الكلمة وحقائقها وموقعها من الدين فوق ما يصفه الواصفون ويعرفه العارفون وهي رأس الأمر كله

“Keutaman-keutamaan kalimat ini, hak-haknya, kedudukannya dalam agama itu melebihi dari apa yang bisa disifati oleh orang-orang dan melebihi yang diketahui oleh orang-orang, dan ia merupakan pangkal dari semua urusan”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam (hadits marfu’),
”Dzikir yang paling utama adalah bacaan ’laa ilaha illallah’.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 62)
Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah amal paling banyak ganjarannya : dicatat 100 kebaikan, dihapus 100 keburukan, menyamai pahala memerdekakan budak dan terlindung dari gangguan setan.
Sebagaimana terdapat dalam hadist shohihain (Bukhari-Muslim) dari Abu Hurairoh radhiyallahu ’anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda,

« مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ .

فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِىَ ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ ، إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ » .

”Barangsiapa mengucapkan ’Laa ilaha illallah, wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’
[tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu]
dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293 dan HR. Muslim no. 7018)
Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah Kunci 8 Pintu Surga, orang yang mengucapkannya bisa masuk lewat pintu mana saja yang dia sukai.
Dari ’Ubadah bin Shomit radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ

اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ

”Barangsiapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya,
maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)
Al Hasan pernah berkata kepada Al Farazdaq, ketika ia menguburkan istrinya:

ما أعددتَ لهذا اليوم ؟ قال : شهادة أن لا إله إلا الله منذ سبعين سنة، فقال الحسن : “نعم العدة لكن

“Apa yang engkau persiapkan untuk hari ini (hari kematianmu kelak)? Al Farazdaq berkata: Syahadat Laa ilaaha illallah sejak 70 tahun yang lalu. Lalu Al Hasan berkata: iya benar, itulah bekal.