by Danu Wijaya danuw | Nov 30, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Tawasul (meminta doa) kepada orang shalih termasuk yang dibolehkan. Kita tak pernah tahu siapa yang lebih mustajab doanya.
Banyak sekali contoh dalam sunnah antara lain ketika musim paceklik di zaman Umar. Saat itu banyak kaum muslimin meminta doa Abbas, sebagaimana dulu mereka meminta doa kepada Rasulullah saw.
“Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepada-mu kami bertawassul dengan Nabi-Mu, Engkau pun menuruhkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami bedoa kepada-Mu dengan bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” (HR. Bukhari)
Bahkan Rasulullah saw pernah meminta doa kepada Umar bin Khattab saat berangkat Umrah. “La tansanaa fii du’aaika ya ukhayya (Jangan lupakan kami dalam doamu wahai saudaraku tercinta).” Maka umar berbahagia mendengar pesan Rasul tersebut.
Jika Nabi yang lebih shalih daripada Umar pun minta didoakan olehnya, bagaimana dengan kita. Jadi sungguh indah saling meminta didoakan. Dan lebih indah lagi saling mendoakan dalam ketidak salingtahuan hingga diijabah.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Danu Wijaya danuw | Nov 29, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Imam Syafi’i menasihatkan, “Selama manusia masih hidup diantara sesamanya. Maka kebahagiaan terkadang pergi dan ada kalanya tiba.
Orang terbaik lebih suka bersembunyi dibalik tabirnya. Tetapi dia tak pernah alpa memerhatikan kebutuhan manusia.
Jangkauan tangannya melampaui siap yang dikenalnya. Disyukurinya segala hal, maka Allah buka pintu bakti untuknya.
Begitulah manusia, sebagian telah mati. Tetapi kebaikannya tak terhenti. Sebagiannya masih sentosa, tapi hadirnya tak terasa.”
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Danu Wijaya danuw | Nov 28, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Kata ulama, sabar ada di tiga hal yaitu sabar dalam menaati perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan sabar ketika menerima musibah.
Sabar dalam taat sebab terkadang ibadah terasa berat, keshalihan terasa menyesakkan ditengah kesibukan. Sabar dalam jauhi maksiat sebab ia terlihat asyik, kedurhakaan cantik/tampan untuk dekati zina. Tetapi syukurlah, iman itu rasa malu pada-Nya. Sabar dalam menghadapi musibah sebab ia niscaya iman didada, syukurlah dosa gugur dan setelah kesulitan ada kemudahan.
“Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Q.S. Az Zumar : 10
Iman menuntun peka hati dalam memilih bentuk sabar sekaligus syukur atas segala wujud ujian cinta dari-Nya. Takwa bawa sabar kita yang mengundang syukur, jalan keluar dari masalah dan rezeki yang tak terduga.
Tiap nikmat yang disyukuri jua berpeluang mengundang musibah yang harus disabari, seperti tampannya Yusuf dan cinta Ya’qub padanya. Lihatlah Ayyub bersyukur atas segala sakit dan musibah dirinya, sebab Allah menggugurkan dosa dan membuat mengingatNya. Lihatlah Sulaiman bersabar atas tahta kemaharajaan atas jin, hewan, dan manusia agar tak tergelincir seperti Fir’aun.
Maka sabar dan syukur adalah wahana yang membawa hamba merasakan iman dalam dada. Tak henti untuk sabar dan syukur sebab ia menghubungkan kita dengan-Nya hingga hidup terasa surga sebelum surga.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Danu Wijaya danuw | Nov 28, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Jangan Marah! Sebab kemarahan mempertunjukkan semua kejelekan lahir batin yang ada dalam dirimu.
Jangan dengki! Sebab hasad itu menyengsarakan kita saat orang lain bahagia, dan mengajak ke neraka saat orang lain berduka.
Jangan bergunjing! Sebab gunjingan memakan pahala seperti api hanguskan kayu, menghimpun dosa seperti magnet menarik besi.
Jangan mendendam! Sebab itu bagai menenggak racun ke kerongkongan sendiri, lalu berharap orang lain yang mati. Maafkanlah!
Jangan merendahkan! Sebab hinaan menjatuhkan yang mencela, menaikkan derajat yang dijelekkan dan melalaikan dari perbaikan.
Jangan menunda! Amal yang tak dikerjakan hari ini takkan tertampung oleh esok hari yang memiliki hak ibadahnya sendiri.
Jangan menghakimi! Sebab itu merumitkan urusan saat kita jadi terdakwa di akhirat. Sebab tugas kita menyeru kebaikan saja.
Jangan berdusta! Sebab dusta adalah candu menyakitkan dan parahnya ia membuka semua pintu keburukan yang lebih besar.
Jangan takjubi amal diri! Bahkan dosa yang membawakan taubay jauh lebih baik daripada ibadah yang melahirkan kesombongan.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Danu Wijaya danuw | Nov 27, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Romantis adalah ketika Nabi saw dan Aisyah menonton tarian Habasyah berdua, angkat istri dalam pelukan, pipi menempel pipi.
Romantis adalah ketika Ali yang dimarahi Fatimah, terkunci tak bisa masuk kerumah saat pulang. Lalu tidur diserambi masjid berlumur debu.
Romantis adalah saat suami bangunkan istri, istri bangunkan suami. Saling cipratkan air wudhu lalu mencium dengan senyum. Yuk, shalat tahajud.
Romantis adalah ketika semua bertakbir mendengar surah An Nashr, namun Abu Bakar menangis takut kehilangan sang Nabi usai tugasnya.
Romantis adalah ketika Ibrahim alaihissalam bergembira atas kelahiran anaknya yang dinantikan puluhan tahun. Lalu Tuhan berseru, “Tinggalkan ia dan ibunya dipadang sahara.”
Romantis adalah ketika saat Ibrahim tak mampu jawab istrinya, mengapa mereka ditinggalkan. Lalu sang istri berkata, “Jika ini adalah perintah Allah, maka sungguh Ia takkan menyia-nyiakam kami.”
Romantis adalah saat harta, tahta, dan isi kerajaan Persia dihamparkan dihadapannya, Umar bin Khattab menangis, “Jika ini baik, mengapa tak terjadi dimasa Nabi dan Abu Bakr?”
Romantis adalah ketika Ustman bin Affan dikabarkan masuk surga, disertai bencana dan tumpah darahnya. Lalu dia berkata, “Alhamdulillah, tsumma tawakaltu.”
Romantis adalah saat satu persatu harta Nabi Ayyub ‘alayhissalam binasa, anak-anaknya mati, dan dirinya dilanda sakit yang merontokkan badan. Doa Ayyub, “Sisakan hatiku untuk mengingatMu.”
Romantis adalah saat Musa ‘alayhissalam memberi minum kambing-kambing dua gadis penggembala, lalu salah satunya menyebutmu pada ayahnya sebagai orang yang kuat dan terpercaya.
Romantis adalah saat Nabi Zakaria ‘alayhissalam menunggu karunia keturunan hingga uban, keriput dan uzur serta istrinya mandul. Akan tetapi dia hamil dengan kehendak-Nya.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Danu Wijaya danuw | Nov 26, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Shalat tahiyatul masjid adalah shalat penghormatan kepada masjid. Sebab masjid adalah tempat untuk beribadah kepada Allah. Hukum shalat sunnah tahiyatul masjid adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Bahkan pada waktu khutbah jum’at shalat tersebut masih bisa dikerjakan.
Shalat sunnah tahiyatul masjid di kerjakan pada setiap waktu ketika seseorang masuk masjid dan ingin duduk di dalamnya.
Cara mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid sama seperti mengerjakan shalat sunnah lainnya dengan 2 rakaat, hanya niatnya yang berbeda.
Niat shalat sunnah tahiyatul masjid, “Saya niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat karena allah ta’ala.”
Dari Abu Qatadah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum duduk. ” ( H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir bin Abdullah ra, dia berkata bahwa Sulaik Al Ghatafani datang pada hari jumat. Sementara Rasulullah SAW sedang berkhutbah, dia pun langsung duduk.
Maka Rasul berkata, ” Wahai Sulaik, bangun dan shalat sunnah 2 rakaat kerjakanlah dengan ringan.”
Kemudian beliau bersabda.
“Jika salah seorang dari kalian datang pada hari jumat imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia shalat dua rakaat dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan.” (HR Muslim )
Hikmah shalat tahiyatul masjid menurut Imam An Nawawi, bahwa sebagian yang lain mengibaratkannya dengan memberi salam kepada pemilik masjid. Karena maksud dilakukannya shalat tahiyatul masjid adalah mendekatkan diri kepada Allah bukan kepada masjid. Sebab seseorang yang masuk ke rumah orang lain yang diberi salam adalah pemilik bukan rumahnya.