0878 8077 4762 [email protected]

6 Nasihat Penuh Makna Imam Ghazali

IMAM Al-Ghazali pernah memberi nasihat kepada murid–muridnya tentang apa yang paling dekat, paling jauh, paling berat, paling besar, paling ringan, dan paling tajam.
Jika kita renungkan, nasihat tersebut adalah nasihat yang sangat sarat akan penuh makna.
Jika seorang muslim menyadari apa yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali, Insya Allah ia akan menjadi muslim yang baik di dunia dan akhirat.
Berikut Nasihat Penuh Makna Imam Al-Ghazali :
Pertama, Yang Paling Dekat ialah Mati
Imam Al-Ghazali pernah bertanya kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan ini?
Diantara murid – murid beliau ada yang menjawab orang tua, guru, teman,dan kerabatnya.
Imam Al-Ghazali kemudian menjelaskan bahwa yang paling dekat dengan adalah “Mati”, karena mati itu Janji Allah yang pasti akan menimpa semua insan bernyawa.
Kedua, Yang Paling Jauh adalah Masa Lalu
Imam Al-Ghazali pernah bertanya kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling jauh dari kita?
Diantara murid – murid beliau ada yang menjawab Palestina, Fissin (China) dan Bulan.
Imam Al-Ghazali menjelaskan yang paling jauh adalah masa lalu, karena bagaimanapun caranya kita tidak bisa kembali ke masa lalu.
Karena itu jangan membanggakan kebaikan di masa lalu. Teruslah meningkatkan kebaikan untuk hari ini dan esok hari.
Ketiga, Yang Paling Besar adalah Nafsu
Imam Al-Ghazali pernah bertanya lagi kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling besar?
Diantara murid – murid beliau ada yang menjawab Gajah, Pohon besar, Matahari.
Imam Al Ghazali mengatakan masalah paling besar yang harus kita hadapi ialah Nafsu.
Acapkali Nafsu menjerumuskan manusia ke jurang nista hingga kehidupannya di dunia hancur, dan azab menunggu setelah kematian.
Keempat, Yang Paling Berat adalah Menanggung Amanah
Imam Al-Ghazali pernah bertanya lagi kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling berat?
Diantara murid – murid beliau ada yang menjawab Batu besar, Unta, Beban hidup.
Imam Al Ghazali menjelaskan yang paling berat adalah amanah.
Tumbuh – tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mau menerima ketika Allah Swt. meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) didunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah Swt., sehingga menyebabkan manusia banyak masuk neraka, karena tidak sanggup menanggung Amanah.
Kelima, Yang Paling Ringan ialah Meninggalkan Shalat
Imam Al-Ghazali pernah bertanya lagi kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling ringan?
Diantara murid – murid beliau ada yang menjawab Kapas, Pasir, Semut
Imam Al Ghazali mengatakan yang paling ringan adalah meninggalkan shalat.
Hanya karena kesibukan kecil, manusia rela meninggalkan shalat. Padahal shalat adalah tiang agama.
Jika manusia hanya hidup untuk mencari makan dan kesenangan, maka tidak ada bedanya manusia dengan binatang
Keenam, Yang Paling Tajam ialah Lidah
Imam Al-Ghazali pernah bertanya lagi kepada murid-murid beliau tentang apa yang paling tajam?
Diantara murid – murid beliau ada yang menjawab Pisau, Belati, Pedang.
Imam Al Ghazali mengatakan yang paling tajam adalah Lidah.
Dengan Lidah manusia menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya.
Kita sering mendengar pepatah bijak mengenai bahaya lidah, yaitu: “Kalau pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, tapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak di cari”
Semoga bermanfaat.

Belajar Mengambil Ilmu dari Ulama Lain

Salah seorang dosen Syari’ah di kuwait melakukan sebuah “percobaan” kepada para mahasiswanya dengan mengubah sejumlah nama ulama terhadap beberapa fatwa.

  • Fatwa Syaikh Bin Baz (Arab), beliau ganti dengan Syaikh Al-Bouthiy (Suriah)
  • Fatwa Syaikh Utsaimin (Arab), beliau ganti dengan Syaikh Asy-Sya’rawiy (Mesir)
  • Fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan An-Najdiy (Arab), beliau ganti dengan Syaikh Al-Ghumari (Maroko) , dll.

Kebanyakan para mahasiswa memilih fatwa Syaikh Bin Baz, Syaikh Al-Utsaimin, dan Syaikh Shalih Al-Fauzan.
Tatkala mereka ditanya alasan mereka memilih fatwa Syaikh Bin Baz, Syaikh ‘Utsaimin, dan Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan?
Mereka menjawab: sebab para ulama tersebut diatas Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak sebagaimana fatwa Syaikh Al-Bouthiy, Syaikh Asy-Sya’rawiy, dan Syaikh Al-Gumari.
Kemudian mereka (para mahasiswa ini) di buat tercengang oleh sang Dosen.
Karena fatwa-fatwa yang mereka pilih tadi yang mereka anggap fatwa Syaikh Bin Baz, Syaikh Utsaimin, dan Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan (dengan alasan bahwa fatwa-fatwa itu berdiri di atas Al-Quran dan As-Sunnah) ternyata sebenarnya adalah fatwa Syaikh Al-Bouthiy, Syaikh As-Sya’rawi, dan Syaikh Al-Ghumari.
Kemudian sang dosen menjelaskan pada segenap mahasiswanya dengan penjelasan yang logis dan menyentuh hati bahwa mereka.
Ternyata umumnya kita hanya mengikuti kebenaran berdasarkan nama-nama tokoh semata, bukan berdasarkan dalil dan kedekatan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Demikianlah fakta diantara fakta-fakta yang terjadi di tengah ummat masa kini.
Mudah-mudahan Allah memberi kita hidayah kepada jalan yang lurus.
 
Dosen tersebut bernama:
Syaikh Dr. Yasir ‘Ujail An-Nasymi.

4 Buah Keutamaan Bulan Dzulhijjah yang Tidak Diketahui Masyarakat

Lain halnya bulan Ramadhan, masyarakat kita belum banyak yang menyadari bahwa Dzulhijjah termasuk bulan yang istimewa. Padahal banyak dalil yang menunjukkan bahwa di bulan Dzulhijjah, amal soleh dilipat gandakan. Sebagaimana pahala yang dijanjikan ketika ramadhan.
1. Bulan Ramadhan dan Dzulhijjah sebagai Bulan Pahala Amal
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ: رَمَضَانُ، وَذُو الحَجَّةِ
”Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan bulan Dzulhijjah dengan Ramadhan. Sebagai motivasi beliau menyebutkan bahwa pahala amal di dua bulan ini tidak berkurang.
2. Disebut sebagai Malam Sepuluh dalam Q.S. Al Fajr
Rentang waktu yang paling mulia ketika Dzulhijjah adalah 10 hari pertama. Di surat al-Fajr, Allah berfirman:
وَ الْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh. (QS. Al Fajr: 1 – 2)
Ibnu Rajab menjelaskan, maksud malam yang sepuluh itu adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Inilah tafsir yang benar dan tafsir yang dipilih mayoritas ahli tafsir dari kalangan sahabat dan ulama setelahnya. Dan tafsir inilah yang sesuai dengan riwayat dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma…” (Lathaiful Ma’arif, hal. 469)
Allah bersumpah dengan menyebut sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Yang ini menunjukkan keutamaan sepuluh hari tersebut. Karena semua makhluk yang Allah jadikan sebagai sumpah, adalah makhluk istimewa, yang menjadi bukti kebesaran dan keagungan Allah.
Karena itulah, amalan yang dilakukan selama 10 hari pertama Dzulhijjah menjadi amal yang sangat dicintai Allah. Melebihi amal soleh yang dilakukan di luar batas waktu itu.
3. Amal Shalih Sepuluh Hari Dzulhijjah bagai Keutamaan Jihad
Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (Dzulhijjah).”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali.” (HR. Ahmad 1968, Bukhari 969, dan Turmudzi 757).
4. Amal yang Lebih Suci disisi Allah
Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya dari pada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari al-Adha.” (HR. Ad-Daruquthni, dan dihasankan oleh al-Albani)
Al-Hafidz Ibn Rajab mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa beramal pada sepuluh hari bulan Dzulhijjah lebih dicintai di sisi Allah dari pada beramal pada hari-hari yang lain, tanpa pengecualian. Sementara jika suatu amal itu lebih dicintai Allah, artinya amal itu lebih utama di sisiNya. (Lathaiful Ma’arif, hal. 456).
Diceritakan oleh Al Mundziri dalam At Targhib wa At Tarhib (2/150) bahwa Sa’id bin Jubair (Murid senior Ibn Abbas), ketika memasuki tanggal satu Dzulhijjah, beliau sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah, sampai hampir tidak mampu melakukannya.
Saatnya Membangun Kesadaran Masyarakat
Memahami hal ini, saatnya kita menyadarkan masyarakat. Kita ajak mereka untuk bersama-sama menyemarakkan 10 hari pertama Dzulhijjah dengan berbagai amal soleh dan ibadah.
Sebagaimana ketika mereka menyemarakkan bulan ramadhan. Jadikan kesempatan 10 hari pertama sebagai ladang untuk mendulang jutaan pahala.
Lebih dari itu, ada beberapa amal soleh yang dianjurkan untuk dikerjakan selama 10 hari pertama Dzulhijjah, diantaranya:

  1. Memperbanyak puasa sunah selama 9 hari pertama, puasa Tarwiyah dan puasa Arafah
  2. Memperbanyak takbiran dan dzikir
  3. Banyak melakukan amal soleh dalam bentuk apapun

 
Disadur : Konsultasi Syariah

Ini Tata Cara Shalat Istikharah yang Jarang Diketahui

DALAM satu waktu, terkadang kita mengalami beragam masalah yang memiliki tingkat kepentingan yang sama. Kita bingung untuk memilih dan memilah yang mana, sebab di antara pilihan tersebut dirasa sama urgensinya.
Lalu kita berupaya menemukan jalan keluar dengan bermunajat kepada Allah, hendak melakukan shalat istikharah. Namun bingung bagaimana cara menunaikannya. Berikut penjelasannya.
Pengertian
Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang hendak memohon petunjuk kepada Allah, untuk menentukan keputusan yang benar ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan keputusan.
Sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah melakukan istikharah (menentukan pilihan) dengan azlam (undian). Setelah Islam datang, Allah melarang cara semacam ini dan diganti dengan shalat istikharah.
Dalil disyariatkannya shalat istikharah.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa (doa istikharah).

Doa Istikharah.
Teks doa istikharah dari hadist
“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub.
Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi.
Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”
Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).
Ketika shalat istikharah baca apa?
Tidak terdapat dalil yang menunjukkan adanya bacaan surat atau ayat khusus ketika shalat istikharah.
Jadi, orang yang melakukan shalat istikharah bisa membaca surat atau ayat apapun, yang dia hafal.
Syaikh Al-Allamah Zainuddin Al-Iraqi mengatakan, “Aku tidak menemukan satu pun dalil dari berbagai hadis istikharah yang menganjurkan bacaan surat tertentu ketika istikharah.”
Sehingga tidak ada bacaan surat khusus ketika shalat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.
Yang harus dilakukan selepas shalat istikharah?
Para ulama menjelaskan bahwa setelah istikharah hendaknya seseorang melakukan apa yang sesuai keinginan hatinya. Imam An-Nawawi mengatakan,
إذا استخار مضى لما شرح له صدره
“Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.”
Apapun hasil akhir setelah istikharah, itulah yang terbaik bagi kita. Meskipun bisa jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya.
Karena itu, kita harus berusaha ridha dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam doa di atas, dengan menyatakan,  ثُمَّ أَرْضِنِى  (kemudian jadikanlah aku ridha dengannya), maksudnya adalah ridha dengan pilihan-Mu ya Allah, meskipun tidak sesuai keinginanku.
Wallahu a’lam.
 
Disadur : Konsultasi Syariah

4 Raja Dunia

DALAM banyak riwayat, tersebutlah 4 raja dunia yang menguasai dunia ini. Riwayat dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu,

ملك الأرض أربعة: سليمان بن داود وذو القرنين ورجل من أهل حلوان ورجل آخر

Raja bumi ada 4 : Sulaiman bin Daud, Dzul Qarnain, Seseorang dari penduduk Halwan, dan satu orang lagi. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 4143 tanpa komentar dari ad-Dzahabi).
Riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),

ملك الأرض أربعة: مؤمنان وكافران؛ فالمؤمنان: ذو القرنين وسليمان، والكافران: نمرود وبختنصر، وسيملكها خامس من أهل بيتي

Raja bumi ada 4, dua mukmin dan dua kafir. Untuk dua raja mukmin, Dzulqarnain dan Sulaiman. Sedangkan 2 raja yang kafir: Namrudz dan Bukhtanshar. Dan bumi akan dikuasai seseorang dari ahli baitku. (Disebutkan Ibnul Jauzi dalam al-Muntadzam fi at-Tarikh)
Riwayat dari ulama Tabiin, Muhajid bin Jabr – murid senior Ibnu Abbas – mengatakan,

ملك الأرض مشرقها ومغربها أربعة نفر: مؤمنان وكافران، فالمؤمنان: سليمان بن داود وذو القرنين، والكافران: بختنصر ونمرود بن كنعان، لم يملكها غيرهم

Raja seluruh bumi, dari timur sampai barat ada 4 orang, dua mukmin dan dua kafir. Dua raja mukmin, Sulaiman bin Daud dan Dzulqarnain. Dua raja kafir, Bukhtanshar dan Namrud bin Kan’an. (Riwayat Thabari dalam tafsirnnya, 5/433).
Siapa raja-raja dunia itu?
Pertama, Sulaiman bin Daud alaihimas shalatu was salam
Beliau seorang nabi sekaligus raja di kalangan Bani Israil. Nama beliau disebutkan 17 kali dalam al-Quran.
Beliau disebut oleh Allah sebagai hamba terbaik dan rajin bersyukur,
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Aku berikan kepada Daud seorang putra, Sulaiman. Beliau sebaik-baik hamba dan dia sangat taat.” (QS. Shad: 30)
Mengenai kehebatan Sulaiman selain dari mukjizat yang beliau miliki, tidak terhitung. Anda bisa banyak mendapatkannya di al-Quran.
Kedua, Dzulqarnain
Kisah panjang tentang raja Dzulqarnain disebutkan oleh Allah di akhir surat al-Kahfi. Kekuasaannya mencapai ujung timur dan barat bumi ini.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا  , إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآَتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا

“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya” Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” (QS. al-Kahfi: 83-84)
Beliau mengajak rakyatnya untuk masuk islam dan memerangi yang menolak islam.
Apakah Dzulqarnain seorang nabi?
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

وَقَدْ اُخْتُلِفَ فِي ذِي الْقَرْنَيْنِ فَقِيلَ كَانَ نَبِيًّا ، وَقِيلَ : كَانَ مَلَكًا مِنْ الْمَلَائِكَة ، وقيل لَمْ يَكُنْ نَبِيًّا وَلَا مَلَكًا , وَقِيلَ : كَانَ مِنْ الْمُلُوك . وَعَلَيْهِ الْأَكْثَر

Ada perbedaan tentang Dzulqarnain, ada yang mengatakan, beliau nabi, ada yang mengatakan, beliau seorang Malaikat. Dan ada yang mengatakan, bukan nabi dan bukan Malaikat. Dan ada yang mengatakan, beliau hanya seorang raja, dan ini pendapat mayoritas ulama. (Fathul Bari)
Ada hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang menyatakan,

مَا أَدْرِي أَتُبَّعٌ أَنَبِيّاً كانَ أَمْ لاَ ، وَمَا أَدْرِي ذَا الْقَرْنَيْنِ أَنَبِيّاً كانَ أَمْ لاَ

“Saya tidak tahu, apakah Tubba’ itu nabi atau bukan. Saya tidak tahu, apakah Dzulqarnain itu nabi atau bukan,” (HR. Hakim 104 dan Baihaqi 18050).
Ketiga, Namrud bin Kan’an
Namrud seorang raja kafir penguasa seluruh bumi dari ujung timur hingga ujung barat. Dia mengaku sebagai tuhan dan minta disembah. Pernah berdebat dengan Ibrahim tentang tuhan, dan dia kalah. Dialah yang diceritakan Allah dalam al-Qur’an,

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan).
Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,”
Orang itu (Namrudz) berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”.
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Baqarah: 258)
Keempat, Bukhtanshar
Raja Bukhtanshar seorang penguasa kafir yang menjajah Bani Israil. Membunuh banyak kaum muslimin di kalangan bani Israil.  Ulama Tabiin, Said bin Musayib mengatakan,
Bukhtanshar menyerang Syam, membakar baitul Maqdis, dan membunuh mereka. Kemudian dia datang ke Damaskus dan membunuh ribuan umat islam di kalangan Bani Israil. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/48).
 
Sumber: Konsultasi Syariah

Ukhti, Ketahui Apa Saja Persiapan Sebelum Menikah

Menikah adalah ibadah. Ibadah tidaklah bisa dilakukan dengan sembarangan, harus seuai dengan syariah islamiah seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Oleh karenanya sangat dianjurkan bagi seorang Muslim yang hendak melaksanakan pernikahan, untuk mengenal dan menggali ilmu tentang tata cara pernikahan yang syar’i, adab-adab dan fadhilah-fadhilah nikah sebagai persiapan spiritual pra nikah.
Ukhti tentu ingin memiliki imam yang baik bukan?
Kuncinya adalah apabila seseorang telah berusaha memperbaiki diri, maka Allah SWT  akan memasangkannya dengan pasangan yang baik pula.
Allah SWT berfirman:
“….Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” ( QS. an-Nur [24]: 26 )
Berikut adalah Persiapan Wajib Muslimah Sebelum Menikah:
1. Niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam melaksanakan pernikahan, karena segala amal ibadah bergantung pada niat yang tulus hanya kepada Allh SWT.
2. Lebih giat dan rajin membaca, menelaah dan memahami seluk beluk pernikahan mulai dari ta’aruf sampai pernikahan dan hidup berkeluarga yang sesuai dengan syari’at yang Allah tetapkan melalui sunnah Rasul-Nya.
3. Berusaha memperbaiki akhlak dengan banyak membaca buku tentang akhlak, serta berusaha mengamalkannya, karena Allah akan memberatkan timbangan seorang Mukmin yang berakhlak
Rasulullah saw bersabda:

أَثْقَلُ شَيْءٍ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ خُلُقٌ حَسَنٌ, إِنَّ اللهَ يَبْغَضُ اْلفَاحِشَ اْلمُتَفَحِّشَ الْبَذِيْءَ

Sesuatu yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin adalah akhlak yang baik. Alloh murka kepada orang yang bertutur keji dan jorok”. (HR. al-Baihaqi )
4. Membiasakan diri mengamalkan hal-hal yang sunnah, agar terbiasa membina keluarga yang penuh dengan amalan-amalan sunnah seperti, bersiwak, berdzikir di waktu pagi dan petang, melaksanakan sholat-sholat sunnah seperti, tahajjud, rowatib, dan lain sebagainya.
5. Berusaha dan berantusias untuk menuntut ilmu, memiliki suatu metode ilmiah yang sesuai dengan kemampuan, meneladani para sahabat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Karena menuntut ilmu merupakan suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah di samping suatu keharusan yang di syari’atkan dan bukan pekerjaan sambilan. Karena hanya dengan ilmulah yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.
Allah swt berfirman :
Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” ( QS. az-Zumar [39]: 9 )
6. Berusaha melengkapi perpustakaan pribadi dengan buku-buku syar’i seperti, buku tafsir, hadits dan buku-buku lainnya, sebagai rujukan agar hidup dalam berkeluarga lebih terarah dengan syari’at Islam yang benar.
Demikianlah persiapan-persiapan yang perlu di lengkapi untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Selamat menempuh hidup baru bagi Akhwat yang segera melangkah ke dalam ibadah menikah.
 
Sumber : Ruang Muslimah