Ringkasan Taklim : Orang-Orang yang Beruntung dalam Bersikap Terhadap Nabi SAW

Rangkuman Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Orang-Orang yang Beruntung dalam Bersikap Terhadap Nabi SAW
Ahad, 22 Maret 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Ferry Nur, S.Si (Ketua KISPA)
 
1. Mengimaninya, dengan cara :

  • Mengikuti sunnahnya
  • Mencintai orang-orang yang Nabi cintai
  • Mencintai orang-orang yang mencintai Nabi, meskipun beda suku, kelompok, dan sebagainya

2. Memuliakan Nabi dengan cara :

  • Bersholawat padanya
  • Tidak menghina Nabi dan orang-orang yang Nabi cintai
  • Marah dan tidak rela pada orang-orang yang membenci Nabi dan sahabat Nabi

3. Membela Nabi, dengan cara :

  • Melawan orang-orang yang melecehkan nabi dan sahabatnya sesuai dengan kemampuan

4. Mengikuti apa yang Al-Quran jelaskan, dengan catatan :

  • Membaca keseluruhannya (tidak sepotong-sepotong)
  • Tidak menafsirkannya sesuai kemauan (nafsu)
  • Mendengarkan tafsir yang dijelaskan oleh para ulama tanpa menyelisihi tafsir Nabi dan para sahabat.

Wallahu a’lam.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Anjuran Menjauhkan Diri dari Masyarakat yang Rusak

Ringkasan Kajian Kitab Riyadhus Shalihin Bab 69
Anjuran Menjauhkan Diri dari Masyarakat yang Rusak
Ahad, 17 Mei 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan (Belakang Apotik Prima Farma)
Bersama:
Ustadz Rasyid Bakhabazy, Lc
 
Poin-poin utama pembahasan:
Hadits pertama
Allah mencintai hamba yang bertaqwa; yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya
Allah mencintai hamba yang kaya; kaya hati/jiwa
Allah mencintai hamba yang tersembunyi (al khofiyah); ‘uzlah
’Uzlah dilakukan jika dirinya merasa tidak mampu mempengaruhi masyarakat yang rusak atau khawatir dirinya ikut terbawa kerusakan tersebut.
Hadits Kedua
Dianjurkannya seseorang bertanya tentang hal-hal yang penting tentang urusan agama
Keutamaan berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya
Keutamaan menjauhkan diri dari masyarakat yang rusak ketika timbul fitnah di masyarakat
Keutamaan ‘uzlah kalau tujuannya untuk beribadah
Hadits Ketiga
Info tentang kaum muslimin di masa yang akan datang; hidup sulit, hidup dikelilingi hal-hal yang haram dan pintu kemaksiatan terbuka selebar-lebarnya
Menjauhkan diri dari masyarakat yang rusak merupakan sebuah keutamaan
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
 

Ringkasan Taklim : Mencintai Keluarga Nabi dan Sahabatnya

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Mencintai Keluarga Nabi dan Sahabatnya
Ahad, 05 April 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Mudzhar Beik
 
Hirarki cinta:
1. Kecintaan kepada Allah
2. Kecintaan kepada Rasulullah SAW
3. Kita mencintai Rasulullah, karena kita cinta kepada Allah SWT. Sebab Allah SWT mencintai Rasulullah
Kecintaan kepada keluarga Rasulullah SAW: kita mencintai keluarga Nabi, karena kita mencintai Rasulullah
Surat Al Ahzab : 6
“Nabi itu lebih utama untuk dicintai orang-orang mukmin ketimbang cintanya kepada dirinya sendiri”
Surat Al Maidah : 55
Siapakah yang boleh dicintai?
1. Allah SWT
2. Rasulullah SAW
3. Orang-orang mukmin
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya mengatakan kecintaan kepada Keluarga Nabi tidak akan berguna jika bercampur dengan kebencian terhadap sahabat Nabi SAW
Kecintaan kepada keluarga Nabi saw adalah sebuah kewajiban dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Bersikap Wara' dan Meninggalkan Syubhat

Ringkasan Kajian Syarah Kitab Riyadhus Shalihin
Bersikap Wara’ dan Meninggalkan Syubhat
Ahad, 19 April 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan (belakang Apotik Prima Farma)
Bersama:
Ustadz Rasyid Bakhabazy, Lc
 
Wara ialah bersikap hati-hati, dengan cara meninggalkan perkara yang dibolehkan, karena khawatir akan terjatuh pada perkara yg haram.
Sedangkan syubhat adalah sebuah perkara yg belum jelas hukumnya, antara yang halal atau haram.
Seseorang yang tidak bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang syubhat, maka suatu saat ia akan terjatuh ke dalam perkara yang haram.
Orang yang benar-benar menjaga dirinya dari syubhat, maka ia telah menjaga kesucian agama dan harga dirinya.
Salah satu tanda bahwa sebuah perkara termasuk dalam kategori dosa atau maksiat, manakala engkau merasa tidak nyaman dan malu saat ia diketahui oleh orang lain.
Disaat engkau merasa ada keragu-raguan, maka kembalikanlah dan tanyakan kepada hatimu.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Penghalang Turunnya Hidayah

Ringkasan Kajian Tadabbur Al Quran Surat Ash-Shaff Ayat 5 (bagian 1)
Penghalang Turunnya Hidayah (bagian 1)
Ahad, 27 Maret 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan (belakang Apotik Prima Farma)
Bersama:
Ustadz Fauzi Bahreisy
 
Surat Ash Shaff ayat 5
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?” Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. 
Tadabbur Ayat 5
Ayat 5 berbicara tentang kisah Nabi Musa ketika diutus kepada kaumnya dan bagaimana respon dari mereka kepadanya, dan itu menjadi pelajaran bagi Nabi kita Muhammad ﷺ dan kepada kita semua selaku umatnya.
Umat yang sukses adalah umat yang bisa mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya
Ketika Nabi Musa berbicara kepada kaumnya dengan kata-kata : “Wahai Kaumku! Mengapa kamu menyakitiku”, memberikan gambaran kepada kita bahwa Nabi Musa mendapatkan perlakuan buruk dari kaumnya.
Ayat ini menjadi pelipur lara bagi Rasulullah, karena pada fase Makkah Rasulullah. Juga mendapatkan perlakuan buruk dari kaumnya. Maka di sini Allah  ﷻ memberikan pelajaran bahwa jika Nabi Muhammad disakiti oleh kaumnya maka demikian juga Rasul-Rasul terdahulu juga telah disakiti oleh kaumnya, maka bersabarlah.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa siapa saja yang menempuh jalan dakwah maka akan banyak mendapatkan hambatan dan ujian. Jangankan kita selaku manusia biasa, Nabi dan Rasul saja yang memilki kedudukan yang tinggi disisi Allah ﷻ juga mendapat berbagai macam ujian dan cobaan, oleh karena itu tetaplah istbat, istiqamah dan tetaplah memiliki harapan dan tekad besar bahwa dibalik ujian dan cobaan yang kita alami di jalan dakwah, kita akan mendapatkan kemenangan dan kebahagian dari Allah ﷻ.
Sebuah ungkapan Ulama mengatakan: “Ibadah dengan berbagai kesulitan, sebentar kesulitannya akan hilang maka yang tersisa hanyalah pahala, sedangkan perbuatan dosa dengan berbagai kenikmatan, sebentar kenikmatannya akan hilang maka yang tersisa hanyalah dosa”
Nabi Musa adalah Nabi yang paling banyak kisahnya disebutkan di dalam Al-Qur’an karena banyak ibrah (pelajaran) yang dapat diambil dari kisah tersebut.
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya“. Mengingatkan Nabi kita Muhammad ﷺ
ketika ada salah satu sahabat mengeluh kepada beliau ﷺ di dalam sebuah persoalan, maka beliau berkata: “Sungguh Allah telah merahmati Musa, ketika dia disakiti lebih besar dari ini, dia tetap bersabar.”
Nabi Musa memanggil kaumnya dengan kata-kata “wahai kaumku” padahal kaumnya sudah melampaui batas, namun yang namanya dakwah tidak boleh dengan cara-cara kasar dan kata-kata yang tidak baik.
Demikian  juga ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mendakwahkan fir’aun : “Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha : 43-44)
Dakwah tidak bisa masuk dengan cara yang kasar, akan tetapi haruslah dengan cara yang lembut yang dapat menembus hati. Allah berfirman yang artinya : ”Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat : 34).
Tampilkan bahwa kita adalah seorang da’i dan orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Allah berfirman yang artinya :
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam,“ (QS. Al-Furqan : 63)
Kata-kata ”Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku”. menunjukkan bahwa Nabi Musa sangat banyak mendapatkan perlakuan buruk dari kaumnya, mereka menyakiti Nabi Musa dengan berbagai macam tuduhan-tuduhan buruk, yang tidak pantas disampaikan kepada seorang Nabi dan Rasul.  Sebab mereka mengatakan bahwa Nabi Musa punya cacat/penyakit  supak, namun Allah membersihkan Nabi Musa dengan tuduhan-tudahan yang mereka lontarkan dengan menampakkan bahwa Nabi Musa tidak seperti yang mereka tuduh. Allah ﷻ berfirman yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan. Dan dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah“. (QS. Al-Ahzab : 69).
Kata-kata ”padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu”, menggunakan kata-kata ”qod” sebagai tahqiq (pembenaran) bahwa sesungguhnya mereka benar-benar tahu bahwa Nabi Musa adalah utusan Allah untuk mereka, namun mereka mengingkarinya.
Inilah yang disampaikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah  ayat  7 yang sering kita ulang-ulang di dalam Shalat, agar tidak termasuk ke dalam dua golongan :

  1. Ghairil Maghdhuubi ’alaihim (golongan orang yang di murkai Allah), dikarenakan mereka tahu tetapi mereka mengingkari, inilah golongan orang-orang yahudi.
  2. Waladh-dhaalliin (golongan orang yang sesat), dikarenakan mereka tidak tahu tetapi tidak mau mencari tahu dan belajar, inilah golongan orang-orang Nashrani.

Diantara bentuk pengingkaran mereka kepada Nabi Musa adalah seperti yang telah disampaikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an yang artinya :
Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.” (QS. Al-Maidah : 24)
Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. (QS. Al-Baqarah : 55).
Allah menyampaikan kisah Nabi Musa ini agar kita umat Islam tidak mencontoh mereka yang menyakiti Nabi mereka.
Ketika turun ayat ini kita melihat bagaimana respon para Sahabat dan kesetian mereka kepada Rasulullah  ﷺ Mereka mencintainya, mengikutinya, ta’at kepadanya, sampai kepada hal-hal yang terkecil yang kita anggap remeh sekalipun. Jauh bedanya antara keta’atan umat Nabi Muhammad ﷺ dengan umat-umat yang lain, kaum Nabi Muhammad selalu siap berjuang bersama beliau.
Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka”.
Allah memberikan balasan yang sama sesuai perbuatan mereka. Maka jangan salahkan Allah jika Allah memalingkan hati mereka dari kebenaran, karena kesalahannya ada pada diri mereka sendiri yang suka melakukan perbuatan dosa dan penyimpangan.  Allah ﷻ berfirman yang artinya :
Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta“. (QS. Al-Baqarah : 10).
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.
Makna hidayah di sini adalah Hidayah At-Taufiq. Karena hidayah terbagi dua :

  1. Hidayah Al-Irsyad : bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk.
  2. Hidayat At-Taufiq : kemampuan untuk melaksanakan apa yang diketahui.

Sedangkan kaum Nabi Musa tidak mendapatkan hidayah at-taufiq.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Keluarga Dakwah dalam Perspektif Al-Qur'an

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Ta’lim Al-Iman
Keluarga Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an
Ahad, 4 Oktober 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan (Belakang Apotik Prima Farma)
Bersama:
DR. KH. Ali Akhmadi, MA, Al-Hafidz
 
Kebenaran dan kebatilan terus bertarung dengan sengit, jika kebenaran diorganisir dengan baik maka ia mampu meredam kebatilan sebesar apapun dan jika tidak diorganisir dengan baik maka kebatilan akan meraja rela.
Pengorganisiran kebaikan yang baik adalah dengan aktivitas dakwah, terutama dakwah yang dibangun secara berjama’ah, terutama ditingkat rumah tangga.
Alasan pentingnya mengorganisir dakwah ditingkat rumah tangga :

  1. Dakwah akan lebih efektif tersebar
  2. Sunnatullah para anbiya dan orang sholih terdahulu
  3. Karena kita cinta pada keluarga dan ingin meraih pahala besar bersama

Contoh keluarga dakwah:
1. Keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq
Dalam peristiwa hijrah, Abu Bakar menemani Rasulullah, bahkan hingga bersembunyi disebuah gua hingga disengat binatang. Sedangkan anaknya Abu Bakar yang bernama Asma dan Abdurrahman membuat dan mengantarkan makanan untuk Rasulullah dan ayahnya, sebuah kerja dakwah yang indah dari keluarga istimewa.
2. Keluarga Hasan Al-Banna
Saat Hasan Al-Banna ada agenda mengisi pengajian, anaknya sakit, maka orang tua Hasan Al-Bana mempersilahkan Hasan Al-Banna mengisi pengajian, biar keluarganya saja yang membawa anaknya ke rumah sakit.
Cara menumbuhkan semangat dakwah dalam keluarga :

  1. Harus memiliki pengetahuan yang kuat
  2. Harus mampu memberikan keteladanan
  3. Istiqomah dalam memberi keteladanan

***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
1. Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
2. Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
3. Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Taklim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

X