Sejarah Islam di Kabupaten Fak-Fak Papua yang Berusia Ratusan Tahun

Sejarah Islam di Kabupaten Fak-Fak Papua yang Berusia Ratusan Tahun

Syiar Islam di Bumi Papua terjadi terutama terkonsentrasi di wilayah Papua Barat, mulai dari Raja Ampat hingga Fakfak.
Ada beberapa versi mengenai masuknya Islam di Papua. Kebanyakan sumber sejarah masuknya Islam di Papua berdasarkan sumber-sumber lisan masyarakat setempat.
Versi Papua, misalnya, berdasarkan legenda di masyarakat setempat, khususnya di Fakfak. Versi ini menyebut Islam dibawa dari luar oleh kesultanan Tidore sebagai pedagang ke daerah pesisir Papua untuk membeli rempah-rempah seperti pala, pelepah kayu, bulu burung cendrawasih, karet, dan sebagainya.

220px-NNG_afd_FakFak

Wilayah kabupaten Fak-Fak dipesisir Papua


Disamping pendapat para ahli, di pulau Papua masih terdapat bukti-bukti material yang merupakan jejak peninggal Islam di Tanah Papua sejak lama.
Di antaranya tiga masjid kuno, masing-masing yaitu Masjid Tunasgain di kampung Tunasgain, distrik Fakfak Timur;
Mosque4 (1)

Masjid Tunasgain adalah salah satu Masjid tertua di Papua. Usianya berkisar mencapai 400 tahun. (Sumber gambar: twitter @CondetWarrior)


Masjid Tubirseram di pulau Tubirseram; dan Masjid Patimburak di kampung Patimburak yang juga sudah berusia ratusan tahun.
Selain bukti masjid-masjid tersebut, di Desa Darembang Kampung Lama juga terdapat peninggalan arkeologis berupa tiang-tiang kayu yang dicat.
Melihat dari ukiran dan bentuknya, tiang-tiang kayu ini diyakini sebagai sokoguru sebuah masjid yang sudah keropos.
Terdapat juga bukti lain berupa naskah-naskah kuno. Di kota Fakfak, masih tersimpan 5 (lima) buah manuskrip berumur 800 tahun berbentuk kitab dengan berbagai ukuran yang diamanahkan kepada Raja Patipi XVI, H. Ahmad Iba.
ini-al-quran-kuno-bukti-islam-masuk-papua-sejak-1224

Raja Patipi ke XVI, H. Ahmad Iba menunjukkan Al-Qur’an kuno di rumahnya di Fakfak, Papua. (Sumber Foto: tribunislam.com)


Manuskrip tersebut berupa mushaf Al-Qur’an yang berukuran 50 cm x 40 cm. Mushaf ini bertulis tangan di atas kulit kayu yang dirangkai menjadi seperti kitab zaman sekarang.
Empat lainnya, salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadis, ilmu  tauhid dan kumpulan doa.
Ada tanda tangan dalam kitab itu berupa gambar tapak tangan dengan jari terbuka. Tapak tangan yang sama juga dijumpai di Teluk Etna (Kaimana) dan Merauke.
Sedangkan tiga manuskrip berikutnya dimasukkan ke dalam buluh bambu dan ditulis di atas daun koba-koba, pohon asli Papua yang kini mulai punah.
Ada pula manuskrip yang ditulis di atas pelepah kayu, mirip manuskrip daun lontara (Fakfak: daun pokpok).
Berdasarkan tradisi lisan masyarakat setempat, inilah 5 (lima) manuskrip pertama yang masuk ke Papua yang dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudera Pasai.
Syekh Iskandarsyah melakukan perjalanan dakwah ke pulau Nuu War (Fakfak: Papua) tepatnya di daerah Mesia atau Mes, yang kini bernama distrik Kokas kebupaten Fakfak pada tanggal 17 Juli 1214 M.
Bila melihat dari tahunnya, bisa diartikan penyebaran Islam di Papua sezaman dengan penyebaran Islam di pulau Jawa.
 
Sumber : ganaislamika

Sejarah Islam di Kabupaten Fak-Fak Papua yang Berusia Ratusan Tahun

Atlet Wushu Lindswell Kwok Berhijab dan Siap Menikah

Jakarta – Asian Games 2018 memang telah berakhir, nama Lindswell Kwok yang dikenal atlet wushu Indonesia yang berhasil meraih emas menjadi dikenal banyak orang.
Kali ini Lindswell Kwok, kembali menjadi perbincangan publik. Bukan lantaran dirinya dengan kegiatan olahraga wushu yang ditekuninya, melainkan perubahan penampilan Lindswell Kwok.
Saat tampil membawa nama Indonesia dalam kejuaraan Wushu di Asian Games 2018, Lindswell tak terlihat mengenakan penutup kepala untuk muslimah alias hijab.
Dalam akun Instagram @jonimetal milik seorang fotografer untuk Menteri Olahraga, Imam Nahrawi, diunggah foto Lindswell Kwok yang tengah tersenyum.
Lindswell Kwok tampak mengenakan hijab syari berwarna peach. Bukan itu saja, ia juga memakai gamis putih motif bunga.
Lindswell Kwok Muallaf ?
Lindswell Kwok diketahui memeluk agama Budha sebelum memutuskan menjadi mualaf. Sementara, Achmad Hualefi, kekasihnya, adalah penganut agama Islam.
Keduanya menjalin asmara selama setahun. Namun sebelum ini, jalinan cinta keduanya tak memastikan keduanya bakal duduk di pelaminan lantaran beda keyakinan.
094401300_1543908716-lindswell01
Imam Nahrawi, mendoakan keduanya segera menikah. Kedatangan Lindswell Kwok dan Achmad Hulaefi ke kediaman Imam yang di-posting di akun Instagram-nya itu, lantas menuai banyak reaksi nitizen.
Hulaefi Berhasil Meyakinkan Lindswell untuk Muallaf
Hulaefi mampu meyakinkan hati Lindswell untuk memeluk agama Islam sebelum menjalani hubungan yang serius menjadi pasangan suami istri.
Achmad Hulaefi merupakan seorang atlet wushu. Profesi ini sama seperti dengan calon istrinya, Lindswell Kwok. Hulaefi dan Lindswell sendiri merupakan andalan Indonesia di cabang olahraga wushu.
Kedua pasangan kekasih tersebut selalu menjadi wakil Indonesia di kompetisi wushu atau pesta olahraga lainnya. Keduanya juga memperjuangkan Indonesia di ajang Asian Games 2018 lalu yang berlangsung di Jakarta dan Palembang.
Hulaefi juga menjalani kehidupan normal. Karena dirinya merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kotamadya Jakarta SLindswell
Screenshot_2018-12-06-07-36-49_com.android.chrome_1544056779509
Statusnya sebagai PNS terungkap setelah dirinya mendapat sambutan dari Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Penampilan Lindswell Kwok yang memakai hijab itu membuat kaget dan kagum warganet. Hulaefi dan Lindswell didoakan warganet untuk segera menikah.
 
Sumber : Liputan6/Indosport

Ini 5 Hal Pidato Anies di Reuni 212, Mulai dari Sejarah Monas

Gubernur DKI, Anies Baswedan datang dan berpidato di Reuni Akbar 212 yang diselenggarakan di Monumen Nasional (Monas), Minggu (2/12/2018).
Sekitar pukul 08.20 pagi. Anies Baswedan datang dan mengenakan pakaian dinas, sebab setelahnya bekerja kembali memantau ibu kota Jakarta.
Anies Baswedan dengan pengetahuan yang banyak, berpidato tak sampai lima menit namun berbobot. Beberapa hal ia sampaikan. Ketika Anies berpidato, terdengar massa aksi berteriak penuh semangat.
Pertama, Anies Baswedan bercerita sejarah Monas era kolonial.
“Atas nama Pemprov DKI, selamat datang di kawasan monas.
Tempat ini memang dirancang untuk berkumpulnya rakyat. Pertama kali digunakan pertengahan September 1945.
Ketika sebulan sebelumnya sekelompok orang yang jadi pemimpin bangsa memutuskan proklamasi.
Kekuatan kolonial meragukannya, mengecilkannya, dianggap ini hanya aspirasi sekelompok orang saja.
September [1945], ratusan ribu warga berkumpul di lapangan ini. Ini adalah ikhtiar kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Tempat ini tempat untuk kita semua. Karena itu tak ada kewajiban punya KTP untuk masuk ke daerah ini.
Katanya semalam beredar itu ya [kewajiban memperlihatkan KTP sebelum masuk ke Monas]? Karena sudah pasti yang masuk ke sini warga negara Indonesia.
Jadi saudara sekalian, ini tempat milik umum, milik semua. Monas adalah milik seluruh warga Indonesia.”
Kedua, Anies menyampaikan terealisasi janji yang terlihat mustahil.
” Izinkan saya meminta doa. Alhamdulillah satu tahun perjalanan di Jakarta janji [kampanye] kami tunaikan. Yang dianggap tidak mungkin Insya Allah akan kami laksanakan satu-satu.
DP 0 rupiah dianggap tidak mungkin, hari ini terlaksana.
Menutup tempat maksiat, dianggap tidak mungkin, hari ini terlaksana.
Menghentikan reklamasi, dulu dianggap tidak mungkin, kita lakukan.”
Ketiga, Anies pesan jangan anggap remeh pilihan politik
“Dan itu tanpa kekerasan, cukup selembar kertas dan tanda tangan.
Karena itu jangan pernah anggap enteng proses politik, karena tanda tangan yang menentukan arah kebijakan.”
Keempat, Anies sampaikan persatuan karena Indonesia terdiri banyak suku bangsa
“Saudara sekalian, kita semua yang hadir di sini punya tanggung jawab menjaga persatuan. Yang unik dari Indonesia bukan cuma keragamannya, yang unik adalah di tempat ini hadir persatuan bagi seluruh rakyat.
Kalau keberagaman, negeri lain ada yang lebih beragam. Karena itu yang harus kita banggakan adalah persatuan. Kalau latar belakang [masing-masing orang] tak bisa diubah, sudah takdir, tapi kalau persatuan adalah hasil ikhtiar kita.
Dan persatuan hanya bisa dihadirkan dengan keadilan. Insya Allah itu yang akan kita kembalikan di DKI ini. Mengembalikan rasa keadilan untuk semua.”
Kelima, Anies berpesan agar para peserta aksi menjaga ketertiban, dan kebersihan
“Saya harap yang kumpul di sini menjaga ketertiban. Mendapat izin dibuktikan dengan hadir tertib dan kembali tertib.
Biarkan mereka yang merasa aksi ini akan rusuh kecewa karena yang datang mendatangkan ketertiban dan kedamaian. Bukan cuma di kawasan Monas.
Siapa pun yang ditemui salam. Berikan salam, kirimkan senyum, dan tunjukkan hadirin di Monas memancarkan kedamaian untuk semua.
Insya Allah itu akan menguatkan pesan bahwa yang datang ke sini adalah yang memperjuangkan persatuan, perdamaian, dan keadilan di negeri ini.
Izinkan saya mengakhiri untuk berterima kasih semua pihak yang mengelola ini, sehingga kerapihannya mempesona semua pihak.
Semoga majelis ini bukan cuma membanggakan yang hadir, tapi juga akan-anak kita kelak.”

Aung San Suu Kyi Dipermalukan Di KTT ASEAN 2018

Dalam KTT ke-33 ASEAN 2018 di Singapura, beberapa negara mengecam kekerasan etnis muslim Rohingya yang terjadi di Myanmar. Salah satunya Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhamad adalah orang yang paling keras mengecam sikap politik Aung San Suu Kyi ini.
PM Mahathir tegas mengatakan, ”Seseorang yang pernah ditahan karena perjuangan demi hak asasi sebelumnya, seharusnya mengetahui penderitaan orang lain bukan malah menyalahkan yang menderita.”
Mahathir kecewa Aung San Suu Kyi, sebagai pemimpin de facto Myanmar itu melupakan latar belakangnya sebagai pejuang HAM dan demokrasi.
Apa yang dilakukan oleh Mahathir merubah kebiasaan yang terjadi pada acara diplomatik yang biasanya berlangsung ramah.
Sikap politis Mahathir tanpa ragu disampaikan dalam KTT ASEAN 2018. Hal ini menjadi pengalaman tak mengenakan bagi penasihat negaa Myanmar Aung San Suu Kyi.
Dia dipermalukan di depan umum oleh beberapa peserta konferensi, karena tak berbuat apa-apa untuk mengatasi kekerasan terhadap etnis Rohingya.
Pernyataan keras Mahathir itu memang di luar kebiasaan forum ASEAN yang biasanya dipenuhi semangat kerjasama, persahabatan, sehingga acara ini biasanya berlangsung ramah.
Kerasnya pernyataan Mahathir karena persekusi etnis Rohingya di Myanmar bukan tragedi biasa.
Sejak tahun 2016, sudah 10.000 warga sipil tewas dan hampir 750.000 mengungsi akibat konflik yang berpusat di Negara Bagian Rakhine itu.
Seperti Mahathir, beberapa utusan negara ASEAN kecewa akan sikap pilitik Aung San Suu Kyi.
Seorang diplomat Asia Tenggara yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, “Anda dapat merasakan, dia (Suu Kyi) tidak diterima oleh semua orang seperti dulu. Semua orang mengharapkan ia bisa berbuat lebih banyak,” katanya.
Wakil Presiden AS, Mike Pence pada Rabu (14/11) mengatakan di hadapan para pemimpin ASEAN lainnya bahwa kekerasan dan penganiayaan terhadap Rohingya tak termaafkan.
Pernyataan Mike Pence ini menambah situasi tak enak bagi delegasi Myanmar.
Sayangnya, Aung San Suu Kyi tetap menyatakan kekerasan di Rakhine sebagai masalah Myanmar yang tak bisa dipahami orang luar. Hati Aung San Suu Kyi sepertinya telah mati.
 
Sumber : JPNN.com

Muhammadiyah Dirikan Sekolah di Pengungsian Rohingnya Myanmar

Satu tahun lebih sejak misi kemanusiaan Muhammadiyah Aid menginjakkan kaki di Cox Bazar, Bangladesh pada September 2017 untuk melakukan layanan kesehatan.
Ratusan ribu pengungsi Rohingya sampai saat ini masih ada di sana di camp pengungsian.
Tahap pertama yang dilakukan saat itu adalah penanganan pengungsi rohingnya di Bangladesh agar ketahanan kesehatannya membaik dengan memberikan asupan nutrisi dari bantuan makanan bagi para pengungsi.
Saat itu juga dilakukan inisiasi program buat warga muslim Rohingnya yang masih ada di Myanmar, baik yang ada di barak pengungsian maupun di desa-desa yang dihuni warga muslim rohingnya.
Menurut laporan Muhammadiyah Aid yang diwakili oleh Bachtiar Dwi Kurniawan dari Rakhine State Myanmar dari 26 – 29 Oktober 2018, Muhammadiyah mendirikan dua sekolah di lokasi itu.
Berdasarkan penilaian melalui observasi dan bertemu langsung dengan warga Rohingnya di Myanmar Agustus lalu, maka dipilihlah program pemberdayaan yang ada di Rakhine State.
Program yang dinisiasi tersebut untuk muslim Rohingnya, lanjut Bachtiar antara lain, pendidikan dengan mendirikan sekolah dasar, pelatihan guru, fasilitas sekolah, dan penyaluran school kits.
Di samping itu Muhammadiyah juga akan membangun balai latihan kerja yang ditempatkan di lokasi pengungsian warga muslim Rohingnya di sana.
Program pendidikan yang diinisiasi setidaknya, menurutnya direncanakan dua sekolah berdiri khususnya di Mrauk – U Township, Rakhine State, Myanmar.
Sebagai wujud konkretnya, peletakan batu pertama dilakukan berlokasi di Mrauk – U Township (28/10/2018).
Muhammadiyah Aid bersama Indonesian Humanitarian Alliance mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kaum muslimin Indonesia dan semua pihak yang bersama-sama menyukseskan misi kemanusiaan ini.
Dalam kesempatan itu, kata Bachatiar Muhammadiyah Aid akan membangun sarana air bersih, sanitasi, MCK, saluran air yang ada di kampung-kampung warga muslim Rohingnya yang masih dalam keadaan kumuh.
Sebagai tindak lanjut misi kemanusiaan tahun lalu, Muhammadiyah aid juga akan membangun pasar inklusi, yang menjadi sarana rekonsiliasi konflik dan menghidupkan geliat ekonomi masyarakat akibat konflik sosial itu.
 
Sumber : SangPencerah.id

Jadi Mata-mata, Satu Juta Orang China Pindah ke Rumah Muslim Uighur

LONDON – Lebih dari satu juta orang Han China tanpa diundang dilaporkan telah pindah ke rumah keluarga Muslim Uighur. Mereka bertugas untuk melaporkan apakah pemilih rumah menjalani keyakinan agama Islam atau tidak patriotik.
Dikirim ke rumah-rumah di provinsi Xinjiang oleh pemerintah China, antropolog Amerika Serikat, Darren Byler mengatakan mereka ditugaskan untuk mengawasi tanda-tanda keterikatan tuan rumah mereka dengan Islam “ekstrim”.
Para informan, yang menggambarkan diri mereka sebagai “keluarga” dari keluarga yang tinggal bersama mereka, dikatakan telah menerima instruksi khusus tentang cara membuat mereka lengah.
Sebagai Muslim yang taat akan menolak rokok dan alkohol. Tindakan ini dilihat sebagai salah satu cara untuk mengetahui apakah mereka ekstrim atau tidak.
“Apakah seorang tuan Uighur baru saja menyapa tetangga dalam bahasa Arab dengan kata-kata ‘Assalamualaikum?’ Itu perlu dimasukkan ke dalam notebook,” kata Dr Byler, dalam penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Asia Society tentang Hubungan AS-China.
“Apakah salinan Al Quran ada di rumah? Apakah ada yang shalat pada hari Jumat atau berpuasa saat Ramadhan? Apakah gaun anak perempuan terlalu panjang atau jenggot laki-laki sedikit tidak teratur?” sambungnya seperti dikutip dari Independent, Sabtu (24/11/2018).
Menurut Byler, praktik ini telah berlangsung sejak tahun 2017. Mereka yang mengaku sebagai “keluarga” ditugasi ke rumah-rumah Muslim Uighur dalam serangkaian kunjungan selama seminggu.
Klaim ini tampaknya dikonfirmasi oleh surat kabar resmi Partai Komunis China, People’s Daily. Surat kabar itu melaporkan bahwa lebih dari 1,1 juta orang berpasangan dengan 1,69 juta warga etnis minoritas di China pada akhir September tahun ini.
Mereka fokus pada keluarga dari mereka yang telah ditahan di pusat “pendidikan ulang”.
Kamp Tahanan “Pendidikan Ulang” Muslim Uighur
Sebelumnya dilaporkan sebanyak satu juta etnis Uihur telah dikumpulkan dan ditempatkan di pusat “pendidikan ulang”, dalam apa yang diklaim China sebagai tindakan keras terhadap ekstremisme agama.
Mereka yang telah menghabiskan waktu di dalamnya, mengaku dipaksa untuk menjalani program indoktrinasi intensif, di desak untuk meninggalkan Islam dan sebagai gantinya memberikan pujian kepada Partai Komunis China.
Seorang mantan narapidana mengklaim narapidana Muslim dipaksa makan daging babi dan minum alkohol.
Melarang Puasa dan Keagamaan Mencolok
China juga dikatakan berusaha mencegah muslim uighur berpuasa selama Ramadan di Xinjiang pada tahun lalu.
Menurut Kongres Uighur Dunia (WUC), para pejabat di kawasan itu memerintahkan semua restoran untuk tetap buka, dirancang untuk mencegah orang-orang mengamati awal bulan suci Ramadhan.
Pihak berwenang China juga dituduh menempatkan anak-anak Uighur dan mereka dari kelompok etnis minoritas lainnya ke panti asuhan yang dikelola negara di wilayah Xinjiang barat.
Meski orang tua mereka masih hidup, karena sekitar satu juta orang dewasa di keluarga mereka dikirim ke kamp interniran.
Dilxat Raxit, seorang uighur dari Kongres Uighur Dunia yang diasingkan, juga mengklaim para pejabat di Xinjiang memperingatkan mereka bahwa mereka harus menyerahkan benda-benda keagamaan seperti Al-Quran atau menghadapi “hukuman keras”.
 
Sumber : The Independent London/Sindonews

X