by Danu Wijaya danuw | Aug 28, 2018 | Artikel, Berita, Nasional
JAKARTA – Timnas Basket China adalah favorit kuat peraih medali emas Asian Games 2018. Punya kualitas pemain mumpuni, fisik yang unggul, bahkan ada dua pemain yang berkiprah di NBA, kompetisi basket termahsyur milik Amerika Serikat.
Namun di balik kedigdayaan skuat besutan Li Nan, ada sosok yang membuat penasaran. Dia adalah bintang yang berposisi small forward, Abudushalamu Abudurexiti. Jika melihat namanya, Abudurexiti tak memiliki nama seperti pemain China lainnya.
Ya, Abudushalamu Abudurexiti lahir di Xinjiang, sebuah wilayah yang dihuni mayoritas oleh suku Uighur, 22 tahun silam.
Seperti yang diketahui, Suku Uighur adalah suku yang memeluk agama Islam dan sering jadi diperlakukan tak adil oleh pemerintah pusat China.
Sebagai seorang Suku Uighur, Abudushalamu pun beragama Islam. Namun demikian, Abudushalamu tetap saja jadi andalan di skuat Timnas Basket China.
Ia memulai kiprahnya bersama Timnas Basket China, di Kejuaraan Asia Basket 2016 di Chenzou. Tak tanggung, Abudushalamu mampu mengantar China tampil sebagai juara.
Punya tinggi badan 2,03 meter, dan akurasi tembakan tiga angka yang mematikan, Abudushalamu jelas jadi salah satu potensi yang dimiliki China.
Bersama klubnya, Xinjiang Flying Tigers, Abudushalamu mampu mempersembahkan gelar juara Chinese Basketball League (CBA) 2017.
Pemain terbaik NBA di Amerika

Tak cuma itu, dikutip NBA.com, Abudushalamu pernah memperkuat klub juara NBA, Golden State Warriors, di ajang Classic Summer League 2018.
Sejumlah klub NBA dikabarkan siap meminangnya. Beberapa klub tersebut antara yakni Portland Trail Blazers, Dallas Mavericks, dan Brooklyn Nets.
Dalam laga terakhir di babak perempat final Asian Games 2018, Abudushalamu telah jadi momok buat Timnas Basket Indonesia.
Catatan double-double (24 poin, 10 rebound) mengantar China lolos ke semifinal dan akan berhadapan dengan China Taipei.
Sumber : Viva
by Danu Wijaya danuw | Aug 28, 2018 | Artikel, Berita, Nasional
Jakarta – Pesilat Indonesia Abdul Malik berhasil menorehkan tinta emas di ajang Asian Games 2018. Ia mendapatkan medali emas di final pencak silat nomor B (50-55kg) setelah mengalahkan pesilat Malaysia Muhammad Faizul M Nasir dengan skor 0-5.
Dan, sesuai janji pemerintah, atlet yang berhasil mendapatkan medali emas akan mendapatkan bonus sebesar Rp1,5 miliar.
1. Malik Akan bangun masjid
Dengan bonus tersebut Malik mengatakan dirinya akan membangun masjid. Menurutnya hal itu sudah lama dipikirkannya sebelum dia bertanding di pentas Asian Games 2018.
“Yang pertama aku pikirin sebelum bertanding itu bangun masjid,” kata Malik di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta Timur, Senin (27/8).
2. Bangun masjid di tanah kelahirannya
Malik berjanji akan membangun 3 buah masjid di daerah kelahirannya di Sulawesi Utara. Ketiga tempat yang akan dibangun masjid adalah Bitung, Tondano dan Manembo.
“Di daerah aku, di tiga daerah. Tiga masjid di Sulawesi Utara, Bitung, Tondano sama Manembo,” sebutnya.
3. Dibantu orang tua
Malik yang lahir di Manado nantinya akan dibantu kedua orangtuanya dalam membangun masjid yang ia cita-citakan. Ia sendiri belum tahu berapa alokasi dana yang diperlukan untuk membangun ketiga masjid itu.
“Bapak asli Makassar Sulawesi Selatan. Dana berapa yang dibutuhkan belum dihitung nanti ada bapak itu bisa ngatur juga,” pungkas Malik.
Sumber : IDNTimes
by Danu Wijaya danuw | Aug 26, 2018 | Artikel, Berita, Nasional
Bertepatan dengan ibadah haji bulan Dzulhijjah, di tanah air beredar video secara viral mantan Paus Benediktus XVI sedang melempar jumrah di jamarat dengan pengawalan ketat polisi Arab Saudi.
Sebuah akun milik Al Saud Royal Family di Instagram menjelaskan, bahwa video dan foto yang beredar bukanlah Paus Benediktus VXI, tetapi Gubernur Makkah, Pangeran Khaled Faisal.
“Pangeran Khaled Faisal sedang melempar sedang melempar jumrah sebagai bagian dari kegiatan ibadah haji didampingi anaknya Pangeran Saud Bin Khaled Faisal dan Pangeran Abdullah bin Bandar Bin Abdul Aziz,” tulis akun alSaud Royal Family.
Sebelumnya, 28 Februari 2013, pria bernama asli Joseph Aloisius Ratzinger mengumumkan mengundurkan diri menjadi pemimpin Katolik sedunia dan sejak itu diisukan masuk Islam.
Beberapa media asing menyebutkan, mundurnya Ratzinger, karena usianya yang terlalu tua dan beberapa kasus skandal seks yang menimpa gereja Katolik.
Mundurnya Paus ke-265 ini adalah yang keempat kali dalam sejarah Vatikan, yang terakhir terjadi tahun 1415. Sementara, di era modern, ini adalah yang pertama.
“Banyak orang percaya pada berita tipuan tanpa mencari kebenaran,” tulis pemilik akun @Muhartatitaz.
Sebuah media Arab menyebutkan, kebanyakan jamaah menghabiskan dua atau tiga hari Dzulhijjah di Mina untuk lempar jumrah.
Termasuk Pangeran Khaled Al-Faisal, Penasehat Dua Masjid Suci dan Ketua Komite Haji, dan Wakil Gubernur Makkah, Pangeran Abdullah Bin Bandar juga melakukan ritual di pagi hari dan dilanjutkan pergi Makkah untuk melakukan Tawaf Ifadah.
Dengan berita ini cukup menjadi penjelas atas simpang siurnya informasi yang ada.
Sumber : Hidayatullah/MoeslemToday
by Danu Wijaya danuw | Aug 22, 2018 | Artikel, Berita, Internasional
Kendati Idul Adha, kegiatan Asian Games 2018 di Jakarta – Palembang tetap berjalan sebagaimana biasanya, Rabu (22/8/2018).
Hanya saja, perayaan Lebaran Idul Adha tetap digelar di kawasan Wisma Atlet Jakarta dan Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, khususnya sholat Ied kali ini.
Pengawas K3 PT JSC, Rusli Nawi, mengatakan sebanyak 1.500 jemaah melaksanakan sholat Ied di masjid tersebut pagi tadi. Termasuk atlet, ofisial, pegawai, volunter, dan pekerja harian lepas (PHL).
“Atlet, ofisial, pegawai, PHL, semua tampak khusyuk sholat Ied di sini tadi pagi. Atlet dari dalam maupun luar negeri seperti Uzbekistan, Malaysia, Filipina, Iran, dan lain-lain, campur baur di sini memenuhi masjid,” kata Rusli selepas sholat.

Di wisma atlet kemayoran selepas shalat, para atlet dengan khusyuk mendengarkan khotbah Idul Adha dari Khotib Syekh Huseen Jaber.
Bukan hanya para atlet, Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INAGOC) Erick Tohir juga turut hadir dalam pelaksaan shalat Idul Adha di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta pagi ini
Adapun di Jakabaring Palembang setelah sholat Ied berjamaah, mereka pun sempat bersalaman diiringi selawat setelah mendengarkan khotbah dari khotib sekaligus imam sholat, Al Ustadz Abu Khoir.
Menariknya, meski jamaah termasuk atlet dan ofisial dari mancanegara namun ceramah yang disampaikan tetap menggunakan bahasa Indonesia.
“Tema ceramahnya tadi soal pengurbanan Nabi Ibrahim dikaitkan dengan perjuangan atlet selama Asian Games ke-18 ini,” tutur Rusli yang juga sempat memberikan sambutan sebelum sholat.
Meski Hari Raya Idul Adha ini disebut hari raya Kurban, namun kata Rusli, tidak ada pemotongan hewan Kurban yang dilakukan di JSC mengingat kesibukan dan waktunya tidak memungkinkan.
Seusai sholat pun sebagian besar atlet cepat masuk ke penginapan. Mereka melanjutkan aktivitas seperti biasa dengan diawali sarapan.

Rusli menambahkan, pada hari ini pun masih akan dilaksanakan pertandingan-pertandingan Asian Games ke-18. Namun berbeda dari hari biasanya, pertandingan hari ini dijadwalkan mulai pukul 10.00 WIB.
“Beberapa cabang olahraga yang dijadwalkan bertanding hari ini antara lain boling, dayung, kano, menembak, sepakbola wanita, sepaktakraw, tenis dan voli pantai,” imbuhnya
by Danu Wijaya danuw | Aug 22, 2018 | Artikel, Berita, Nasional
VIVA – Ribuan umat Islam di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) merayakan hari raya Idul Fitri di lapangan-lapangan dan lokasi pengungsian. Dengan segala keterbatasan di tengah musibah gempa yang terus terjadi, mereka tetap khusyuk beribadah dan berkurban.
Ketua MUI Mataram Tuan Guru Haji Abdul Manan, yang bertindak sebagai penceramah dan imam shalat Idul Adha di lapangan Kota Mataram, merasakan suasana yang berbeda pada Idul Adha tahun ini. Warga Lombok dan Mataram dilanda ketakutan dan kepanikan pasca gempa yang mengguncang wilayah NTB.
“Biasanya salat Idul Adha dilaksanakan di masjid, namun tahun ini Idul Adha berada di lapangan tempat pengungsian. Ini menyisakan satu kesedihan tersendiri,” kata Tuan Guru Haji Abdul Manan saat berbincang dengan tvOne.

Masjid yang hancur karena gempa Lombok
“Jadi kita seluruhnya dalam pandangan iman, semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Segalanya adalah suatu kebaikan, ketika ditimpa kebaikan kita bersyukur, ketika ditimpa tidak mengenakan seperti kondisi ini kita juga bersyukur,” ujarnya.
Tak lupa, Ia mendoakan kepada seluruh korban maupun pengungsi korban agar selalu sabar dalam menghadapi musibah, dan semoga Lombok dan NTB dijauhkan dari segala musibah baik secara fisik maupun non fisik.
“Ya Allah jadikan ujian yang Engkau berikan ini dapat menaikkan derajat kami di mata-Mu,” pintanya.
Ribuan warga di kawasan Lombok, NTB, mengungsi setelah rumah mereka hancur diguncang gempa sejak Minggu (5/8) lalu. Meski begitu, pengungsi yang beragama Islam tetap melaksanakan salat Idul Adha di lapangan dekat tenda pengungsian dengan menggunakan terpal sebagai sajadah.
Sumber : Viva
by Danu Wijaya danuw | Aug 17, 2018 | Artikel, Berita, Nasional, Sejarah
Pada hari Sabtu, 18 Agustus 1945 M, bertepatan 10 Ramadhan 1364 H, diadakan pertemuan awal untuk merumuskan dasar ideologi bangsa dan negara, Pancasila, serta konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 yang diikuti oleh: K.H. Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama), Ki Bagus Hadikusumo (Persyarikatan Muhammadiyah), Kasman Singodimejo (Persyarikatan Muhammadiyah), Muhammad Hatta (Sumatra Barat), dan Teuku Muhammad Hasan (Aceh).
Pada pertemuan ini, dibicarakan tentang perubahan sila pertama Pancasila dalam Piagam Jakarta, 22 Juni 1945 M, Jumat Kliwon, 11 Rajab 1364 H, yakni “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya“.
Bunyi sila pertama ini diambil dari isi Piagam Jakarta yang ditetapkan pada sidang BPUPK kedua sebelumnya pada 10 Juli 1945 M. Bahwa Piagam Jakarta, 22 Juni 1945, telah disepakati oleh semua komponen bangsa Indonesia.
Pada 18 Agustus 1945 M, Piagam Jakarta yang sudah disepakati di BPUPK dihapus, dengan alasan ada keberatan dari pihak Kristen Indonesia Timur.
Konon, datang seorang utusan dari Indonesia Bagian Timur, melalui opsir Tentara Jepang yang waktu itu masih berwenang di Jakarta. Utusan tersebut menyampaikan pesan kepada Soekarno dan Hatta untuk mencabut “tujuh kata” yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Kalau tidak, umat Kristen di Indonesia sebelah Timur tidak akan turut serta dalam negara Republik Indonesia yang baru saja diproklamirkan.
Perubahan ini semula ditolak, baik oleh K.H. Wahid Hasyim maupun Ki Bagus Hadikusumo, seperti penolakan Bung Karno dalam Rapat Pleno BPUPK pada 14 Juli 1945 M, sesudah penandatanganan Piagam Jakarta, dengan alasan telah disetujui oleh seluruh Panitia Sembilan.
Namun, Bung Hatta malah mengusulkan untuk menghapus “Tujuh Kata” dalam Piagam Jakarta yang telah disetujui Panitia Sembilan.
Dengan adanya pertemuan khusus kelima wakil di atas akan mudah disetujui penghapusan tersebut. Akhirnya, Ki Bagus Hadikusumo menyetujui penghapusan Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta tersebut, dengan syarat kata “Ketuhanan” ditambahkan dengan “Yang Maha Esa“. Usul ini diterima oleh kelima wakil di atas.

Dari peristiwa persetujuan inilah menjadikan perumusan final Pancasila sebagai dasar negara sehari sesudah Proklamasi, Sabtu 18 Agustus 1945 M, atau 10 Ramadlan 1364 H. Sila pertama yang asalnya berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
K.H. Saifuddin Zuhri menulis tentang masalah ini, “Dihapuskannya 7 kata-kata dalam Piagam Jakarta itu boleh dibilang tidak “diributkan” oleh umat Islam, demi memelihara persatuan dan demi ketahanan perjuangan dalam revolusi Bangsa Indonesia,
Sukarno dalam sidang BPUPKI berpidato “Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai panca indra. Apa yang bilangannya lima? Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan; lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa–namanya ialah Pancasila,”
Sumber : Dakwatuna/Detik