Assalamulaikum..
Saya nak bertanyakan mengenai perkara diatas. Pada bulan 6 /2014 isteri saya telah melahirkan anak, masuk bulan Ramadhan isteri saya tidak berpuasa selama sebulan kerana bimbang memudaratkan diri sendiri dan bayi. sebelum masuk bulan ramadhan 2015 isteri saya hanya dapat qada puasa selama 25 hari sahaja.
Soalan saya, selepas bulan ramadhan 2015, adakan isteri saya perlu qada dan bayar fidyah untuk baki 5 hari yang tak sempat ganti atau fidyah perlu dibayar untuk sebulan?
Harap ustaz/ustazah dapat terangkan, sekian terima kasih.
Jawaban:
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillahi Rabbil alamin. Wash-shalatu wassalamu ala Asyrafil Anbiya wal Mursalin.
Puasa Ramadhan tahun lalu yang tidak dikerjakan oleh isteri Anda lantaran baru melahirkan dan masih menyusui menjadi hutang yang harus dibayarkan. Pembayaran hutang puasa tersebut memang hendaknya dibayarkan secepat mungkin ketika mampu. Kalau tidak mampu tahun ini karena masih menyusui maka bisa pada tahun berikutnya. Demikian syariat memberikan kemudahan kepada kita dalam kondisi ada udzur. “Siapa di antara kalian yang sakit atau dalam kondisi safar, ia bisa menggantingnya di hari yang lain.” (QS al-Baqarah: 184). Artinya siapa yang memiliki udzur sehingga tidak bisa mengganti hutang puasa tahun lalu, cukup menggantinya di kala memiliki kesempatan walaupun sudah lewat setahun.
Namun bagi yang tidak memiliki udzur sampai datang Ramadhan berikutnya, maka selain harus mengganti hutang puasanya ia juga harus bertobat, dan memberi fidyah atau makan kepada seorang miskin per hari yang ditinggalkan sebagaimana pendapat Ibnu Abbas ra dan yang lain. Hal ini menjadi pendapat madzhab Maliki, Syafii, dan Hambali. Akan tetapi menurut imam Abu Hanifah cukup dengan membayar hutang puasa sebanyak hari yang terlewat; tanpa perlu membayar fidyah. Menurut Dr. Yusuf al-Qardhawi, membayar fidyah adalah termasuk amalan baik jika dikerjakan. hanya saja, jika ditinggalkan insya Allah tidak berdosa. Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb.