Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Pada suatu hari, seorang anak yang berusia sepuluh tahun masuk ke dalam cafe. Ia duduk di sebuah meja. Seorang pelayan wanita segera meletakkan sebuah gelas berisi air di depannya. Lalu anak tadi bertanya, “Berapa harga es krim dengan coklat?” pelayan itu menjawab, “Lima dollar.”
Si anak mengeluarkan tangan dari sakunya dan mulai menghitung uang yang ia miliki. Ia kembali bertanya, “Baik, berapa harga es krim tanpa coklat?”
Ketika itu banyak pelanggan lain yang menunggu kosongnya meja di cafe agar bisa duduk. Sehingga si pelayan menjadi marah dan menjawab dengan ketus, “Empat Dollar.”
Si anak kembali menghitung uangnya. “Kalau begitu saya pesan es krim biasa,” ujarnya. Si pelayan segera memberikan pesanannya dan meletakkan kwitansi di atas meja lalu pergi.
Anak tadi menghabiskan es krimnya, lalu membayar, dan pergi meninggalkan cafe. Ketika pelayan kembali ke meja anak tadi dan mengelapnya ia menangis.
Ia menemukan uang satu dollar di samping mangkok yang sudah kosong. Anak tersebut sengaja tidak minum es krim bercampur coklat untuk menyisakan satu dollar guna diberikan kepada si pelayan.
Ketika itulah si pelayan menyesal telah memarahi orang yang justru bermurah hati padanya.