Oleh: Sharia Consulting Center
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana setan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih islami.
Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah Swt, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat. Orang-orang kafir, baik itu Yahudi, Nashrani, atau orang-orang musyrik yang masuk Islam berarti mereka telah bertaubat.
Begitu juga orang-orang yang berbuat maksiat, seperti membunuh, berzina, mencuri dan sebagainya, kemudian dia meninggalkan dosa tersebut dan kembali kepada Allah Swt, maka dia telah bertaubat. Adapun orang-orang yang meninggalkan kemaksiatan dan belum kembali kepada ajaran Islam, maka taubatnya belum sempurna, dan harus disempurnakan dengan cara kembali kepada ajaran Allah Swt, yaitu Islam.
(Baca juga: Persatuan Islam dan Ukhuwah di Bulan Ramadhan)
Taubat mencakup tiga dimensi waktu : masa lalu, sekarang dan akan datang. Yang terkait dengan masa lalu adalah penyesalan atas dosa yang telah dilakukan. Oleh karenanya disebutkan dalam hadits:
الندم توبة
“Penyesalan adalah taubat” (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Sedangkan yang terkait dengan masa kini adalah segera meninggalkan dosa tersebut sekarang juga. Faktor yang terkait dengan waktu yang akan datang adalah bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika taubat terkait dengan sesama manusia, maka ditambah satu unsur lagi, yaitu meminta dimaafkan atas segala kesalahannya dan menyelesaikan segala urusannya.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Oleh karena itu barangsiapa yang tidak taubat masuk kelompok yang zalim dan orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.
Allah Swt. berfirman: “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujuraat 11).
Ayat lain: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nur 31).
Dengan demikian hakikat taubat yaitu kembali dari apa yang dibenci Allah Swt. secara lahir dan batin menuju apa yang dicintai Allah secara lahir dan batin. Sehingga taubat adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti dan perjalanan awal, pertengahan dan akhir orang-orang beriman.
(Baca juga: Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah Ramadhan)
Langkah orang-orang beriman diawali dengan taubat, dan dalam proses dia terus-menerus bertaubat, hingga akhir dari amal harus ditutup dengan taubat. Inilah hikmah, kenapa mereka diperintahkan melakukan istighfar dan taubat, setelah melakukan amal shalih. Seperti setelah berwudhu, shalat, bahkan setelah berhasil melakukan semua tugas dan mendapatkan kemenangan, kita diperintahkan istighfar dan taubat.
Oleh karena itu, di bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah Swt. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka.
Taubat adalah sebuah sikap menyesali akan segala kesalahan, melepaskannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Dosa, maksiat dan kesalahan merupakan sebab inti dari keterpurukan dan krisis saat ini. Sehingga taubat adalah jalan pembuka untuk memulai hidup baru menuju yang lebih baik. Taubat dan istighfar menjadi syarat utama bagi bangsa Indonesia untuk mendapat maghfirah, rahmat dan karunia Allah Swt.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52).
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center