0878 8077 4762 [email protected]

Makna Akhlak yang Hakiki

Tausiyah Iman – 16 Mei 2016
 
Akhlak mulia tidak hanya ditunjukkan oleh sikap sopan saat bicara, santun dalam bergaul, atau dermawan pada manusia namun hak dan aturan Allah dilanggar.
Itu bukanlah akhlak, tetapi sebuah kemunafikan dan penipuan.
Engkau disebut berakhlak bila menjaga hak Allah, melaksanakan hukum-Nya, mematuhi perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.
(Ibnu Athaillah)
Ustadz Fauzi Bahreisy
(Baca juga: Mengisi Hati)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Prinsip Islam Moderat : Akhlak yang Mulia

Oleh: Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin)
 
Kita meyakini bahwa Islam sangat memperhatikan masalah akhlak sampai-sampai Allah SWT memuji Rasul-Nya dengan berkata
Engkau betul-betul berada diatas akhlak yang agung” (Q.S. al Qalam : 4)
Bahkan, Rasul menegaskan misinya kepada kita dengan bersabda,
Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah)
Lebih dari itu, Islam menjadikan berbagai kewajiban ibadah yang merupakan rukun Islam memiliki sasaran moral dan akhlak. Ia bertujuan merealisasikan akhlak tersebut dalam kehidupan manusia. Apabila sasaran tersebut tidak tercapai, berarti ibadahnya tidak sempurna dan layak tidak diterima oleh Allah.
Bahkan Islam menjadikan akhlak sebagai wujud konkret dari iman yang benar. Al Qur’an menggambarkan kaum beriman sebagai berikut
Orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya; orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna; orang-orang yang menunaikan zakat; orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela sementara siapa mencari yang dibalik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas; serta orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya” (H.R. al Bukhari, al Tirmidzi, dan Abu Dawud dari Abu Hurairah)
Islam mengajarkan berbagai akhlak diatas dalam inti ajaran agamanya yang berupa perintah dan larangan baik yang berasal dari Al Qur’an maupun Sunnah Nabi-Nya. Akhlak-akhlak yang mulia termasuk dalam kewajiban yang Allah perintahkan, sedangkan akhlak yang buruk termasuk kedalam hal yang Allah larang. Sejumlah hadist shahih juga mengaktualisasikan iman dalam keluhuran akhlak
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menyambungkan tali silaturahim. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ia tidak boleh menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia mengucapkan yang baik-baik atau diam.” (H.R. al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra)
Adil, ihsan, jujur, amanah, menepati janji, mencintai makhluk, sabar saat mendapat ujian dan kesulitan, malu, tawadhu, bangga dengan iman, dermawan, menjaga kehormatan, santun, memberi maaf disaat mampu membalas, menahan emosi, dan berbagai akhlak lain seperti berbakti kepada orang tua, memberi kepada kerabat, berbuat baik kepada tetangga, mengasihi orang miskin, anak yatim, ibnu sabil, dan pembantu, menolong orang yang lemah, membantu orang yang membutuhkan.
Semua akhlak tersebut termasuk yang diperintahkan agama, yang Allah anjurkan kepada kaum beriman, yang dengannya memberikan kabar gembira kepada mereka yang berbuat baik dan bertaqwa. Hal ini sebagaimna disebutkan pada ayat-ayat permulaan dari surat Al Anfal, awal surat al Mukminun, pertengahan surat Al Ra’ad, beberapa ayat terakhir surat al Furqon sebagai potret hamba Allah yang Maha Penyayang, juga pada surat al Dzariyat sebagai potret kaum bertakwa dan berbuat baik, serta dalam surat al Ma’arij dan dalam berbagai surat lainnya.
Adapun kebalikan seperti berbuat aniaya, melampaui batas, berdusta, berkhianat, menipu, menyalahi janji, bertindak kasar, sombong, angkuh, menggunjing, mengadu domba, bersaksi palsu, melakukan kejahatan baik yang tampak maupun yang terselubung, mencandu narkoba, durhaka kepada orang tua, memutuskan silaturahim, menyakiti tetangga, menghardik anak yatim, berbuat kasar kepada orang miskin, tidak saling menasehati dengan kebenaran, kesabaran dan kasih sayang, membiarkan kemungkaran merajalela, mengingkari perbuatan zaiim serta takut menegurnya.
Semua akhlak buruk tersebut dan yang sejenisnya termasuk larangan dan kemungkaran dalam Islam. Bahkan sebagiannya dianggap sebagai dosa besar sebagaimana disebutkan oleh sejumlah nash berikut
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mengajurkan memberi makan orang miskin” (Q.S. al Maun : 1-3).
“Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji atom” (H.R. Muslim, al Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abdullah ibn Mas’ud ra)
Cukuplah seseorang dikatakan jahat ketika ia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim, Abu Dawud, dan Ibn Majah dari Abu Hurairah ra)
Seorang wanita masuk kedalam neraka karena kucing yang ia tahan sampai mati” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Akhlak  Islam mencakup semuanya. Tidak ada satupun yang terpisah dari seluruh aspek kehidupan. Hal ini berbeda dengan filsafat peradaban lain yang memisahkan antara ilmu dan akhlak, antara ekonomi dan akhlak, antara politik dan akhlak, serta antara perang dan akhlak. Sementara Islam mengikat semuanya dengan akhlak.
Mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman dengannya terkait dengan darah dan harta mereka” (H.R. Tirmidzi, an Nasai, dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra).
Islam tidak membenarkan konsep tujuan menghalalkan segala cara. Islam tidak membenarkan penggunaan berbagai sarana yang keluar dari kerangka akhlak untuk mencapai tujuan mulia. Namun tujuan mulia tersebut harus dicapai lewat sarana yang bersih. Mencapai kebenaran dengan cara yang bathil sama sekali tidak bisa dibenarkan. Misalnya membangun masjid dengan uang suap, riba dan penimbunan
Allah Maha Baik hanya menyukai yang baik-baik” (H.R. Muslim dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra)
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

Ringkasan Taklim : Berdakwah dengan Akhlak

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
 
Berdakwah dengan Akhlak
Ahad, 7 Februari 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Habib DR. Salim Segaf Al Jufri, MA.
 
Mukmin yang punya akhlaq yang mulia akan dekat kedudukannya dengan Nabi Muhammad  صلى الله عليه وسلم :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya” (HR. Tirmidzi)
Seorang mukmin harus berakhlaq mulia kepada Allah, Rasulullah, kedua orang tua, mukmin dan manusia pada umumnya.
1. Akhlaq kepada Allah
Bersyukur kepada Allah
Allah telah memberikan banyak nikmat yg tak terhitung jumlahnya.
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)“. (QS. Ibrahim:34)
Maka orang yang mudah mengeluh rezeki sempit, hidup sulit, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah, berarti pula dia tidak berakhlaq kepada Allah. Padahal jika diberikan padanya uang milyaran, tapi matanya diambil misalnya, maka ia pun tiak akan mau.
Jika kita bersyukur kepada Allah, maka kita akan mudah menjalankan perintahNya. Seandainya balasan setiap ibadah misalnya shalat diberikan balasannya dalam nominal uang yang besar pastilah semua manusia siap melakukannya. Padahal yang sudah Allah berikan kepada manusia itu tak ternilai, dan Allah memberikan balasan dari setiap ibadah yang kita lakukan lebih baik dari dunia dan seisinya.
Pesan Lukman kepada anaknya: “Wahai anakku jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu, ia berkokok di akhir malam sementara engkau tidur pulas”.
2. Berdakwah di jalanNya.
Setiap muslim adalah da’i bukan hakim. Tugas kita adalah mengajak manusia ke jalan Allah. Bukan menghakimi, mengadili atau menvonis manusia.
Allah tidak membutuhkan ibadah kita, dakwah kita, jihad kita, infaq kita. Allah menyampaikan perintah-perintahNya kepada kita karena sayang kepada kita agar kita beruntung. Jika kita tidak mau melakukan perintah Allah, maka Allah akan menggantikan kita dengan kaum lain yang mau melakukannya.
Jika burung Hud-hud saja yang tidak terkena beban dakwah, dia sangat semangat sampai terbang ribuan mil membantu Nabi Sulaiman dalam berdakwah, bagaimana dengan kita manusia.
Semangat yang luar biasa dengan disertai akhlaq mulia yang bisa menyebabkan risalah Islam ini tersebar.
Islam tidak mengajarkan teori, tapi praktek atau amal. Rasulullah tidak pernah bertanya apa keutamaan suatu amalan, tapi to the point, siapa yang hari ini melakukan kebaikan-kebaikan.
Berdakwah tidak harus dengan ceramah, tetapi bisa dengan apa saja yang kita miliki untuk membantu orang lain mengajak kebaikan, atau menjadi penghubung bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Hidup ini tentang berbagi. Jangan menjadi pribadi yang egois. Berbagilah dengan apa yang kita miliki. Berbagilah dengan kebahagiaan, kita akan semakin bahagia. Berbagilah dengan ilmu kita akan semakin mendapatkan ilmu. Berbagilah dengan senyum, berbagilah apapun yang kita miliki.
3. Akhlaq kepada orangtua
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Perlakukanlah kedua orang tua di dunia dengan baik..” (QS. Luqman: 15)
Seorang muslim harus berakhlaq mulia kepada kedua orang tua sekalipun orang tua non muslim. Terlebih ketika mereka sudah tua renta semakin butuh perhatian anaknya.
Berbakti kepada orang tua adalah kunci sukses bagi anak, dunia dan akhirat. Sebaliknya, durhaka kepada orang tua celaka dunia dan akhirat, bahkan akan disegerakan adzabnya di dunia.
Memilih jodoh harus dengan ridho orang tua sehingga pasangan kita nantinya tidak menjadi penghalang kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita.
رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga” [HR. Muslim]
قَالَ ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا ثَلَاث آيَات نزلت مقرونة بِثَلَاث لَا تقبل مِنْهَا وَاحِدَة بِغَيْر قرينتها أَي
(إِحْدَاهمَا) قَول الله تَعَالَى {أطِيعُوا الله وَأَطيعُوا الرَّسُول} فَمن أطَاع الله وَلم يطع الرَّسُول لم يقبل مِنْهُ
(الثَّانِيَة) قَول الله تَعَالَى {وَأقِيمُوا الصَّلَاة وَآتوا الزَّكَاة} فَمن صلى وَلم يزك لم يقبل مِنْهُ
(الثَّالِثَة) قَول الله تَعَالَى {إِن اشكر لي ولوالديك} فَمن شكر الله وَلم يشْكر لوَالِديهِ لم يقبل مِنْهُ وَلذَا قَالَ النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم رضى الله فِي رضى الْوَالِدين وَسخط الله فِي سخط الْوَالِدين
Berkata Ibnu Abbas ra ada 3 ayat yang memuat perintah bergandengan (merupakan 1 paket). Tidak diterima jika salah satunya tidak dilaksanakan:
1. {أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ} [النساء: 59]
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulullah“.
Barangsiapa siapa yang menta’ati Allah tapi tidak menta’ati Rasul maka ia tidak diterima keta’atannya.
2.  {وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ} [البقرة: 43
Tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat“.
Barangsiapa siapa yang shalat tapi tidak menunaikan zakat maka tidak diterima shalatnya.
3.  {اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ} [لقمان: 14]
Bersyukurlah kepada Allah dan bersyukurlah (berterima kasihlah) kepada kedua orang tua“.
Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah tapi tidak bersyukur / berterima kasih kepada orang tua maka itu pun juga tidak diterima, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda “Keridhaan Allah tergantung keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”
وَ اللهُ أَعْلَمُ بِالصَّواب
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!