Mosul Akhirnya Bebas dari ISIS, PM Irak Rayakan Bersama Tentara dan Warga

Mosul Akhirnya Bebas dari ISIS, PM Irak Rayakan Bersama Tentara dan Warga

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi tiba di Mosul, Minggu (9/7) siang waktu setempat, untuk mengucapkan selamat kepada pasukan Irak atas kemenangan mereka melawan ISIS setelah hampir sembilan bulan terlibat dalam perang kota.
“Panglima tertinggi angkatan bersenjata (Perdana Menteri) Haider al-Abadi tiba di kota Mosul yang sudah dibebaskan dan menyelamati para pejuang dan rakyat Irak yang heroik,” demikian pernyataan kantor perdana menteri Irak, seperti dikutip Reuters.
Televisi Irak juga menayangkan Haider al-Abadi berkeliling Mosul dengan berjalan kaki bersama warga kota terbesar kedua di Irak itu.
Sebelum kedatangan Abadi, muncul laporan yang menyatakan perang masih terjadi dan kepulan asap terlihat di atas kota. Sekitar 30 militan ISIS dilaporkan tewas dibunuh ketika berupaya melarikan diri dengan terjun ke Sungai Tigris.
Operasi untuk merebut kembali Mosul, yang dikuasai ISIS sejak memproklamasikan kekhalifahan pada 2014, dilancarkan pasukan Irak mulai Oktober 2016 dengan dukungan serangan udara dari pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Kelompok pejuang Kurdi Peshmerga yang dilatih Turki, masyarakat suku Sunni Arab, dan kelompok militan Syiah dilaporkan ikut terlibat dalam perang di Mosul.
Kekalahan di Mosul merupakan pukulan hebat bagi ISIS yang juga sudah kehilangan pijakan di Kota Raqqa, Suriah, yang sedang digempur serangan pasukan global.
Prancis dan Inggris sudah mengucapkan selamat atas kekalahan ISIS di Mosul.
“Mosul telah dibebaskan dari ISIS,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron seperti dikutip Reuters.
Sedangkan Menteri Pertahanan Inggris mengatakan: “Saya sudah menyelamati Perdana Menteri Abadi dan pasukan Irak yang telah bertempur dengan gagah berani dan cermat melawan musuh yang brutal.”
Bagaimanapun, direbutnya kembali Mosul tidak berarti bahwa ISIS benar-benar sudah berakhir di Irak karena mereka masih menguasai beberapa wilayah kecil, seperti Tal Afar dan tiga kota lain di Propinsi Anbar.
Kelompok itu juga masih memiliki kemampuan untuk mengebom daerah-daerah yang dikuasai pemerintah.
Sebagian besar kota hancur

19756332_1389062261180952_8000110914068294359_n

Kota Mosul yang sudah porak poranda ditinggal oleh sekitar 900.000 penduduknya sejak perang dimulai tahun 2004/Foto : AFP


Perang Mosul yang berlangsung selama tiga tahun telah membuat sebagian besar kota hancur, ribuan orang terbunuh dan sejuta orang tercerai berai.
Sejumlah lembaga bantuan memperkirakan sekitar 900.000 penduduk kota sudah mengungsi sejak tahun 2014, atau setengah dari total jumlah penduduk kota itu sebelum perang.
Bersamaan dengan pernyataan kemenangan atas Mosul, lembaga sosial Save The Children memperingatkan dampak kejiwaan perang atas anak-anak ‘yang dihantui oleh kekerasan ekstrem, atau meninggalnya seseorang yang dikasihi di depan mereka.’
“Saat ini dunia nyaris tidak memberikan bantuan dana untuk kesehatan mental,” kata Ana Locsin, Direktur Save the Children di Irak.
 
Sumber : Reuters/Sayangi.com

Dibulan Puasa, Jurnalis Muslim Ranu Divonis Bebas

SEMARANG – Ranu Muda Adi Nugroho, wartawan Panjimas.com, yang sempat mendekam di balik terali besi selama berbulan-bulan akhirnya menghirup udara bebas. Ranu dan para tokoh pimpinan Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) yang ditangkap pada akhir Desember 2016 lalu divonis bebas.
Ranu yang saat itu tengah bertugas meliput, ikut terseret kasus aksi nahi munkar kemaksiatan di cafe Social Kitchen yang menjajakan miras dan tarian erotis. Namun justru dipenjarakan.
Hari ini di persidangan terakhirnya di Pengadilan Negeri Semarang, Jalan Siliwangi 512, Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (31/5/2017), Ranu dan tokoh LUIS akhirnya divonis bebas.
“Menimbang pasal yang didakwakan oleh Jaksa penuntut umum, 1, 2 , 3, 4 dan 5 dan adanya bukti-bukti maka terdakwa dinyatakan tidak terbukti. Untuk itu Pengadilan Negeri Semarang menjatuhkan kepada para terdakwa, Edi Lukito, Salman Al Farizi, Yusuf Suparno, Endro Sudarsono, Joko Sutarto, Ranu Muda Adi Nugroho, Laksito dan Mulyadi tidak terbukti secara sah dengan dakwaan jaksa,” kata Pudji Widodo, Ketua Majelis Hakim PN Semarang.
“Membebaskan para terdakwa dan biaya perkara ditanggung oleh Negara,” imbuhnya seperti dikutip dari Panjimas
Menanggapi vonis bebas, Ranu Muda Adi Nugroho bersyukur kepada Allah Ta’ala. Setelah berbulan-bulan mendekam di penjara, akhirnya terbukti bahwa dirinya tidak bersalah. Ia berharap, jangan ada lagi jurnalis yang dikriminalisasi seperti dirinya.
“Pada kesempatan ini saya ingin sampaikan bahwa semoga saya jurnalis yang terakhir dikriminalisasi. Terakhir dan tidak ada lagi jurnalis yang diperlakukan seperti saya,” kata Ranu kepada wartawan usai sidang.
Ada banyak pihak yang selama ini mendukung Ranu dan kuasa hukumnya untuk memperjuangkan hak-haknya mencari keadilan sebagai warga negara. Oleh sebab itu ia tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukungnya.
“Terima kasih umat Islam semuanya yang terus menerus mendoakan saya,” pungkasnya.
Selama dipenjara, Ranu mengubah sel menjadi tempat berdakwah.
Rhanu menggelar majelis ta’lim yang diikuti narapidana di Kedung Pane.
Meski ia bukan Ustadz Kondang dan majelis ta’limnya itu hanya sederhana, setidaknya ia bisa mengisi waktu selama di dalam penjara, dengan terus beramal shalih. Ranu menyebutkan, salah satu santrinya itu adalah seorang muallaf.
“Ada tiga napi yang saat ini belajar Al Quran. Jika tak ada jadwal sidang, mereka belajar di kamar saya,” ujarnya
Anggota JITU (Jurnalis Islam Bersatu) ini memang sudah dikenal masyarakat khususnya tetangga sekitar rumah Ranu di Solo, sebagai aktivis masjid.
“Salah satu dari napi tersebut adalah seorang mualaf. Ia tertarik dengan Islam dan setiap hari kita belajar bersama. Mulai belajar shalat beserta bacaannya dan juga belajar Iqra,” ucapnya.
 
Sumber : Panjimas