0878 8077 4762 [email protected]

Rumah Tangga Awet, Terapkan Prinsip Ini

Telinga ini seakan lelah mendengar maraknya terjadi perceraian. Rumah tangga seolah-olah menjadi permainan. Banyak suami istri yang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan rumah tangganya. Alhasil, perpisahan menjadi langkah yang banyak diambil oleh mereka.
Padahal, keawetan rumah tangga itu harus diperjuangkan. Sebab, suami istri sudah terikat janji dalam ikatan suci pernikahan untuk saling melengkapi satu sama lain. Tentunya, sehidup semati mereka harus berusaha untuk tetap bersama. Tapi, bagaimana caranya agar rumah tangga bisa awet?
Perceraian tidak akan terjadi jika suami dan istri saling mengedepankan prinsip baik dalam berumah tangga. Prinsip apakah itu?
1. Prinsip yang pertama ialah kesetiaan.
Ya, setia memang terlihat mudah untuk dilakukan. Tetapi ternyata, banyak sekali godaannya. Setia berarti tetap menjaga hati hanya untuk pasangan kita, dan tidak mudah tertarik pada yang lain. Maka, suami istri harus mampu memantapkan hatinya satu sama lain untuk saling menjaga cinta dan kasih sayangnya.
2. Prinsip kedua ialah taat.
Sikap taat menunjukkan kepadatuhan kita kepada Sang Pencipta. Dialah yang menyatukan seorang perempuan dan lelaki untuk menjalin rumah tangga. Maka, dalam menjaga keutuhan rumah tangga, kita harus taat terhadap perintah-Nya. Sebab, melalui perintah-Nya itulah yang akan menentukan jalan menuju kebahagiaan.
3. Prinsip selanjutnya ialah takut pada azab Allah.
Jika kita bisa menerapkan rasa takut pada azab Allah, maka sepasang suami istri akan lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Sebab, segala sesuatu pasti diperhitungkan.
Ketiga prinsip itulah yang bisa membuat rumah tangga awet. Di mana satu sama lain saling menjaga hati untuk pasangannya.
Sepasang suami istri yang taat dan beriman kepada Allah, akan lebih mudah menggapai kebahagiaan berumah tangga. Sebab, ketenangan dan kedamaian tercipta di dalamnya.
Dan rasa takut akan azab Allah, menguatkan cinta mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya, demi menggapai ridha-Nya.
 
Referensi: Sang Bidadari, Karya: Sendi Rizaldi Supriadi Putra, Penerbit: Hakim Publishing

Besok Saya Ceraikan Kamu

Assalamualaikum. Ustad. Saya sudah menikah. Tetapi saya melakukan kesalahan yang membuat suami saya marah. “besok saya ceraikan kamu!” katanya. Saya mencoba berbicara dengannya tapi selama beberapa hari hanya itu yg diucapkan. Kemudian dia berubah fikiran. Dia memulangkan saya ke rumah orang tua saya dalam batas waktu yg belum ditentukan dengan tujuan agar saya instropeksi diri dan orang tua ikut menasehati. Saya mau bertanya, apa sebenarnya secara agama saya sudah bercerai dengan suami saya? Kalau suami saya menjemput saya dalam waktu lebih dari 3 bulan, masih sahkah pernikahan kami? Mohon dijawab, terima kasih banyak.
 
Jawaban
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du:
Pertama, bahwa janji untuk menceraikan atau mentalak di masa yang akan datang, tidak membuat jatuh talak. Talak baru jatuh kalau diucapkan dan diniatkan pada saat itu juga. Sehingga ucapan, “Saya akan ceraikan kamu besok” hanya terhitung sebagai janji bukan sebagai talak itu sendiri. Dalam hal ini sangat dianjurkan keesokan harinya ia tidak mewujudkan janjinya itu.
Kedua, memulangkan isteri ke rumah orang tua juga tidak termasuk talak selama tidak disertai dengan niat untuk talak. Apalagi jika jelas seperti yang Anda katakan bahwa maksud suami memulangkan Anda adalah agar Anda melakukan introspeksi dan agar orang tua Anda menasihati.
Karena itu, selama tidak ada ucapan cerai baik shorih maupun kinayah (kiasan) dari suami, maka talak tidak jatuh. Dan kapanpun suami menjemput Anda, hal itu adalah haknya karena Anda merupakan isterinya.
Namun kami sarankan hendaknya suami tidak meninggalkan isteri dalam waktu yang lama selama tidak ada kepentingan mendesak karena ia wajib memberikan nafkah lahir dan batin padanya sebagaimana isteri juga berkewajiban berkhidmah pada suami.
Ketiga, hendaknya Anda berdua berusaha untuk berkomunikasi dengan cara yang baik dan memecahkan persoalan keluarga dengan tenang. Tidak semua masalah berujung pada cerai atau yang mengarah kepadanya.
Cobalah untuk terus bersabar, memahami karakter pasangan, saling mengingatkan, serta saling berdoa agar Allah menumbuhkan keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga.
Wallahu a’lam
Wassalamu alaikum wr.wb