by Danu Wijaya danuw | Sep 7, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
Turki akan mengirimkan 10.000 ton bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Rohingya yang telah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
“Hasil pembicaraan kami dengan pemimpin Myanmar, kami diberikan jaminan ke wilayah tersebut. Kami akan mengirimkan 10.000 ton bantuan kemanusiaan.” Kata Presiden Erdogan (Rabu, 6/9/2017)
“Menteri Luar Negeri kami, Presiden Kemanusiaan Turki TIKA, istri dan anak saya merupakan bagian dari delegasi yang akan tiba di Bangladesh pada hari Rabu malam. Mereka akan berkeliling area pengungsian dan membagikan bantuan,” lanjutnya dalam sebuah pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan di ibukota Ankara.
Presiden Erdogan menambahkan, “Turki telah mengirimkan 1.000 ton bantuan kemanusiaan untuk Rohingya pada tahap pertama”
Erdogan juga menyatakan akan membawa kejahatan kemanusiaan ini ke Dewan Keamanan PBB.
Sebagaimana dilansir dari media Turki, Yeni Safak, sekitar 146.000 warga Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh akibat kekerasan di Myanmar.
Pemerintah Myanmar tidak mengizinkan organisasi asing memasuki wilayah tersebut, sehingga jumlah pasti korban jiwa juga belum dapat dipastikan.
Rakhine, yang terletak di sebelah barat Myanmar sejak lama dilanda kekerasan. Sejak kekerasan kembali meletus Oktober lalu, PBB melaporkan telah terjadi pemerkosaan massal, pembunuhan (termasuk terhadap bayi dan anak kecil), pemukulan brutal dan penghilangan paksa.
Sumber : Turkinesia/Yeni Safak
by Danu Wijaya danuw | Aug 6, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
ISTANBUL—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, membuka kembali masjid bersejarah era Ottoman, yakni Masjid Yildiz Hamidiye, yang berada di Besiktas, Istanbul, Turki, Jumat (4/8/2017).
Masjid Yildiz Hamidiye ini dibangun 132 tahun yang lalu pada masa Sultan Ottoman Abdulhamid II.
Pada acara seremoni pembukaan Masjid Yildiz Hamidiye, Erdogan mengungkapkan bahwa peradaban Islam di Irak, Suriah, dan Yerusalem tengah diserang.
Tak sedikit pula warisan peradaban Islam yang berada di tempat tersebut musnah akibat peperangan.
“Warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita, sengaja dihancurkan,” ujar Erdogan seperti dilanasir AnadoluAgency.
Oleh sebab itu, Turki, lanjut Erdogan, berkomitmen untuk menjaga dan memelihara warisan peradaban Islam yang berada di negaranya.
Selain itu, ujar Erdogan menambahkan, negaranya akan mewujudkan monumen baru, yakni dengan membangun masjid terbesar Turki, yaitu Masjid Camlica Istanbul. Pembangunan masjid ini dijadwalkan rampung tahun depan.
Sebelumnya, Masjid Yildiz Hamidiye dipugar oleh Directorate General of Foundations. Masa pemugaran yang memakan waktu empat tahun tersebut menelan biaya sekitar 27 juta lira Turki atau setara dengan 7,6 juta dolar Amerika Serikat.
Erdogan menilai, selain memelihara dan menjaga situs peradaban Islam, pembangunan monumen-monumen baru memang layak dilakukan. Hal ini dalam rangka untuk mendidik generasi muda dengan nuansa Islam.
Sumber : Sabah
by Danu Wijaya danuw | Jul 7, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Ankara – Joko Widodo mendapatkan sambutan kenegaraan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Penyambutan cukup unik karena ada pasukan yang berpakaian ala tentara Ottoman.
Sebelum Jokowi tiba, pasukan Turki telah disiapkan di halaman Istana Kepresidenan Turki, Ankara, Kamis (6/7/2017). Cuaca sangat cerah dengan suhu sekitar 26-28 derajat celcius.
Bendera Merah-Putih telah dikibarkan bersebelahan dengan Bendera Turki. Setelah persiapan usai, Presiden Erdogan keluar dari Istana dan komandan pasukan langsung memberi aba-aba untuk bersiap.
Erdogan menuruni tangga istana perlahan sambil mengenakan kacamata hitam di langkah pertamanya. Dia langsung melakukan inspeksi pasukan yang mengenakan seragam biru. Sementara itu pasukan yang berpakaian bak tentara Ottoman juga dalam posisi siap sambil memegang senjata tradisional.

Pasukan berpakaian kesultanan Ottoman
Erdogan lalu berjalan menuju gerbang menanti kedatangan Jokowi. Tak lama kemudian pasukan berkuda satu per satu melintas, ada yang membawa bendera Indonesia dan Turki.
Jokowi pun tiba dan langsung disambut Erdogan begitu pintu mobil dibuka. Mereka tampak bersalaman sebelum menuju tenda yang telah disiapkan.
Pasukan marching band memainkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan diiringi dentuman meriam. Setelah itu lagu kebangsaan Turki pun dimainkan.
Erdogan kemudian mengajak Jokowi melakukan inspeksi pasukan. Prosesi penyambutan pun usai dan Erdogan mengajak Jokowi masuk Istana untuk melakukan sederet agenda kenegaraan.
Rangkaian agenda yang akan dilakukan Jokowi yakni pertemuan empat mata dengan Erdogan, pertemuan bilateral dengan didampingi sejumlah menteri/kepala lembaga negara, penandatanganan nota kesepahaman, dan pernyataan pers bersama. Jokowi juga akan mendapatkan jamuan makan siang dari Erdogan
by Danu Wijaya danuw | May 18, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
Kehadiran Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan disambut ratusan pendukungnya saat dia masuk ke Blair House. Kerumunan massa meneriakkan nama Erdogan dan “merah dan putih” – warna bendera Turki.
“Hari ini, kita berada di luar garis partai,” kata Gunay Ovunc, generasi kedua Turki-Amerika yang menjadi ketua Komite Pengarah Nasional Turki-Amerika dikutip laman TRT.
Ozlem Timucin, seorang wakil presiden provinsi dari Partai AKP yang berkuasa, mengaku merasa perlu hadir untuk kedatangan Erdogan yang mengatakan bahwa “sebuah kehormatan” untuk menyaksikannya.
Setelah kedatangan Erdogan, utusan Turki di Washington mengucapkan terima kasih atas dukungannya, beberapa di antaranya mengatakan bahwa dia melakukan perjalanan ke Washington, D.C. dari tempat sejauh California di pantai barat.
Kedatangan Erdogan dibertemu Donald Trump di Gedung Putih untuk menghadiri pertemuan bilateral Oval Office yang dilanjutkan dengan sebuah konferensi pers.
Ia juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin bisnis dan agama Turki-Amerika di kediaman duta besar Turki di barat laut Washington, D.C.
Bahas Perang Suriah
Pertemuan Erdogan di Gedung Putih membicarakan tentang perang Suriah. Selain itu, Amerika melihat kekuatan Kurdi, YPG, sebagai bagian penting dalam perang melawan ISIS dan upaya untuk mengusir kelompok itu dari Raqqa.
Tapi Turki menganggap YPG sebagai teroris karena kaitannya dengan PPK yang telah melakukan pemberontakan di Turki selama tiga dekade.
Erdogan menyebut kunjungannya ke Washington sebagai “awal baru dalam hubungan Turki-Amerika.”
Baik Turki maupun Amerika telah mendukung kelompok oposisi di Suriah dalam perang enam tahun melawan pasukan dan para sekutu Presiden Bashar al-Assad.
Erdogan dan Trump Sepakat Perdamaian Timur Tengah
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sepakat untuk memperkuat kerja sama antara kedua negara. Terutama dalam hal pemberantasan organisasi-organisasi teroris.
Dalam konferensi pers bersama pada Selasa (16/05/2017) di Washington, Presiden Trump mengatakan, AS dan Turki sama-sama menghadapi serangan terorisme.
AS mendukung upaya Ankara dalam memerangi organisasi teroris seperti ISIS dan Partai Pekerja Kurdi (PKK), tambahnya.
Presiden Trump juga menegaskan, AS siap untuk bekerja sama dengan Turki dalam menghadirkan perdamaian di Timur Tengah, terutama Suriah.
Sementara itu, Presiden Erdogan mengatakan, situasi yang terjadi di Timur Tengah, mewajibkan kedua negara untuk bekerja sama. Baik itu dalam aspek pemberantasan teroris, maupun dalam aspek sumber daya dan investasi, tambah Erdogan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Turki itu juga menegaskan penolakannya terhadap keputusan AS yang mempersenjatai milisi Kurdi Suriah. Keputusan itu, menurut Erdogan, inkonsistensi dengan perjanjian antara Turki dan AS. Selain itu, Erdogan juga menyeru untuk memberantas semua organisasi teroris tanpa pilih-pilih.
Nitip Pesan Bahwa Gulen Terkait Kudeta Turki
Tak lupa, Presiden Erdogan juga menyampaikan kepada Presiden Trump bahwa Fethullah Gulen adalah orang yang bertanggung jawab atas upaya kudeta yang gagal pada Juni tahun lalu.
Hubungan Turki – AS sempat mengalami ketegangan pada beberapa bulan terakhir. Pemicunya adalah keputusan AS untuk mempersenjatai milisi Kurdi Suriah, dan keengganan AS untuk memulangkan Fethullah Gulen.
Sumber : Panji Islam/dakwatuna/hidayatullah
Editor: Cholis Akbar/Aljazeera