0878 8077 4762 [email protected]

Respon Mukmin

Tausiyah Iman – 21 April 2016
 
Ukuran keimanan seseorang ternyata tidak hanya dilihat dari ibadahnya, shalatnya, puasanya, hajinya, dan seterusnya. Akan tetapi, juga dilihat dari sikapnya ketika melihat dan merespon kemungkaran.
Saat melihat kemungkaran, seorang mukmin tidak boleh diam, abai, apalagi sampai ridha dan mendukung. Namun, ia harus menunjukkan pembelaan dan loyalitasnya kepada Allah dengan berusaha mengubah kemungkaran tersebut. Itulah ciri dari mukmin sejati.
Allah berfirman, “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Kalian menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran” (QS Ali Imran: 110).
Ustadz Fauzi Bahreisy
(Baca juga: Adab Di Dalam Majelis & Adab Terhadap Guru)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Memaknai Kesuksesan

Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Setiap manusia pasti menginginkan kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan. Ini merupakan fitrah dan tabiat yang melekat dalam diri setiap insan. Namun, bagaimana mempersepsikan kemenangan dan bagaimana cara untuk mendapatkannya, manusia terbagi dalam dua kelompok besar.
Pertama, kelompok yang menakar dan mengukur kemenangan dengan angka-angka dan sesuatu yang bersifat lahiriah dan fisik, seperti banyaknya harta, tingginya kedudukan, banyaknya suara dan dukungan, popularitas, serta aksesori duniawi lainnya.
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
[الجزء: ٢١ | الروم (٣٠)| الآية: ٧]
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.” (QS Arrum [30]: 7).
Karena orientasinya hanya tertuju kepada dunia, kelompok ini tidak memedulikan cara untuk mendapatkan kemenangan. Apakah benar atau salah, halal atau haram, baik atau tidak. Yang penting sukses dan menang.
Ketika apa yang diinginkan tercapai dan berhasil didapat, mereka menjadi bangga dan lupa diri, lalu bertingkah seperti Qarun, Firaun, dan Namrud. Sebaliknya, ketika gagal, mereka menjadi malu, stres, frustrasi, depresi, dan tidak sedikit yang berujung pada bunuh diri.
Adapun kelompok kedua, mereka adalah kaum beriman yang orientasi hidupnya jelas; yaitu tertuju kepada akhirat. Dunia bagi mereka hanya sarana untuk menggapai akhirat. Karena itu, standar kemenangan hakiki bagi mereka bukan dunia, tapi mendapat ridha Allah SWT dan meraih surga-Nya.
(Baca juga: Sejauhmana Hubungan Kita dengan Al Quran)
Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah menang. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS Ali Imran [3]: 185).
Mereka tidak terperdaya dengan dunia yang singkat dan fana. Mereka tidak mau tertipu dengan kesuksesan yang memperdaya.
Mereka tidak mau menghalalkan segala cara. Sebab,
‎ان الله طيب لا يقبل الا طيبا
mereka mengerti, Allah SWT Maha Baik. Dia hanya menerima yang baik-baik (Al Hadis).
Lalu, ketika kemenangan dan kesuksesan duniawi diraih, mereka bersyukur dan menampakkan kegembiraan secara proporsional.
(Baca juga: Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar)
Sebaliknya, ketika usahanya tidak seperti yang diharapkan, mereka bersabar; tidak stres dan frustrasi. mereka sadar bahwa seluruh amal dan karyanya tidak akan sia-sia. Sepanjang dilakukan untuk Allah SWT, ia akan membuahkan ganjaran di sisi-Nya.
Inilah kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan hakiki. Di dunia bahagia, dan diakhirat akan mendapat kebahagiaan yang jauh lebih besar.

Keringat Bahagia dan Derita

Tausiyah Iman – 15 April 2016
 
Penat, capek, dan lelah.
Belum lagi keringat yang mengucur di tubuh dan membasahi pakaian.
Itulah yang kita alami saat selesai bekerja dan beraktifitas.
Namun percayalah bahwa di samping sebagai reaksi tubuh akibat aktivitas dan kerja, keringat juga bisa menjadi saksi atas kebaikan atau keburukan seseorang di hari hisab.
Karena itu berbahagialah kalau masih bisa mengeluarkan keringat. Hanya saja, pastikan bahwa keringat itu keluar karena ibadah, taat, dan amal saleh yang dilakukan dengan sepenuh upaya.
(Baca juga: Cara Meraih Sukses)
Jika tidak, keringat tersebut akan keluar sebagai bentuk dan tanda duka.
Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata,
“Setiap tetes keringat yang tidak keluar di jalan Allah entah karena berhaji, jihad, puasa, qiyam, membantu sesama, atau amar makruf nahi mungkar, maka keringat tersebut akan keluar karena rasa malu dan takut di hari kiamat disertai panjangnya derita.”
Karena itu, biarlah keringat ini keluar dalam rangka kebaikan. Hanya saja, jangan sampai ia mengganggu dan membahayakan diri dan orang di sekitar kita…..
Ustadz Fauzi Bahreisy
(Baca juga: Peran Ibu)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Cara Meraih Sukses

Tausiyah Iman – 12 April 2016
Cara Meraih Sukses
 
Manusia mengharap banyak kebaikan dalam hidup.
Ia ingin senang, bahagia, sukses, dan jauh dari bencana
Bagaimana cara meraih itu semua?
Imam Ahmad ibn Hambal rahimahullah berkata,
‎إذا أحببت أن يدوم الله لك على ما تحب فدم له على ما يحب.
“Bila engkau ingin Allah terus memberimu seperti yang kau inginkan, persembahkan untuk-Nya apa yang Dia inginkan.”
Ustadz Fauzi Bahreisy
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
***
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Agar Tidak Tersesat Di Jalan

Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Belakangan ini muncul begitu banyak aliran dan pemikiran sesat di tengah-tengah masyarakat. Mulai dari yang mengaku sebagai nabi dan malaikat hingga kepada yang mengaku sebagai pengikut imam yang ma’shum (suci),  mulai dari kelompok yang mengingkari sunnah hingga kelompok yang mudah mengafirkan orang, mulai dari  kelompok yang mencela sahabat hingga yang mencela para isteri Rasulullah, mulai dari kelompok yang menafikan kebenaran agama hingga kelompok yang menganggap seluruh agama sama.
Munculnya berbagai kelompok dan aliran sesat tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Akan tetapi, yang paling dominan adalah kurangnya  pemahaman dan pengetahuan yang komprehensif tentang Islam. Inilah yang membuat banyak orang akhirnya tersesat dan menyempal dari jalan kebenaran.
Karena itu, beragama tidak bisa dibangun di atas landasan perasaan, kecenderungan, dan keinginan individu atau kelompok. Namun, beragama harus dibangun di atas landasan pemahaman dan pengetahuan. Itulah sebabnya wahyu pertama berbunyi, “Iqra!” (bacalah!). Lalu disusul kemudian dengan, “Nûn. Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (QS al-Qalam: 1). Juga Allah befirman, “Ketahuilah bahwa tidak ada ilah (Tuhan) selain Allah. Mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad: 19).
Ayat-ayat di atas dan sejumlah ayat Al Qur’an lainnya menegaskan pentingnya membaca, menulis, dan belajar. Namun, apa yang harus kita pelajari dan kita ketahui agar lulus dan selamat? Apa sumber pengetahuan utama muslim? Tentu saja Al Qur’an sebagai wahyu terakhir yang menjadi pedoman hidup muslim serta sunnah yang merupakan contoh aplikatif dari nilai-nilai Al Qur’an seperti yang ditampilkan oleh Nabi saw.
Ya, sumber pengetahuan pertama bagi muslim adalah Al Qur’an. Al Qur’an diturunkan sebagai panduan sempurna, “Pada hari ini Kusempurnakan untukmu agamamu, Kucurahkan  nikmat-Ku padamu, dan Aku rela Islam sebagai agamamu.” (QS. al-Maidah: 3). Karena itu, Allah sendiri yang menjaga orisinalitas Al Qur’an (lihat QS. al-Hijr: 9). Nabi pun menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman pertama dalam mendidik sahabat. Sehingga ketika Umar ra di awal-awal pernah berkeinginan membaca Taurat, Nabi saw mengingatkannya agar fokus kepada Al Qur’an. Bahkan beliau bersabda, “Andaikan Musa masih hidup, tentu ia juga akan mengikutiku.”
Pedoman kedua sesudah Al Qur’an adalah as-Sunnah. Karena yang paling memahami isi Al Qur’an adalah Rasul saw, maka sunnah beliau berfungsi menguatkan dan menjelaskan isi dan maksud Al Qur’an. Sehingga siapapun yang ingin memahami Al Qur’an dengan benar, harus kembali kepada Sunnah. Oleh sebab itu, antara Allah dan Rasul saw serta antara Al Qur’an dan as-Sunnah tidak bisa dipisahkan. Allah befirman, “Katakan, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya. jika kamu berpaling,  Allah tidak menyukai orang-orang kafir.’” (QS. Ali Imran: 32). “Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian.” (QS. an-Nisa: 59).  “Siapa yang taat kepada Rasul berarti ia taat kepada Allah.” (QS. an-Nisa: 80).
Demikian pula dalam hadits terdapat begitu banyak pesan dan arahan dari Nabi saw yang mengharuskan kita berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah. Di antaranya beliau bersabda, “Kalian harus mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa ar-Rasyidin sesudahku. Gigitlah ia dengan geraham kalian.”
Jadi seorang muslim tidak boleh mengabaikan sunnah. Al Qur’an dan Sunnah adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Mengabaikan Sunnah karena di dalamnya terdapat hadits yang dhaif dan maudhu (palsu), atau karena tampak maknanya berbenturan dengan Al Qur’an, hanya alasan yang dibuat-buat. Pasalnya, para imam dan ahli hadits telah melakukan proses investigasi dengan sangat cermat dan rapi untuk memilah kualitas dan derajat hadits. Juga kalau tampak ada benturan dengan Al Qur’an, hal itu tidak lain karena akal manusia yang tidak bisa mencerna dan memahami, bukan malah Sunnahnya yang digugat dan dicurigai.
Oleh  karenanya, dulu Abu Bakar ra saat diberi informasi tentang peristiwa isra dan mi’raj yang tampak tak masuk akal, beliau berkata, “Selama Nabi saw yang memberitakan, pasti benar.” Begitulah sikap muslim sejati. Ia percaya kepada semua informasi dari Rasul saw selama riwayatnya shahih dan valid. Imam Malik ra berkata, “Setiap orang bisa diambil dan ditolak perkataannya, kecuali Nabi saw.”
Kesimpulannya, agar tidak tersesat jalan, setiap muslim harus mengikuti dan berpegang pada apa yang telah dibawa dan diajarkan Nabi saw. Tidak lain adalah Al Qur’an dan as-Sunnah.  Wallahu a’lam.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 332 – 5 Juni 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!