by Danu Wijaya danuw | Nov 24, 2016 | Artikel, Tausiyah Iman
Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah.
“Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Tirmidzi)
Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Alah.
“Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).
Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah, hingga balasan rumah di surga.
“Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani)
Keempat, orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah.
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
Kelima, Allah mencukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda).
Keenam, orang yang mengerjakan shalat Dhuha telah mengeluarkan sedekah.
“Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).
Ketujuh, keutamaan lain dari sholat dhuha adalah memperoleh pahala haji dan umrah bagi siapa saja yang mengerjakannya. Dalam hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang sholat shubuh berjamaah kemudian duduk berdzikir untuk Allah hingga matahari terbit kemudian (dilanjutkan dengan) mengerjakan sholat dhuha dua rakaat, maka baginya seperti memperoleh pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya”. (H.R. Tirmidzi)
Kedelapan, Allah akan membangunkan istana di surga bagi orang yang sering mengerjakan sholat dhuha.
“Barangsiapa sholat Dhuha dua belas rakaat, maka Allah akan membangun baginya istana dari emas di surga”. (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kesembilan, setelah mengerjakan sholat, pastinya kamu akan berdo’a dulu. Adapun untuk do’a sholat dhuha adalah sebagai berikut:
اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
Sumber :
Buku Khasais al-Ummah al Muhammadiyah, Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Jun 1, 2016 | Artikel, Ramadhan
1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika telah datang bulan Ramadhan, Nabi bersabda, “Sesungguhnya, bulan yang penuh berkah telah datang kepada kalian. Allah mewajibkan kalian berpuasa. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di bulan ini terdapat satu malam yang nilainya lebih utama dari seribu bulan. Barangsiapa dihalangi dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah dihalangi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Baihaqi).
2. Arfajah meriwayatkan, “Suatu ketika, aku berada di tempat Utbah bin Farqad. Saat itu, ia sedang membicarakan puasa Ramadhan, lalu seorang laki-laki dari kalangan sahabat Nabi masuk. Melihat kedatangannya, Utbah merasa segan dan memilih diam. Orang itu lalu menyampaikan hadits tentang Ramadhan, ‘Aku mendengan Rasulullah saw. bersabda mengenai Ramadhan, ‘Pada bulan itu, pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka, dan setan-setan dibelenggu.’ Rasulullah juga bersabda, ‘Di bulan itu, seorang malaikat berseru, “Wahai pecinta kebaikan, bergembiralah. Wahai pecinta kejahatan, hentikanlah hingga Ramadhan berakhir.'” (HR. Ahmad dan Nasa’i. Sanad hadits ini hasan).
(Baca juga: Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan untuk Bertaubat)
3. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Shalat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing-masing, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).
4. Abu Sa’id Al-Khudri ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya, dan ia menjaga diri dari segala sesuatu yang harus dihindari, maka dosa-dosanya yang telah lalu pasti dihapuskan.” (HR. Ahmad dan Baihaqi dengan sanad yang baik)
5. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, dosa-dosanya yang terdahulu pasti diampuni.” (HR. Ahmad dan As-Habus Sunan).
Sumber :
Fiqih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit Al I’tishom Cahaya Umat
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | May 24, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : Sayyid Sabiq
Definisi Puasa
Secara bahasa, puasa berarti “menahan”. Allah SWT berfirman, “Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pengasih.” (QS. Maryam: 26). Berpuasa disini, bermakna “menahan diri dari berbicara”.
Secara istilah, berpuasa berarti “menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam, dengan disertai niat.”
Keutamaan Puasa
- Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Semua amalan manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Sesungguhnya, puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan memberinya ganjaran.’ Puasa itu adalah perisai, maka ketika datang saat berpuasa, janganlah berkata keji, berteriak-teriak, atau mencaci-maki. Jika dicaci-maki atau diajak berkelahi, hendaklah ia menjawab, ‘Aku sedang puasa. Aku sedang puasa.’ Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau kesturi. Orang yang berpuasa memperoleh dua kegembiraan: saat berbuka, ia bergembira dengan berbukanya, dan saat bertemu Tuhannya, ia bergembira dengan puasanya.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa’i).
- Riwayat Bukhari dan Abu Dawud berbunyi, “Puasa itu merupakan perisai. Jika seseorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata keji dan mencaci-maki. Jika ada orang yang mengajaknya berkelahi atau mencaci-makinya, hendaklah ia berkata, ‘Aku ini sedang puasa. Aku ini sedang puasa.’ Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Allah berfirman, ‘Ia tinggalkan makan, minum, dan nafsu syahwatnya untuk mencari ridha-Ku. Puasa itu adalah untuk-Ku. Akulah yang akan memberinya ganjaran dan setiap kebaikan akan mendapat ganjaran sepuluh kali lipat.“
- Abdullah bin Amr ra. meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat kepada seseorang pada hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Ya Tuhan, aku telah menghalanginya makan dan melampiaskan syahwatnya di siang hari. Karena itu, berilah dia syafaat.’ Al-Qur’an juga berkata, ‘Aku menghalanginya tidur di malam hari, maka berilah dia syafaat.’ Lalu syafaat keduanya di terima oleh Allah.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih).
- Abu Umamah berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Perintahkanlah aku melakukan suatu amal yang dapat memasukkanku ke surga.’ Maka Nabi SAW bersabda, “Hendaklah kamu berpuasa, karena puasa itu tiada bandingannya.’ Kemudian aku mendatangi Nabi kedua kalinya, dan beliau tetap bersabda, ‘Hendaknya kamu berpuasa.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Hakim). Hadits ini dishahihkan oleh Hakim.
- Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di medan perang, kecuali Allah akan menghindarkan dirinya dari neraka sejauh (perjalanan) tujuh puluh tahun.” (HR. Jama’ah kecuali Abu Dawud).
- Sahl bin Sa’d meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, surga itu memiliki sebuah pintu yang dinamai Ar-Rayyan (pemuas dahaga). Pada hari kiamat kelak, dipanggillah, ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Masuklah melalui pintu Ar-Rayyan.’ Jika orang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun ditutup.” (HR. Bukhari dan Muslim).
[Baca juga: Fiqih Wanita Berkaitan dengan Ramadhan (bagian 1)]
Sumber:
Fiqih Sunnah Jilid 1, Sayid Sabiq, Penerbit Al I’tishom Cahaya Umat