by Danu Wijaya danuw | Aug 6, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
ISTANBUL—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, membuka kembali masjid bersejarah era Ottoman, yakni Masjid Yildiz Hamidiye, yang berada di Besiktas, Istanbul, Turki, Jumat (4/8/2017).
Masjid Yildiz Hamidiye ini dibangun 132 tahun yang lalu pada masa Sultan Ottoman Abdulhamid II.
Pada acara seremoni pembukaan Masjid Yildiz Hamidiye, Erdogan mengungkapkan bahwa peradaban Islam di Irak, Suriah, dan Yerusalem tengah diserang.
Tak sedikit pula warisan peradaban Islam yang berada di tempat tersebut musnah akibat peperangan.
“Warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita, sengaja dihancurkan,” ujar Erdogan seperti dilanasir AnadoluAgency.
Oleh sebab itu, Turki, lanjut Erdogan, berkomitmen untuk menjaga dan memelihara warisan peradaban Islam yang berada di negaranya.
Selain itu, ujar Erdogan menambahkan, negaranya akan mewujudkan monumen baru, yakni dengan membangun masjid terbesar Turki, yaitu Masjid Camlica Istanbul. Pembangunan masjid ini dijadwalkan rampung tahun depan.
Sebelumnya, Masjid Yildiz Hamidiye dipugar oleh Directorate General of Foundations. Masa pemugaran yang memakan waktu empat tahun tersebut menelan biaya sekitar 27 juta lira Turki atau setara dengan 7,6 juta dolar Amerika Serikat.
Erdogan menilai, selain memelihara dan menjaga situs peradaban Islam, pembangunan monumen-monumen baru memang layak dilakukan. Hal ini dalam rangka untuk mendidik generasi muda dengan nuansa Islam.
Sumber : Sabah
by Danu Wijaya danuw | Jul 7, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Ankara – Joko Widodo mendapatkan sambutan kenegaraan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Penyambutan cukup unik karena ada pasukan yang berpakaian ala tentara Ottoman.
Sebelum Jokowi tiba, pasukan Turki telah disiapkan di halaman Istana Kepresidenan Turki, Ankara, Kamis (6/7/2017). Cuaca sangat cerah dengan suhu sekitar 26-28 derajat celcius.
Bendera Merah-Putih telah dikibarkan bersebelahan dengan Bendera Turki. Setelah persiapan usai, Presiden Erdogan keluar dari Istana dan komandan pasukan langsung memberi aba-aba untuk bersiap.
Erdogan menuruni tangga istana perlahan sambil mengenakan kacamata hitam di langkah pertamanya. Dia langsung melakukan inspeksi pasukan yang mengenakan seragam biru. Sementara itu pasukan yang berpakaian bak tentara Ottoman juga dalam posisi siap sambil memegang senjata tradisional.

Pasukan berpakaian kesultanan Ottoman
Erdogan lalu berjalan menuju gerbang menanti kedatangan Jokowi. Tak lama kemudian pasukan berkuda satu per satu melintas, ada yang membawa bendera Indonesia dan Turki.
Jokowi pun tiba dan langsung disambut Erdogan begitu pintu mobil dibuka. Mereka tampak bersalaman sebelum menuju tenda yang telah disiapkan.
Pasukan marching band memainkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan diiringi dentuman meriam. Setelah itu lagu kebangsaan Turki pun dimainkan.
Erdogan kemudian mengajak Jokowi melakukan inspeksi pasukan. Prosesi penyambutan pun usai dan Erdogan mengajak Jokowi masuk Istana untuk melakukan sederet agenda kenegaraan.
Rangkaian agenda yang akan dilakukan Jokowi yakni pertemuan empat mata dengan Erdogan, pertemuan bilateral dengan didampingi sejumlah menteri/kepala lembaga negara, penandatanganan nota kesepahaman, dan pernyataan pers bersama. Jokowi juga akan mendapatkan jamuan makan siang dari Erdogan
by Danu Wijaya danuw | Apr 10, 2017 | Artikel, Kisah Sahabat
Sebagian dari kita mungkin asing dengan kata Ottoman. Bahkan mungkin tidak tahu sama sekali mengenai kerajaan ataupun penguasa Ottoman. Kerajaan Ottoman muncul setelah hancurnya Bani Abbasiyah pada tahun 1258 oleh Hulagu Khan. Kerajaan-kerajaan Islam pada saat itu pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang tidak bisa disatukan. Sampai pada akhirnya bangkitlah Kerajaan Ottoman yang mampu mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam dan mampu memperluas kerajaannya sampai ke Eropa dan Asia Kecil.
Sejarah juga mencatat patriotisme, kegigihan, dan komitmen para sultan Ottoman terhadap tegak dan majunya peradaban Islam. Namun, di tengah-tengah kebesaran Ottoman, ada satu fakta menarik yang belakangan menjadi bahan cibiran kalangan orientalis.
Para orientalis menganggap jika para sultan tersebut memiliki komitmen besar terhadap Islam. Tapi anehnya, mengapa tak satupun dari mereka yang menunaikan haji ke tanah suci?
Anggapan bahwa tak seorangpun Sultan Ottoman berhaji memang benar adanya. Belum ada satu referensi kuat yang membuktikan mereka sudah berhaji. Pembahasan ini pun menggerakkan sejumlah sejarawan Turki meneliti kembali apa faktor di balik belum berhajinya para sultan Ottoman?
Di antaranya adalah Prof Muhammad Maqsud Ouglu. Dalam artikel yang diterbitkan situs beyaztarikh.com, dia mengatakan alasan belum hajinya satu pun pemimpin Ottoman karena murni faktor istitha’ah atau kemampuan. Kewajiban berhaji terletak pada faktor ini.
Soal biaya dan kemampuan fisik, tak perlu dipertanyakan. Namun, faktornya adalah waktu dan faktor keamanan. Jangan bayangkan pergi berhaji pada masa itu seperti sekarang. Butuh waktu berbulan-bulan dan kondisinya tak cukup aman.
Negara-negara yang menjadi rute perjalanan haji pada 1517 tengah berkecamuk perang. Portugal dan Spanyol menjadi ancaman yang mengintai negara-negara itu.
Dua negara kuat tersebut ketika itu mencari kesempatan kapanpun Istanbul ditinggalkan oleh pemimpinnya. Jika tetap ditinggalkan untuk berhaji tentu ini akan sangat berbahaya bagi stabilitas dan keamanan negara.
Kendati demikian, persoalan ini tetap manjadi perhatian serius para sultan. Mereka mengirimkan wakil-wakil untuk menjadi badal haji. Ini dengan rujukan fatwa para ulama Ottoman yang membolehkan badal haji bagi orang hidup karena satu dan lain hal.
Sumber: Republika