0878 8077 4762 [email protected]

Meluruskan Kisah Abdah bin Abdurrahim

Benarkah Abdah bin Abdurrahim yang seorang tabi’in, mujahid, dan hafidz Qur’an murtad karena wanita romawi?

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum ustadz. Ana mau bertanya tentang mujahid ‘Abdah bin Abdurrahim yang hidup pada masa tabi’in, apa benar beliau pada akhir hayatnya murtad masuk agama nasrani? Apa penyebab beliau murtad?
@Ummu Dzakira

Jawaban :
Wa’alaikumus Salam Warohmatullahi wabarokatuh
`
1. Kisah tersebut dinukil oleh Al-Hâfizh Ibnu Katsir dalam “al-Bidayah wan Nihayah” (juz 11 hal. 64) dari Ibnul Jauzî, yg menceritakan bahwa ‘Abdah bin Abdurrahim murtad gara-gara terfitnah wanita Romawi yang cantik.
2. Pentahqiq kitab al-Bidayah wan Nihayah, yaitu Syaikh Abdullâh at-Turki (sekjen Rabithah Alam Islami) mengomentari kisah tersebut:

المصدر السابق أي المنتظم الجزء12 الصفحة 302: فيه أن هذه القصة إنما وقعت لشاب كان في صحبة عبدة, فالذي تنصر إنما هو ذلك الشاب وليس ((عبدة بن عبد الرحيم)) ((وعبدة)) هو راوي القصة وليس هو صاحبها.

Sumber referensi sebelumnya, yaitu al-Muntazham juz 12 hal. 302, menjelaskan bahwa kisah ini sebenarnya terjadi pada seorang pemuda yang menemani Abdah.

Jadi yang murtad menjadi nasrani itu adalah pemuda ini, bukanlah ‘Abdah bin Abdurrahim, sedangkan Abdah sendiri adalah periwayat Kisah tersebut, bukanlah pelakunya.”

3. Pernyataan Syaikh Abdullâh at-Turki di atas, didukung oleh riwayat kisah yang valid, yaitu yang murtad adalah pemuda yang menemani Abdah, sedangkan Abdah adalah yang menceritakan. Hal ini bisa dicek di kitab:

  • Al-Muntazham fi Tarikh al-Umam wal Muluk, karya Abul Farj al-Jauzi, Darul Kutub Ilmiah, Beirut, 1412, cet 1, juz 12 hal 301.
  • Tarikhul Islam wa Wafiyatul Masyahir wal A’lam karya Adz-Dzahabî, Darul Gharb al-Islâmi, 2003, cet 1, juz 5 hal 1176.
  • Mukhtashar Tarikh Dimasyqi karya Ibnu Syaikh, yang ditulis oleh Ibnu Manzhur, Darun Nasyr, 1402, cet 1, juz 15 hal 296.

Dan kitab Tarikh (sejarah) lainnya
4. Penilaian para ulama terhadap Abdah bin Abdurrahim:

  • Abu Hâtim pernah ditanya tentang Abdah bin Abdurrahim, maka beliau menjawab : Abdah seorang yang jujur (shidiq).
  • An-Nasa’i menilainya sebagai orang yang jujur dan tidak ada sesuatu padanya.
  • Dan lain-lain

KESIMPULAN:
Abdah bin Abdurrahim adalah mujahid yang tidak murtad, yang murtad adalah seorang pemuda yang menyertai Abdah, dan dikisahkan sendiri oleh Abdah kemurtadannya gara-gara terfitnah oleh wanita cantik.
Seorang tabi’in adalah generasi setelah sahabat yang diakui keshalehannya dan keilmuannya. Sehingga riwayat mengenai tabi’in perlu lebih jeli lagi.
Wallâhu a’lam
@abinyasalma
✒Repost: ganpage Facebook

Rabi’ bin Khutsaim Sampai Disangka Buta Oleh Para Wanita

Panah yang beracun adalah pandangan, jika kita tidak mampu mejaga pandangan maka kemaksiatan dan segala sesuatu yang haram didepan mata kita akan terlihat.
Dan kita gunakan kedua bola mata yang sudah Allah amanahkan ini untuk melihat yang haram. Memang tak semudah membalikan telapak tangan untuk menjaga pandangan.
Akan tetapi hamba yang patuh dan tunduk kepad Allah akan senantiasa berusah sekuat mungkin untuk menjaga pandanganya.
Seperti kisah seorang tabiin bernama Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah yang dikenal senantiasa menundukkan pandangannya.
Suatu hari ia melewati sekumpulan wanita. Ia tidak sanggup memandang wanita-wanita tersebut. Yang ia lakukan adalah menundukkan pandangannya dan memandang dadanya sendiri.
Sampai para wanita pun menyangka, jangan-jangan Rabi’ itu buta. Padahal Rabi’ bin Khutsaim hanya ingin menjaga pandangannya, ia tak ingin melihat suatu yang haram, yang jelas di benci oleh Allah.
Sedangkan kita? Semoga kita berusaha menjadi Rabi’ bin Khutsaim di zaman sekarang, yang ujian pandanganya lebih besar dari pada di zaman Rabi’ bin Khutsaim, semoga pahalanya pun semakin berlipat.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai macam godaan yang merusak.