Detik-detik Luar Biasa

Oleh: M. Lili Nur Aulia
 
Rasulullah SAW bersabda: “Allah turun ke langit dunia setiap malam, sampai tinggal sepertiga malam terakhir. Kemudian Dia berfirman: “Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku kabulkan untuknya. Siapa meminta kepada-Ku maka Aku beri kepadanya. Dan siapa meminta ampun kepada-Kua maka Aku ampuni dia.” (HR. Bukhari).
Allah telah mengutus rasul-rasul kepadamu namun kamu tidak menyambut (ajarannya). Allah mengirim seruan kepadamu melalui kitab-Nya namun kamu tidak hadir. Allah telah melebihkan nikmat kepadamu untuk mendekatkanmu namun kamu berpaling dari-Nya. Sampai ketika semua itu tidak juga membuatmu baik, Dia turun
kepadamu ke langit dunia setiap malam. “Dan di waktu sahur mereka beristigfar meminta ampunan.” (QS. Adz Dzariyat: 18).
Agar Anda merasakan lezatnya bermunajat dan nikmatnya rasa dekat dengan Yang Dicintai?
Sumber:
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia

Apakah Kalian Ridha?

Oleh: M. Lili Nur Aulia
 
Ibadah puasa terus ada sampai Allah mengizinkan kepada matahari kehidupan untuk terbenam. Pada saat itu orang-orang yang berpuasa benar-benar berbuka atas suara adzan yang bergema, dikumandangkan oleh malaikat Allah Yang Maha Tinggi, sedang dia menyampaikan kabar gembira kepada mereka orang-orang yang berpuasa,
Dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada kalian.” (QS. Fushilat: 30).
Mereka kelak mendapatkan hidangan berbuka dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun,
Di tempat yang disenangi di sisi (Rabb) Yang Maha Berkuasa.” (QS. Al Qamar: 55)
Allah menyeru mereka dengan kelembutanNya, dengan rahmat-Nya dan dengan kasih sayangNya: apakah kalian ridha (puas)?
Alangkah indahnya bila kita membangun rencana dalam puasa yang unik ini. Yaitu puasa khususnya khusus ..
Puasanya orang yang ingin dijauhkan dari neraka
Puasanya orang yang ingin mendapatkan ridha Tuhannya ..
Puasanya orang yang ingin mengalahkan derajat orang yang mati syahid ..
Puasanya orang yang ingin berdekatan dengan orang tercinta Muhammad SAW di surga ..
Puasanya orang yang ingin memuliakan tamu (Ramadhan) yang lama ditunggunya.
Setelah ini, sebisa mungkin segeralah tidur lebih awal untuk menyempurnakan program di waktu sahur. Waktu nuzul rabbani (turunnya Tuhan), pada saat Anda berada di tempat bersama malaikat.
(Baca juga: Panggilan Nabawi)
Sumber:
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia

Ini Kesempatan Emas

Oleh: M. Lili Nur Aulia
 
Ramadhan adalah pengunjung dan Anda yang dikunjungi. Maka dimanakah kewajiban tuan rumah untuk menjamunya?!
Ramadhan adalah sebuah lautan dan hari raya idul fitri adalah sebuah pantai. Maka berapa banyak hasil tangkapan yang akan Anda dapatkan sebelum sampai ke pantai itu?!
Jadikanlah Ramadhan harapan paling dekat, dan akhir sebuah harapan.
Tutuplah pintu kemalasan. Bukalah pintu kerja dan amal.
(Baca juga: Untuk Allah, Karena Allah, Bersama Allah)
Sebelum Anda sakit dan menjadi kurus kering. Sebelum Anda tua dan menjadi rapuh.
Kemudian Anda mati dan dilupakan. Kemudian Anda dikubur dan punah. Kemudian Anda dibangkitkan dan hidup kembali.
Kemudian dipanggil. Kemudian Anda dikumpulkan. Kemudian diberi balasan..
Sumber:
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia.

Untuk Allah, Karena Allah, Bersama Allah

Oleh: M. Lili Nur Aulia
 
Janganlah berpuasa sebagaimana kebiasaan, hanya puasa perut dan kemaluan saja.
Berapa banyak orang berpuasa, sedang dia tidak mendapatkan pahala dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga sebagaimana hadist nabi. Berapa banyak orang shalat malam, tapi dia tidak mendapatkan pahala dari shalatnya kecuali kepayahan dan keletihan.
Namun jadilah Anda orang yang berbeda dan istimewa. Puasalah dengan puasa yang tidak seperti biasanya. Puasalah dengan puasa yang diridhai Allah. Yaitu puasanya semua anggota badan dan lintasan (pikiran).
Apabila tiba waktu berbukanya perut dan kemaluan, jadikanlah semua indera mulai dari mata, telinga, tangan, dan kaki hingga lintasan (pikiran), tetap terus berpuasa.
Lisan berpuasa dari berdusta dan berbohong, akal berpuasa dari lintasan-lintasan yang diharamkan, mata berpuasa dari melihat yang haram.
(Baca juga: Bersaing dengan Orang yang Mati Syahid)
Tangan berpuasa dari memegang rokok, telinga berpuasa dari mendengarkan ghibah, gunjingan dan nyanyian-nyanyian yang rendah. Hati berpuasa dari mencintai perkara haram dan menikmatinya.
Dengan demikian apabila lisan berucap maka berucap tentang Allah. Apabila berbicara maka berbicara karena (untuk) Allah dan apabila diam, maka diam bersama Allah. Semuanya adalah untuk Allah, karena Allah dan bersama Allah.
Sumber:
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia

Bersaing dengan Orang yang Mati Syahid

Oleh: M. Lili Nur Aulia
 
Dengan ketaatan, Anda bersaing dengan orang yang mati syahid dalam kedudukan dan ada kemungkinan Anda mengalahkannya. Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu bahwa ada dua orang dari Bani Qadha’ah datang kepada Rasulullah saw, keduanya masuk Islam secara bersamaan. Salah seorang dari keduanya sangat tekun dan sungguh-sungguh beribadah dibandingkan yang satunya.
Keduanya berangkat perang di jalan Allah, kemudian seorang yang tekun dan sungguh-sungguh gugur syahid. Sedangkan yang satunya tetap hidup setelahnya selama setahun, baru kemudian meninggal.
Thalhah mengatakan, “Aku bermimpi berada di pintu surga dan tiba-tiba bertemu dengan keduanya. Pemuda yang meninggal belakangan dipersilakan lebih dahulu untuk masuk surga. Tidak lama kemudian barulah diizinkan kepada yang mati syahid (yang meninggal lebih dahulu) untuk masuk. Setelah itu ia berkata padaku, ”Pulanglah kamu belum waktunya.”
Paginya, Thalhah menceritakan apa yang dilihat dalam mimpinya kepada orang-orang. Mereka heran, bagaimana orang yang meninggal biasa bisa mendahului orang yang mati syahid untuk masuk surga. Berita itu akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
(Baca juga: Perasaan Istimewa)
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah saw, orang ini lebih tekun dan sungguh-sungguh dibandingkan temannya yang mati syahid. Kenapa temannya masuk surga lebih dulu dari yang mati syahid?” Rasulullah SAW menjawab, “Bukankah setelah itu dia hidup selama satu tahun?” Mereka menjawab, “Betul”.
Rasulullah SAW bersabda, “Dia menjumpai Ramadhan, dia berpuasa dan shalat demikian dan demikian dalam setahun?” Mereka menjawab, “Betul”. Rasulullah SAW bersabda, “Maka jarak antara keduanya lebih jauh (dibandingkan jarak) antara langit dan bumi.” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Oleh karena itu, berpuasa Ramadhan dengan puasa yang benar karena iman dan penuh harap serta merebut kebaikan-kebaikan yang ada di bulan Ramadhan akan menjadi amal ibadah luar biasa dibanding dengan lainnya.
Maka timbangan (kebaikan) Anda menjadi berat dan derajat Anda di surga menjadi tinggi. Anda berada di samping Nabi, shahabat dan orang yang mati syahid. Dan mereka adalah sebaik-baik teman.” (QS. An Nisa’: 69)
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia.

X