by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 11, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menunaikan shalat fajar (subuh) dengan berjamaah, kemudian ia berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat maka dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan dan umrah, dengan pahala sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi, dan disahihkan oleh Al-Albani)
Tentu saja yang disampaikan di sini adalah pahala akhirat, namun dianalogikan oleh Rasulullah SAW seperti ganjaran dengan angka-angka di dunia.
Dari Abu Hurairah ra dia berkata, “Rasulullah SAW mengutus utusan. Ternyata orang tersebut mendapatkan banyak harta rampasan dan sangat cepat dalam meraih kemenangan dalam pertempuran.”
Seorang laki-laki dari sahabat Nabi bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tidak melihat utusan kaum yang lebih cepat meraih kemenangan dan banyak memperoleh harta rampasan melebih utusan ini.”
Maka Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku beri tahu kalian orang-orang yang sangat cepat dalam berperang dan paling banyak memperoleh harta rampasan melebihi utusan ini?
Mereka adalah orang yang berwudhu di rumahnya dan memperbaiki wudlu kemudia dia pergi ke masjid dan shalat subuh (fajar), kemudian dia ikut dengan shalat dhuha, maka dia telah bergegas dan cepat dalam meraih kemenangan dan mendapatkan harta rampasan yang banyak.” (Dishahihkan oleh Al-Albani)
Apakah kita bisa meraih kebaikan ini dan kebajikan yang kita lakukan yang bisa mengejar kebaikan dan kedudukan orang-orang yang meraih kesyahidan?
Dengan satu jam saja kita duduk di masjid berdzikir kepada Allah membaca Al-Qur’an, itu pahalanya lebih baik dari peperangan dan jihad di jalan Allah dan kembali dengan harta rampasan perang yang banyak.
Jika Anda seorang Muslimah, Anda juga bisa dan memungkinkan pergi ke masjid atau duduk membaca Al-Qur’an dan dzikir sampai terbit matahari.
Jika ini dilakukan, Anda akan mendapatkan pahala serupa.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by Danu Wijaya danuw | Jul 10, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Sabda Nabi SAW “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satukebaikan dan satu kebaikan dilipatkan 10 kali semisalnya.” (HR. Tirmidzi, Hakim dan disahihkan Al-Albani)
Al-Qur’an terdiri dari sekitar 300.000 huruf. Artinya, satu kali khatam Al-Qur’an maka yang membaca akan diganjar dengan 3 juta kebaikan. Dan, kemurahan Allah jauh lebih besar dari hitung-hitungan itu.
Menghitung angka pahala seperti itu, tujuannya hanya memberikan motivasi agar kita lebih terdorong untuk melakukannya.
Jika kebaikan itu dilipatgandakan pahalanya hingga 700 kali, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an, siapa yang mampu menghitungnya?
Tips Mengkhatamkan Al Qur’an
Belilah dua mushaf Al-Qur’an. Mushaf pertama, berukuran kecil yang selalu kita bawa kemanapun. Jangan pernah berjalan kecuali Anda membawanya.
Bacalah mushaf pertama sebagai wirid Al-Qur’an kita dalam perjalanan, di stasiun, halte, masjid, terutama saat antara adzan dan iqamah. Kobarkan syiar dalam hatimu, “Aku akan hidup dengan Al-Qur’an”
Mushaf kedua, bagikan kepada orang yang tidak memilikinya. Jika dia khatam, kita akan mendapatkan bagian pahala dalam timbangan kebaikan kita dari bacaan orang tersebut.
Dalam sebuah hadits shahih, disebutkan sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang mengajak kepada ‘petunjuk’ (kebaikan) maka dia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya. Pahala itu tidak dikurangi sedikitpun sampai hari kiamat”
Pasanglah mushaf itu dalam handphone atau smartphone Anda, di mobil, dan di komputer kita.
Setiap saat, kita usahakan harus mendengar bacaan murattal audio dari para qori yang kita sukai.
Jangan lupa terus kobarkan syiar “aku akan hidup dengan Al-Qur’an”. Jangan lupa untuk selamanya bahwa membaca satu juz Al-Qur’an umumnya tidak akan memakan waktu kita lebih dari setengah jam.
Lakukan evaluasi setiap saat jika ada waktu yang hilang dari usia kita. Jangan sampai kita termasuk yang mengatakan seperti orang-orang meninggalkan kewajiban;
“Harta dan anak-anak kami telah me-nyibukkan kami.” (QS. Al-Fath: 11)
by Danu Wijaya danuw | Jul 10, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Selama jeda antara adzan dan iqamah, shalatlah dua rakaat. Ini adalah sunah sebagaimana disabdakan Nabi saw,
“Dua rakaat sebelum shalat subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)
Ini adalah pahala shalat nafilah (sunnah)nya, bagaimana dengan shalat wajibnya.
Kemudian setelah itu segeralah mengangkat panah yang tidak salah, yaitu doa.
Rasulullah SAW telah bersabda,
“Do’a antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Albani)
Berdo’alah apa yang Anda inginkan di waktu ini. Alangkah baiknya jika Anda khususkan doa-doa yang Anda minta, di saat-saat seperti ini karena ini adalah rentang waktu do’a dikabulkan Allah.
Ibnu Atha mengatakan, “Sungguh Allah telah menjamin dikabulkan untukmu pada apa yang Dia pilih untukmu dan bukan pada apa yang kamu pilih untuk dirimu, di waktu yang Dia kehendaki dan bukan di waktu yang engkau kehendaki.”
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 9, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Ibnul Qayyim di dalam kitabnya, Zadul Ma’ad, mengatakan, “Adapun petunjuk Nabi SAW dalam dzikir ketika adzan dan setelahnya, maka disyariatkan kepada umatnya untuk melakukan lima macam.
Pertama: Agar orang yang mendengar dan mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzin.
Kecuali pada lafadz “hayya‘alas shalah hayya ‘alal falah”, diganti dengan ucapan “laahaula walaa quwata illa billah”.
Kedua: Agar mengucapkan, “Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Saya ridha Allah sebagai tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.”
Dikabarkan bahwa orang yang mengucapkan tersebut diampuni dosanya.
Ketiga: Bershalawat kepada Nabi SAW dan dilengkapkan dengan shalawat kepada Nabi Ibrahim, tidak ada shalawat yang lebih sempurnanya dari itu.
Keempat: Agar setelah bershalawat dia mengucapkan doa,
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan! Berikanlah junjungan kami, Nabi Muhammad wasilah, keutamaan dan kemuliaan. Dan angkatlah ia ke tempat (kedudukan) yang terpuji, yang telah Engkau janjikan kepadanya.”
Buah dari doa ini adalah bahwa orang yang mengucapkannya layak mendapatkan syafaat Nabi saw.
Kelima: Setelah itu, berdoa untuk diri sendiri dan meminta keutamaan dari Allah.
Karena waktu tersebut termasuk waktu-waktu dikabulkannya doa. Sebagaimana diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw, laki-laki itu bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya para muadzin mendapatkan keutamaan lebih dibandingkan kami.”
Rasulullah menjawab, “Aku tunjukkan kepada suatu perantaraan pengganti pahala yang terlewatkan. Ucapkan sebagaimana mereka mengucapkan, apabila kamu Sudah selesai mintalah (kepada Allah) pasti diberinya.” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya)
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 9, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Lihatlah kepada obsesi tinggi yang diraih Imam Syahid Hasan al-Banna – pendiri Jamaah Ikhwanul Muslimin – yang sudah berfikir. Padahal beliau masih seorang bocah kecil, namun tahu bagaimana mendapatkan pahala terbesar dari adzan.
Apakah beliau memilih masjid terbesar dan kemudian adzan di dalamnya? Atau apa yang beliau lakukan?
Sampai Allah Azza wa Jalla memberinya petunjuk kepada seni meraih kebaikan-kebaikan yang dilihatnya sebagai sarana paling besar untuk mengambil kebaikan-kebaikan dari ibadah adzan.
Hasan al Bana Rahimahullah berkata, “Aku menemukan kebahagiaan besar dan kelegaan luar biasa ketika membangunkan para muadzin untuk adzan subuh. Kemudian setelah itu aku berdiri, mendengarkan adzan yang keluar dari tenggorokan mereka dalam satu waktu, di mana masjid-masjid berjarak berdekatan di desa, terlintas dalam benakku bahwa aku menjadi sebab bangunnya sejumlah jamaah shalat dan bahwa aku mendapatkan seperti pahala mereka.”